Dorong Kemandirian Energi, Geothermal Bisa Jadi Solusi
- Geothermal atau panas bumi adalah sumber energi yang berasal dari panas alamiah di dalam bumi. Panas bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pembangkit listrik, pengeringan hasil pertanian dan perkebunan, pemanasan kolam renang dan pemandian air panas, pemanasan rumah, dan aplikasi industri.
Energi
JAKARTA - Indonesia terus mendorong kemandirian energi melalui swasembada energi. Pemanfaatan potensi-potensi energi secara optimal dalam negeri disebut sebagai langkah utama mengurangi ketergantungan impor RI.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia 2016–2019 Arcandra Tahar mengatakan, geothermal adalah salah satu sumber energi yang bisa menjadi substitusinya.
"Karena isunya adalah bagaimana kita memanfaatkan atau mengurangi ketergantungan terhadap impor. Geothermal bisa jadi salah satunya substitusi," Kata Arcandra Tahar di acara Qsight, “Outlook Energi 2025 dan Kemandirian Energi Indonesia” yang berlangsung di Q Space Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.
- SRIL Pailit, Bagaimana Nasib 45 Ribu Pemegang Saham?
- Kasus Hakim Zarof Simpan Uang Suap Rp1 T Dinilai Jadi Warning Pentingnya RUU Pembatasan Uang Kartal
- Prospek dan Kinerja DAAZ yang Mau IPO, Siap Ekspansi Bisnis Tambang Terintegrasi
Geothermal atau panas bumi adalah sumber energi yang berasal dari panas alamiah di dalam bumi. Panas bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pembangkit listrik, pengeringan hasil pertanian dan perkebunan, pemanasan kolam renang dan pemandian air panas, pemanasan rumah, dan aplikasi industri.
Menurutnya, tidak semua negara punya sumber energi dari dalam negerinya. Karena itu, kata Arcandra, negara-negara tersebut termasuk Indonesia harus punya strategi yang sangat matang agar mampu bersaing dengan negara yang kaya sumber daya alam.
Jepang adalah salah satu contoh negara yang disebut Arcandra minim sumber daya energi tetapi memiliki tradisi hebat dalam melakukan inovasi dan pengembangan teknologi tinggi. Dengan produksi minyak yang sangat kecil atau boleh dibilang tidak ada, Jepang mengkonsumsi sekitar 4 juta bopd (barrel of oil per day).
Sementara konsumsi gas bumi Jepang mencapai sekitar 12 billion cubic feet per day (bcfd) dengan produksi sangat kecil. Bandingkan dengan Indonesia yang memproduksi gas bumi sekitar 6 hingga 7 bcfd dan minyak sekitar 0.55 juta bopd.
"Terbatasnya sumber energi di dalam negeri membuat Jepang sangat concern dengan energy security mereka. Negara itu menyadari bahwa Impor yang sangat besar akan membuat Jepang dalam posisi rentan dan berisiko ketika terjadi konflik geopolitik antar negara, bencana alam dan tentu saja volatilitas harga energi dunia," lanjutnya
Mantan Wakil Menteri ESDM ini juga menyebut Jepang membuat strategi dengan melibatkan perusahaan-perusahaannya pergi ke luar negeri, dan mencari sumber-sumber energi yang ingin digunakan untuk kemudian diamankan dan dibawa ke dalam negeri mereka.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga akhir 2024, pemerintah telah mengidentifikasi 362 titik panas bumi dengan potensi 23,6 GW. Sebanyak 62 Wilayah Kerja Panas Bumi dan 12 Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi telah disiapkan.
Selain itu, pemerintah telah menerbitkan 16 izin panas bumi, memberikan 14 penugasan kepada BUMN, serta 13 penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi. Sedangkan 2014 hingga 2024, penambahan kapasitas PLTP mencapai 1,2 GW, sehingga total kapasitas terpasang panas bumi menjadi 2,6 GW, atau sekitar 11% dari total potensi panas bumi nasional.
Energi panas bumi juga berkontribusi 5,3% dalam bauran energi, menjadikan Indonesia sebagai produsen listrik panas bumi terbesar kedua di dunia. Tambahan kapasitas ini mampu melistriki 1,3 juta rumah serta mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 17,4 juta ton CO2 per tahun, mendukung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia dalam Paris Agreement.