Dolar Makin Ganas, Rupiah Tembus Rp15.700 per USD di Tengah Himpitan Kenaikan Suku Bunga Fed dan BoE
- Menurut data perdagangan Bloomberg, Jumat, 4 November 2022, nilai kurs rupiah ditutup melemah 43 poin di level Rp15.738 perdolar AS.
Pasar Modal
JAKARTA - Nilai kurs rupiah menembus level Rp15.700 perdolar Amerika Serikat (AS) di tengah himpitan dampak dari kenaikan suku bunga bank sentral negeri Paman Sam The Federal Reserve (The Fed) dan Bank of England (BoE).
Menurut data perdagangan Bloomberg, Jumat, 4 November 2022, nilai kurs rupiah ditutup melemah 43 poin di level Rp15.738 perdolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, yakni Kamis, 3 November 2022, nilai kurs rupiah ditutup di posisi Rp15.695 perdolar AS sementara pagi tadi nilai kurs mata garuda dibuka di level Rp15.734 perdolar AS.
- Raih Cuan Rp309,67 Miliar, Laba Summarecon Agung (SMRA) Terbang 81,69 Persen
- Ekonom Prediksi Industri Baterai untuk Kendaraan Listrik Bakal Perbaik Neraca Dagang RI
- Rekomendasi Aplikasi Chat Praktis dan Ringan, Alternatif saat WhatsApp Down
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS masih mendekati level tertinggi setelah The Fed menaikkan suku bunga.
"Bank sentral memperkirakan suku bunga AS akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan semula sementara Bank of England menaikkan suku bunga tetapi memperingatkan 'prospek yang sangat menantang'," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Jumat, 4 November 2022.
Untuk diketahui, setelah The Fed menaikkan suku bunga ke level 4%, BoE pun turut melakukan hal serupa. BoE mengerek suku bunga dari 2,25% menjadi 3% dalam kenaikan tunggal terbesar sejak 1989.
Kenaikan suku bunga tersebut pun diinisiasi untuk memerangi kekuatan kembar dari ekonomi yang melambat dan inflasi yang terus merangkak naik.
BoE memperkirakan inflasi akan mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir di kuartal IV-2022 dan mendorong kembali ekspetasi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
"Bank mengatakan Inggris telah memasuki resesi yang berpotensi berlangsung dua tahun, lebih lama daripada selama krisis keuangan 2008-2009," tutur Ibrahim.
- Simak Faktanya: Sistem Pemanasan pada Produk Tembakau Alternatif Berbeda dengan Rokok!
- Anak Usaha ASSA (AnterAja) Disuntik Danamon Rp270 Miliar
- Pesawat Bertenaga Nuklir Bukan Lagi Sekadar Fiksi
Sementara itu, fokus para pelaku pasar saat ini ada data nonfarm payrolls AS untuk bulan Oktober yang angkanya diperkirakan mengindikasikan sedikit meredanya pertumbuhan di pasar tenaga kerja di bulan sebelumnya.
Data ketenagakerjaan yang positif pada gilirannya akan menciptakan ruang potensi yang lebih besar bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan moneter agresifnya.
Menurut Ibrahim, untuk perdagangan Senin, 7 November 2022, nilai kurs rupiah berpotensi melemah di rentang Rp15.710 - Rp15.780 perdolar AS.