<p>Perusahaan jasa pertambangan PT Petrosea Tbk (PTRO) / Dok. Petrosea</p>
Korporasi

Diversifikasi Bisnis Batu Bara, Petrosea (PTRO) Kantongi Laba Bersih Rp469,17 Miliar pada Kuartal III-2022

  • Laba tersebut melesat 114,49% dibandingkan dengan US$14,35 juta pada periode yang sama pada tahun sebelumnya
Korporasi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$30,78 juta atau setara dengan Rp469,17 miliar (kurs Rp15.243 per dolar Amerika Serikat/AS) pada akhir September 2022.

Laba tersebut melesat 114,49% dibandingkan dengan US$14,35 juta pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

Sementara itu, total pendapatan perusahaan mencapai US$329,66 juta yang didukung oleh peningkatan kegiatan operasional di lini bisnis Rekayasa, Pengadaan & Konstruksi (EPC) dan Jasa Pertambangan.

“Pencapaian tersebut merupakan wujud nyata dari optimisme perusahaan dalam mendiversifikasi kegiatan usahanya ke sektor mineral lain dan infrastruktur melalui kapabilitas jasa pertambangan dan EPC, serta pengelolaan kegiatan operasional yang lebih cost effective demi mencatat profit margin yang lebih tinggi,” ujar Sekretaris Perusahaan Petrosea, Anto Broto dalam keterbukaan informasi, Rabu 1 Februari 2023.

Diversifikasi Usaha

Sampai dengan akhir tahun 2022, Petrosea berhasil mengantongi total nilai kontrak kurang lebih sebesar US$1,6 miliar sebagai hasil dari ekspansi bisnis dan strategi diversifikasi untuk memastikan keberlanjutan usahanya.

Sebagai informasi, Petrosea melakukan upaya diversifikasi bisnis. Ada tiga ekspansi bisnis yang dilakukan Petrosea sejak awal 2022. Pertama, ekspansi bisnis Petrosea di sektor batu bara dengan melakukan penandatanganan perjanjian jasa pertambangan dengan PT Indo Bara Pratama pada September 2022 dengan nilai sebesar Rp2,89 triliun dan jangka waktu lima tahun.

Kedua, di sektor emas, salah satu realisasi dari implementasi strategi diversifikasi Petrosea adalah perolehan kontrak dari PT Santana Rekso Nindhana untuk jasa EPCM di proyek tailing management di tambang emas yang dimiliki oleh PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) pada Juli 2022. Nilai kontraknya sebesar Rp 3,6 triliun selama lima tahun termasuk pembangunan infrastruktur. 

Sampai saat ini, perusahaan terus mempercepat penyelesaian pembangunan tailing infrastructure sehingga ditargetkan dalam waktu dekat dapat memasuki tahap produksi. Ke depannya, Petrosea diharapkan dapat mengerjakan proyek-proyek jasa pertambangan emas lainnya di Indonesia. 

Terakhir, di sektor nikel, Petrosea telah menandatangani kontrak dengan PT Cipta Djaya Selaras Mining untuk jasa pertambangan pit-to-port dan pembangunan infrastruktur pertambangan dengan nilai kontrak Rp 1,58 triliun selama empat tahun.