DP Rumah 0 Persen Tak Bikin Konsumen KPR Tergiur
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai kebijakan uang muka (down payment/DP) rumah nol persen secara parsial tidak akan banyak membantu mendorong pertumbuhan kredit.
Industri
JAKARTA – Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai kebijakan uang muka (down payment/DP) rumah nol persen secara parsial tidak akan banyak membantu mendorong pertumbuhan kredit.
“DP 0% seharusnya tidak dilihat sebagai satu kebijakan yang terpisah, tetapi sebagai satu kesatuan kebijakan dengan lainnya,” ujar Piter dalam webinar virtual, Rabu, 7 April 2021.
Menurutnya, seluruh kebijakan pemerintah dan otoritas yang membantu pertumbuhan kredit dari sisi supply dan demand dapat mendorong terjadinya penyaluran kredit, termasuk kredit kendaraan bermotor dan kredit pemilikan rumah (KPR).
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Mantan Ekonom Senior Bank Indonesia (BI) ini mengatakan perkembangan kasus COVID-19 tetap jadi kunci pertumbuhan kredit.
“Selama kasusnya masih tinggi, saya kira dampak dari kebijakan ini belum maksimal. Mau tidak mau, demand terhadap kredit dipengaruhi oleh kondisi dari masyarakat di tengah pandemi,” jelasnya.
Saat ini, ada dua kelompok masyarakat di tengah pandemi ini. Pertama adalah kelompok masyarakat yang kehilangan daya beli karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau tidak bisa melakukan kegiatan usaha secara normal. Kedua adalah kelompok yang pemasukannya tidak terpengaruh pandemi, tetapi kelompok ini tidak juga melakukan konsumsi karena masih membatasi diri.
Maka dari itu, Piter mengusulkan memperpanjang masa berlaku kebijakan-kebijakan stimulus. Dengan begitu, stimulus bisa memanfaatkan momentum ketika pandemi berakhir nanti.
“Ketika pandemi berakhir, ekonomi beranjak pulih, kebijakan ini menjadi sebuah katalis atau pendorong pertumbuhan ekonomi. Mereka yang masih memiliki daya beli akan terdorong untuk melakukan konsumsi kembali,” katanya. (SKO)