Gerbang Tol Bitung Jasa Marga (JSMR)
Korporasi

Divestasi 35 Persen Saham Jasamarga Transjawa Masih Belum Tuntas, Apa Implikasinya Jika Molor?

  • Ketidakpastian divestasi 35% saham PT Jasamarga Transjawa (JTT) kepada MPTC dan GIC ini dapat mendorong perusahaan untuk melakukan deleveraging.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Proses divestasi 35% saham PT Jasamarga Transjawa (JTT) dari PT Jasa Marga Tbk (JSMR) kepada konsorsium Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) dan Government of Singapore Investment Corporation (GIC) masih berlangsung dan belum sepenuhnya selesai. Ketidakpastian ini dapat memicu proses deleveraging di perusahaan.

Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) untuk divestasi ini ditandatangani pada 28 Juni 2024, dengan nilai transaksi mencapai Rp15,7 triliun. Sebagian dari dana tersebut diharapkan akan digunakan untuk deleveraging dan kebutuhan investasi.

Analisis dari BRI Danareksa Sekuritas yang dilakukan oleh Christian Sitorus dan Richard Jerry menunjukkan bahwa meskipun penyelesaian divestasi tidak sepenuhnya rampung tahun ini, JSMR masih mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo sekitar Rp12,64 triliun serta belanja modal tahun ini.

Christian dan Richard menambahkan bahwa jika pembayaran divestasi 35% JTT mengalami penundaan, di mana pembayaran termin pertama dilakukan tahun ini dan termin kedua baru terealisasi pada 2025, hal tersebut tidak akan memengaruhi kemampuan JSMR untuk melunasi seluruh kewajibannya tahun ini.

“Berdasarkan perhitungan kami, meskipun pembayaran pertama dilaksanakan tahun ini dan pembayaran kedua baru terjadi tahun depan, kas internal JSMR diperkirakan masih tersisa Rp3,31 triliun tahun ini,” ungkap mereka dalam laporan riset yang dikutip pada Senin, 9 September 2024.

Sementara itu, menurut hitungan BRI Danareksa Sekuritas, JSMR diproyeksikan membutuhkan dana untuk pembayaran utang sebesar Rp12,64 triliun dan belanja modal sekitar Rp7,83 triliun tahun ini. 

“Dengan proyeksi arus kas akhir tahun 2023 sebesar Rp4,46 triliun dan arus kas operasional mencapai Rp11,09 triliun, setelah dikurangi pembayaran termin pertama divestasi 35% JTT yang senilai Rp8,25 triliun, JSMR masih dapat mempertahankan arus kas positif sebesar Rp3,31 triliun pada akhir 2024,” katanya. 

Christian dan Richard juga bilang arus kas JSMR berpotensi lebih besar jika seluruh pembayaran divestasi terealisasi tahun ini, mencapai Rp15,74 triliun. “Posisi arus kas bersih di akhir 2024 dapat mencapai Rp10,75 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi arus kas akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp4,43 triliun,” tambahnya.

Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko JSMR menargetkan penyelesaian divestasi 35% saham JTT pada September 2024. Hingga saat ini, syarat-syarat penyelesaian akuisisi sedang dalam tahap finalisasi. “Proses divestasi JTT masih berlangsung dan ditargetkan selesai pada September 2024,” ungkap dalam paparan publik secara daring beberapa waktu lalu. 

Peningkatan Minority Interest

Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas menyatakan bahwa peningkatan minority interest pasca divestasi tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja JSMR. Perusahaan ini tetap dapat meraih keuntungan melalui proses deleveraging yang didanai oleh hasil divestasi, seiring dengan penurunan suku bunga. 

“Penurunan beban bunga yang dihasilkan dari deleveraging diharapkan tidak akan mengurangi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas pengendali,” papar Christian dan Richard. 

Di sisi lain, laba bersih JSMR diprediksi akan mengalami peningkatan berkat kenaikan tarif tol pada beberapa ruas yang direncanakan pada tahun 2024 dan 2025. Dengan demikian, meskipun terdapat peningkatan minority interest, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham pengendali tetap terjaga.

BRI Danareksa Sekuritas juga menilai bahwa keterlambatan pembayaran divestasi 35% saham Jasa Marga Transjawa (JTT) tidak akan berdampak negatif terhadap kinerja keuangan JSMR, termasuk pertumbuhan laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham. Mereka pun mempertahankan rekomendasi beli untuk saham JSMR dengan target harga Rp6.500 per saham.

Perkiraan laba bersih JSMR pada tahun ini diprediksi mencapai Rp3,98 triliun, dan akan meningkat menjadi Rp4,24 triliun pada tahun 2025. Sementara itu, pendapatan perusahaan diproyeksikan akan meningkat menjadi Rp18,76 triliun tahun ini dan Rp20,45 triliun pada tahun 2025.