Vale
Energi

Divestasi Rampung, Vale Indonesia Fokus Garap 3 Proyek Rp140 T

  • Usai peliknya kesepakatan harga dalam divestasi yang harus dilakukan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) ke holding BUMN pertambangan MIND.ID. INCO fokus menjalankan sebanyak tiga proyek dengan total investasi US$9 miliar bersama mitra. Nilai tersebut setara Rp140,97 triliun (Kurs Rp15.664 per dolar AS).

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Selesainya proses divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) ke holding BUMN pertambangan MIND.ID, perseroan fokus menjalankan tiga proyek jumbo yang sedang berjalan. 

Ketiga proyek yang saat ini digarap memiliki total investasi US$9 miliar atau setara Rp140,97 triliun (kurs Rp15.664 per dolar AS).

Presiden Direktur dan CEO Vale Indonesia Febriany Eddy menyebut, pihaknya secara otomatis mendapatkan perpanjangan kontrak karya dalam bentuk izin usaha pertambangan khusus (IUPK) setelah melaksanakan divestasi.

“Kami berharap IUPK bisa kami dapatkan dalam waktu dekat dan akan fokus untuk menjalankan semua proyek pengembangan kami baik di Pomalaa, Bahodopi dan Sorowako dengan total investasi sebesar US$9 miliar,” ujarnya Senin 26 Februari 2024.

3 Proyek Vale

Pomalaa

Proyek INCO di Pomalaa akan mengelola bijih yang menghasilkan nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP), produk nikel berbiaya rendah yang digunakan dalam baterai EV dengan katoda kaya nikel.

Sejauh ini, pasca penandatanganan perjanjian tiga pihak antara INCO, Huayou, dan Ford pada awal 2023, disebutkan Ford telah resmi bergabung menjadi pemegang saham PT Kolaka Nickel Indonesia.

Saat ini proyek Pomalaa dalam tahap konstruksi awal tambang yang mencapai 50%, sambil menyelesaikan proses tender EPC untuk pembangunan tambang. Ditagetkan akan rampung di 2025 dan siap melakukan produksi komersial pada 2026.

Bahodopi

Proyek Blok Bahodopi berteknologi priometalurgi atau rotary kiln electric furnace (RKEF) yang ramah lingkungan di Blok Bahadopi, Morowali dan disebut sebagai smelter rendah karbon terbesar kedua setelah Sorowako.

Dalam proyek itu, Vale menggandeng perusahaan asal China Taiyuan Iron & Steel Group Co Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd (Xinhai) melalui perusahaan patungan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI).

Pabrik ini dirancang untuk memproduksi 70-80 kiloton nikel saprolite yang bakal diolah menjadi baja nirkarat. Konstruksi pabrik ditargetkan rampung sekitar 2024-2025.

Fasilitas pengolahan nikel di Sulawesi Tengah ini akan terdiri dari delapan lini Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.

Sorowako

Proyek Vale lainnya ada di Sorowako, Sulawesi Selatan berupa pabrik pengolahan dan peleburan baru yang berteknologi hidrometalurgi atau berbasis high pressure acid leaching (HPAL), yang akan menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang menjadi bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.

Adapun fasilitas pengolahan ini ditargetkan sanggup memproduksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk MHP. Dijadwalkan segera mulai konstruksi setelah mendapat perizinan, pabrik HPAL tersebut berlokasi di Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan dan dirancang untuk mengolah bijih nikel kadar rendah dari Blok Sorowako.

Di mana mitra yang digandeng Vale untuk proyek tersebut a.l. Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou) dan PT Huali Nickel Indonesia (Huali). Perusahaan menargetkan proyek ini dapat beroperasi komersial pada 2026.