(Kanan ke kiri) Presiden Direktur PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk. Michael William P. Soeryadjaya, Co-Founder dan Co-Managing Northstar Group Patrick Walujo, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibaldi Thohir, dan Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk. Devin Wirawan dalam acara Saratoga Investmen Summit 2023 di Jakarta, Kamis 26 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Diversifikasi Investasi Saratoga (SRTG) ke Non-Karbon Berpotensi Mendongkrak NAV

  • Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rut Yesika Simak mengatakan bahwa perseroan mantap menggeser portofolio investasinya ke bidang teknologi digital, kesehatan, logistik, dan energi hijau.
Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Upaya PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melakukan diversifikasi investasi ke sektor non-karbon diyakini dapat mendorong pertumbuhan nilai aset bersih (net asset value/NAV) yang solid dalam jangka waktu panjang.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rut Yesika Simak mengatakan bahwa perseroan mantap menggeser portofolio investasinya ke bidang teknologi digital, kesehatan, logistik, dan energi hijau.

Pilihan berani ini diambil perseroan di tengah lonjakan signifikan dalam kapitalisasi pasar dua portofolio utama Saratoga, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) selama booming komoditas yang terjadi belum lama ini.

Untuk itu, lanjut Rut, perseroan harus memperhatikan betul strategi investasinya yang diharapkan akan menyalurkan US$100 – 150 juta atau setara Rp1,49 – 2,23 triliun (asumsi kurs Rp14.860) per tahun ke beberapa sektor baru.

Kas Solid

Rut memaparkan bahwa perseroan memiliki kas yang kuat, didukung oleh dividen dari Adaro dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) serta divestasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) ke Bersama Digital Infrastructure Asia Pte Ltd (BDIA).

“Total utang SRTG telah turun secara signifikan menjadi Rp686 miliar pada kuartal pertama tahun ini dari Rp1,5 triliun pada akhir kuartal tahun lalu,” ujarnya melalui riset yang diterima Rabu, 7 Mei 2023.

Pada sisi lain, utang bersih perseroan tercatat telah menurun hingga 88,1% year-on-year (yoy) menjadi hanya Rp354 miliar pada tiga bulan pertama 2023. Sedangkan, rasio loan-to-value (LTV) turun menjadi hanya 0,6% dari 4,7% pada triwulan I-2022. 

“Kami berharap bahwa kondisi neraca yang membaik secara signifikan ini dapat meningkatkan kemampuan SRTG dalam menyalurkan investasi dan pembagian dividen,” imbuhnya.

Proyeksi Kinerja dan Pergerakan Saham

Sementara itu, Rut telah mengantisipasi penurunan pendapatan dividen SRTG sebesar 21% yoy menjadi hanya Rp2 triliun pada tahun ini akibat efek high base dari harga batu bara ADRO tahun lalu. 

“Sudah tercermin dalam pergerakan harga sahamnya saat ini, yang cenderung menurun dalam periode tahun berjalan (year-to-date/ytd),” ungkapnya.

Melalui analisis tersebut, Rut memulai inisiasi pada saham SRTG dengan rekomendasi trading buy dan target harga Rp1.710 per lembar. “Kami mengharapkan pertumbuhan yang kuat pada segmen non-batu bara SRTG, di mana sebelumnya telah melakukan investasi yang agresif.”

Target harga tersebut, jelas Rut, mencerminkan diskon sebesar 59% dari proyeksi NAV 2023 yang setara dengan -1SD dari diskon rata-rata NAV selama 5 tahun. 

Adapun risiko investasi utama yang perlu diperhatikan para pelaku pasar di antaranya pembagian dividen dan penyaluran modal investasi yang lebih rendah dari yang diharapkan, eksekusi ekspansi bisnis di perusahaan yang berinvestasi di luar sektor batu bara yang lebih lambat dari yang diharapkan, dan harga komoditas yang lebih rendah.