DPK BBCA Mencapai Rp1 Kuadriliun untuk Pertama Kalinya dalam Sejarah
- Tercapainya angka tersebut didorong oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan (current account saving account/CASA) yang naik 17,3% secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Korporasi
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melaporkan kinerja yang terus membaik di tengah pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung, dan perseroan pun mencatat dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp1 kuadriliun untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Tercapainya angka tersebut didorong oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan (current account saving account/CASA) yang naik 17,3% secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Pertumbuhan tersebut juga sejalan dengan volume transaksi yang jumlahnya mencapai 10 miliar atau tumbuh 40% yoy per semester-I 2022, yang mana mayoritasnya berasal dari aktivitas mobile banking.
- Ekspansi ke Sektor Tambang, Waskita Karya (WSKT) Teken Kontrak Rp262 Miliar
- Sarana Menara (TOWR) Milik Grup Djarum Bidik Pendapatan Senilai Rp10,5 Triliun Sepanjang 2022
- Selangkah Lagi, Semen Baturaja Bakal Dicaplok Semen Indonesia
Direktur BBCA Vera Eve Lim mengatakan, pihaknya konsisten dalam mengusung konsep hybrid banking dalam melayani basis nasabah yang terus bertumbuh, baik di ekosistem online maupun offline.
"Hal ini penting untuk senantiasa memberikan kenyamanan kepada berbagai segmen nasabah dalam bertransaksi, di samping tetap menjaga keandalan dan keamanan sistem kami," ujar Vera dalam Public Expose Live, Rabu, 14 September 2022.
Dalam kesempatan yang sama, BBCA pun melaporkan pertumbuhan kinerja keuangan perseroan yang positif sejak dampak pandemi mulai mereda pada tahun ini.
Per semester I-2022, BCA dan entitas anak mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 24,9% yoy menjadi Rp18 triliun.
Faktor utama yang mendorong kinerja positif tersebut adalah pertumbuhan kredit dan DPK serta turunnya biaya cadangan penurunan nilai kredit seiring dengan membaiknya kualitas kredit.
Total kredit BBCA tumbuh 13,8% yoy menjadi Rp675,4 triliun, dan pertumbuhan itu terjadi di semua segmen.
Perseroan pun melaporkan permintaan kredit pada tahun 2022 secara year-to-date (YTD) relatif lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada kuartal II-2022, portofolio kredit korporasi telah menembus angka Rp300 triliun, dan kredit pemilikan rumah (KPR) mencapai Rp101,6 triliun untuk pertama kalinya dalam sejarah dengan pertumbuhan 8,5% yoy.
Sementara itu, kredit kendaraan bermotor (KKB) tumbuh 4,8% yoy menjadi Rp43,2 triliun, sedangkan saldo outstanding kartu kredit BCA pun mengalami pertumbuhan 10,7% yoy menjadi Rp12,7 triliun sehingga total portofolio kredit konsumer naik 7,6% menjadi Rp160,5 triliun.
Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan juga tumbuh 21,8% yoy menjadi Rp169,5 triliun dan berkontribusi hingga 24,9% terhadap total portofolio pembiayaan BBCA.
Hingga Juli 2022, total kredit dan CASA secara bank only mengalami pertumbuhan masing-masing di kisaran 13% dan 17% yoy.
Vera menyampaikan, pada tahun 2022, BBCA menaikkan target pertumbuhan kredit ke kisaran 8%-10% setelah sebelumnya target perseroan berada di kisaran 6%-8%.
"Tahun ini target kredit tumbuh 8%-10%, dan sampai Juni sudah 13,8%," kata Vera.
- Kecanggihan Peradaban Mesir Kuno, Ini Cara Piramida Giza Dibangun
- Bosan Digaji dengan Rupiah? Yuk Simak Website yang Tawarkan Gaji Dolar AS
- Rusia Tawarkan Hadiah Rp240 Juta Bagi Yang Bisa Merebut Kendaraan Ini
Terkait dengan perpanjangan program restukturisasi kredit COVID-19 yang tengah dipersiapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Vera mengatakan bahwa hal itu akan sangat membantu sektor-sektor nasabah tertentu.
"Kalau ini diperpanjang, tentu sangat membantu sektor-sektor nasabah yang membutuhkan waktu lebih panjang untuk recovery karena nggak semua sektor bisa recover di waktu yang sama," ujar Vera.
Per Juni 2022, restrukturisasi kredit BBCA mencapai Rp72,1 triliun atau sekitar 11% dari total kredit. Jumlah tersebut mengalami penurunan kurang-lebih 17% dibandingkan awal 2021.
Kemudian, BBCA juga mencatat kredit berisiko atau loan at risk (LAR) sebesar 12,3% dari total kredit. Angka tersebut mengindikasikan penurunan yang pada tahun lalu mencapai 19,1%.