Proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) milik PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Nasional

Dongkrak Bauran EBT, PLN Konversi 250MW PLTD menjadi PLTS di Tahun Ini

  • Perusahaan setrum pelat merah PT PLN (Persero) (PLN) akan melakukan konversi sebanyak 250 Mega Watt (MW) Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di tahun 2022. Hal itu dilakukan untuk mendongkrak komposisi bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di dalam negeri.

Nasional

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA – Perusahaan setrum pelat merah atau PT PLN (Persero) (PLN) akan melakukan konversi sebanyak 250 Mega Watt (MW) Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di tahun 2022. Hal itu dilakukan untuk mendongkrak komposisi bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di dalam negeri.

Dalam pembangunannya, proyek konversi PLTD menjadi pembangkit listrik EBT akan dilakukan dengan dua tahap perencanaan. Tahap pertama akan dilakukan konversi sebanyak 250MW pada PLTD menjadi PLTS yang dimulai pembangunannya di tahun 2022 ini.

Kemudian, tahap kedua merupakan tahapan konversi sisa PLTD yang ada sebanyak 338MW menjadi pembangkit listrik tenaga EBT lainnya, pemilihan pembangkit listrik tenaga EBT itu akan disesuaikan dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tempat pembangunannya nanti.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan bahwa progress yang sudah dilakukan oleh PLN sampai sejauh ini adalah dengan melakukan penawaran melalui lelang proyek.

“Saat ini kami sedang melakukan lelang dalam satu dua bulan ini, saat ini sudah ada 160 peserta yang eligible,” jelas Darmawan dalam keterangan resmi dikutip pada Rabu, 2 Februrari 2022.

Lebih lanjut Darmono menerangkan bahwa teknologi yang paling andal, inovatif dan yang paling efisien lah yang akan menjadi pemenang dalam lelang proyek konversi PLTD menjadi pembangkit EBT tersebut.

Dalam hal melakukan konversi PLTD menjadi pembangkit EBT berbahan bakar gas, PLN telah berkerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) (PGN). Adapun, PLTD yang akan dikonversi menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) bersama PGN di tahun ini nantinya akan menyasar daerah-daerah terpencil sehingga dapat membangkitkan perekonomian daerah tersebut.

Seluruh proyek yang dilakukan dengan menkonversi PLTD menjadi pembangkit listrik EBT direncanakan akan rampung pada tahun 2026 mendatang. Adapun, target PLTD yang akan dikonversi oleh PLN melalui proyek ini sebanyak 2.130 titik PLTD.

Selain itu, Darmawan mempercayai bahwa biaya produksi listrik melalui pembangkit EBT di Indonesia kedepannya akan semakin kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, hal itu mengingat semakin meningkatnya komposisi bauran EBT di Indonesia dari tahun ke tahun.

Hal ini bisa dilihat dari turunnya harga PLTS dan Baterai. Pada tahun 2015 harga PLTS dipatok sebesar US$25 sen per killowatt hour (kwh). 

Namun, saat ini harga tersebut telah berhasil ditekan hingga pada kisaran US$5,8 sen per Kwh. Bahkan pada tren saat ini harga tersbut dapat turun hingga dibawah US$4 sen per kwh-nya

Sedangkan untuk baterai, saat ini harganya telah mencapai US$13 sen per kwh dari yang sebelumnya sempat berada di angka US$50 sen per kwh. Hal itu menegaskan bahwa telah terjadi penurunan biaya hingga hampir sebesar 80% pada harga baterai dalam beberapa tahun.

Melansir data dari BloombergNEF, harga rata-rata pada baterai bertipe Li-ion pada tahun 2020 adalah sebesar US$137 per kwh dari yang awalnya sebesar US$668 per kwh di tahun 2013.

“perkembangan teknologi dan inovasi mampu menekan mengurangi harga dari pembagkit EBT. Ini menjawab dilemma antara energi bersi tapi mahal atau energi kotor tapu murah. Ini bisa dijawab, bahwa dalam kurun waktu energi bersi dan murah bisa dicapai” jelas Darmawan.