Ilustrasi aplikasi Jenius dari BTPN.
Perbankan

DPK BTPN Turun, Jenius Justru Mencatat Kenaikan

  • Keberhasilan Jenius dalam meraih jumlah pengguna yang terus tumbuh membawa dampak positif terhadap penghimpunan DPK.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Layanan digital banking milik PT Bank BTPN Tbk (BTPN), Jenius, terus menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam menjalankan bisnisnya. Bahkan, pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Jenius bisa melebihi BTPN sendiri.

Pada tahun 2023, Jenius berhasil menarik perhatian sebanyak 5,2 juta pengguna dengan peningkatan sebesar 19% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,4 juta pengguna.

Keberhasilan Jenius dalam meraih jumlah pengguna yang terus tumbuh membawa dampak positif terhadap penghimpunan DPK. 

Pada tahun lalu, Jenius berhasil mengumpulkan total DPK mencapai Rp 25,5 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 8% yoy jika dibandingkan dengan tahun 2022.

Tidak hanya berhasil dalam penghimpunan dana, Jenius juga mencatat pertumbuhan yang mengesankan dalam penyaluran kredit. 

Penyaluran kredit Jenius meningkat sebesar 121% secara tahunan, mencapai Rp2 triliun dari tahun sebelumnya. Jenius menyediakan berbagai opsi penyaluran kredit, termasuk melalui layanan seperti Flexi Cash, Digital Macro, Kartu Kredit Jenius Visa, dan PayLater.

Sementara itu, BTPN menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah sebesar Rp156,56 triliun, mencatat kenaikan sebesar 7,04% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Pada sisi pendanaan, BTPN berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp108,19 triliun, mengalami penurunan sebesar 5,8% pada tahun 2023. Meskipun begitu, dana murah atau current account saving account (CASA) mengalami kenaikan sebesar 10,02% menjadi Rp44,18 triliun. 

BTPN melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp2,35 triliun selama tahun 2023, mengalami penurunan sebesar 23,81% secara tahunan dari Rp3,09 triliun pada tahun sebelumnya. 

Meskipun pendapatan bunga meningkat sebesar 18,31% menjadi Rp18,82 triliun, bank ini juga menghadapi kenaikan signifikan dalam beban bunga yang naik 60,43% dari Rp4,22 triliun menjadi Rp6,77 triliun pada akhir tahun lalu.

Pendapatan bunga bersih BTPN mencapai Rp12,04 triliun, naik 3,15% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Komisi provisi, fee, dan administrasi juga mengalami kenaikan sebesar 2,55% menjadi Rp823,45 miliar. Di sisi lain, bank mengalami kerugian penurunan nilai aset keuangan atau impairment sebesar Rp3,01 triliun, meningkat 16,17% dari Rp2,59 triliun.

Meskipun mengalami penurunan laba, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BTPN naik menjadi 4,07% pada tahun 2023, dari sebelumnya 3,99%. 

Namun, rasio efisiensi bank ini mengalami penurunan karena beban operasional yang meningkat, dengan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) melonjak menjadi 83,83% dari 80,02% pada tahun 2022.

Kualitas kredit juga meningkat, dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross turun dari 1,32% menjadi 1,23%, sementara NPL net turun dari 0,45% menjadi 0,41%.

Rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BTPN mengalami peningkatan signifikan, mencapai 148,86%, dari 130,29% pada tahun 2022. 

Hal ini menyebabkan likuiditas BTPN menjadi rendah. Aset bank ini juga mengalami penurunan sebesar 3,69% menjadi Rp201,44 triliun pada tahun 2023.