Dunia

Dituding AS Lakukan Jebakan Utang, Ini Reaksi China

  • Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pinjaman yang digelontorkan Beijing kepada sejumlah negara berpendapatan rendah sebagai jebakan utang.
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

BEIJING- Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pinjaman yang digelontorkan Beijing kepada sejumlah negara berpendapatan rendah sebagai jebakan utang.

Menanggapi hal tersebut, China mengatakan pernyataan Yellen sebagai sesuatu yang tak bertanggung jawab dan tak masuk akal.

Sebagaiman dikutip dari Reuters Jumat 31 aret 2023, Yellen Rabu lalu mengatakan keprihatinannya dengan sejumlah aktivitas China secara global. Hal yang paling disorot Yellen adalah pemberian pinjaman pada negara berkembang.

Dalam sidang bersama parlemen AS, Washington menyebit bahwa pihaknya sedang bekerja keras untuk melawan pengaruh China di lembaga internasional, terutama perihal pemberian pinjaman.

Sebagai informasi, China telah meminjamkan ratusan miliar dolar untuk membangun infrastruktur di negara-negara berkembang. Namun, angkapinjaman telah berkurang sejak 2016 karena banyak proyek gagal membayar dividen keuangan yang diharapkan.

"Saya sangat, sangat prihatin dengan beberapa aktivitas yang dilakukan China secara global, melibatkan negara-negara dengan cara yang membuat mereka terjebak dalam utang dan tidak mendorong pembangunan ekonomi," kata Yellen beberapa waktu lalu.

Sebagai tanggapan atas tuduhan yang dilayangkan, Pemerintah China mengatakan masalah utang dunia sejatinya diperparah oleh Amerika Serikat. Pasalnya, AS melakukan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS.

"Kami tidak menerima tuduhan yang tidak masuk akal dari Amerika Serikat. Amerika Serikat harus mengambil tindakan praktis untuk membantu negara-negara berkembang, daripada menuding negara lain dan membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning dalam jumpa pers.

Lebih lanjut, China mengatakan selalu mengikuti aturan internasional dan melakukan kerja sama investasi dan pembiayaan dengan negara berkembang dengan keterbukaan dan transparansi.

China dilaporkan menggelontorkan dana pinjaman sebanyak US$240 miliar atau kisaran Rp3.700 triliun (asumsi kurs Rp15.200 per dolar AS)kepada 22 negara berkembang. Pinjaman tersebut dikucurkan selama 13 tahun yakni pada 2008 hingga 2021.

Dana pinjaman yang digelontorkan oleh China dikenal sebagai proyek Belt and Road tersebut diberikan ke sejumlah negara untuk membantu membangun beberapa infrastruktur.

Saat ini, China disebut tengah melakukan negoisasi terkait restrukturisasi utang dengan negara-negara termasuk Zambia, Ghana dan Sri Lanka dan telah dikritik karena menunda proses tersebut.

Sebagai tanggapan, China  meminta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk ikut menawarkan keringanan utang.