Drakor The Silent Sea. (netflix)
Nasional

Drakor The Silent Sea Bisa Jadi Gambaran Kondisi Air RI 2045?

  • Berlatar di tahun 2075, saat Bumi mengalami krisis, air laut mulai mengering, permukaan Bumi hampir menjadi gurun dan membuatnya sulit menjadi tempat tinggal. Persediaan air bersih juga semakin sulit. Sehingga, pemerintah memberikan batasan penggunaan air bagi masyarakat.

Nasional

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Beberapa tahun yang lalu, tepatnya 24 Desember 2021, Netflix menghadirkan drama Korea (Drakor) bergenre sci-fi thriller berjudul The Silent Sea.

Berlatar di tahun 2075, saat Bumi mengalami krisis, air laut mulai mengering, permukaan Bumi hampir menjadi gurun dan membuatnya sulit menjadi tempat tinggal. Persediaan air bersih juga semakin sulit. Sehingga, pemerintah memberikan batasan penggunaan air bagi masyarakat.

Badan Luar Angkasa dan Aeronautika Korea menemukan solusi untuk keberlangsungan hidup manusia. Mereka merancang misi eksplorasi ke Bulan dengan mengirim tim elit.

Tim tersebut terdiri dari ahli astrobiologi Song Jian (Bae Doona), pemimpin tim Han Yoon Jae (Gong Yoo), kepala teknisi Ryu Taesuk (Lee Joon), tim medis Dok Hong (Kim Sun Young), kepala keamanan Gong Soohyuk (Lee Mu Saeng), dan pilot Kim Heesun (Lee Sung-wook).

Mereka bertujuan menuju Stasiun Penelitian Bulan Balhae yang telah ditutup lima tahun lalu karena kecelakaan. Tim ini ke luar angkasa dengan misi penting untuk mengambil sampel berharga di stasiun tersebut dan kembali ke Bumi.

Namun, pesawat luar angkasa mereka harus melakukan pendaratan darurat di Bulan sebelum sampai ke tujuan. Para tim segera menyadari, Stasiun Penelitian Bulan Balhae penuh dengan misteri saat mereka menemukan beberapa jenazah manusia yang tewas secara misterius, serta kemunculan sinyal kehidupan yang memicu kekacauan.

Sementara, Song Jian mulai meragukan klaim pemerintah bahwa Stasiun Balhae ditutup karena kecelakaan dan curiga terhadap berbagai rahasia di stasiun itu. Ketegangan semakin meningkat di antara anggota tim, terutama ketika salah satu dari mereka mulai memuntahkan air dari dalam tubuhnya.

Berbagai upaya untuk melarikan diri dari stasiun dan menghubungi dunia luar terus menemui kegagalan, hingga akhirnya mereka terjebak di dalam sebuah ruangan rahasia. Dengan peluang bertahan hidup hanya 10%, setiap anggota tim harus berjuang untuk bertahan hidup di pusat penelitian tersebut.

Dilansir dari akun Instagram @wespeakuporg, melalui drakor tersebut, bisa menjadi gambaran kondisi air di 2045. Pada drakor The Silent Sea, air sudah menjadi barang yang langka di masa depan. Sungai-sungai di seluruh dunia telah mengering dan hampir tidak ada pohon yang tersisa karena kebutuhan air untuk minum.

Ilustrasi air bersih. (Unsplash/Nathan Dumlao)

Di Indonesia, BMKG dan LIPI memprediksi bahwa curah hujan akan menurun antara 1-4% selama periode 2020-2034, yang dapat memperburuk kekeringan dan konflik terkait alokasi air semakin parah. Curah hujan yang berkurang ini bisa memiliki dampak besar bagi negara kepulauan seperti Indonesia.

Statistik tahun 2022 menunjukkan, Indonesia mengalami 3.544 bencana alam, 98% di antaranya bersifat hidrometeorologi, yang merengut 3.183 nyawa dan berdampak pada 18 juta orang dalam satu dekade terakhir. Dilansir dari bappenas.go.id, di seluruh dunia, penurunan curah hujan sebesar 1-4% di 2020-2034 akan memicu kekeringan dan konflik alokasi air.

“Indonesia, sebagai negara kepulauan, berada di garis depan krisis global ini,” ungkap Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat berbicara tentang “Freshwater: The True Value of Resilience” di World Economic Forum, Davos, Swiss, pada Rabu, 17 Januari 2024.

Bappenas melaporkan, Indonesia akan menghadapi krisis air bersih pada tahun 2045 akibat perubahan iklim yang tidak terkendali dan tingginya permintaan air yang tidak diimbangi dengan upaya penyediaan suplai air secara berkelanjutan.

Laporan Proyeksi Ketersediaan Air oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ketersediaan air per kapita di Indonesia diprediksi pada 2035 tersisa 181.498 meter kubik per kapita per tahun, berkurang jauh dibandingkan dengan ketersediaan pada tahun 2010 yang mencapai 265.420 meter kubik per kapita per tahun.

Sebagai perbandingan, kita akan kehilangan jumlah air yang setara dengan 17 kali volume air di akuarium Seaworld Jakarta. Lebih mengkhawatirkan lagi, daerah seperti Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan diproyeksikan akan mengalami kelangkaan air pada tahun 2045.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menyatakan di situs resminya, kelangkaan air di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2030.

Data BRIN juga menggambarkan, proporsi wilayah yang mengalami krisis air bersih di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 6,0% pada tahun 2000 menjadi 9,6% pada tahun 2045. Selain itu, kualitas air juga diperkirakan akan menurun secara signifikan karena tingkat pencemaran yang semakin parah.

Krisis air bisa terjadi karena banyak pihak yang merusak sumber air dan ekosistem karst. Contohnya, hutan Papua yang akan dibabat, penambangan besar-besaran di Sulawesi, dan artis mendapat izin membangun resort yang merusak kawasan karst di Gunungkidul. Di Bali, banyak resort baru yang dibangun dekat sumber air. Nah, semua ini dapat merusak sumber air dan karts tidak dapat dipulihkan.

The Silent Sea Teaser Masa Depan Indonesia?

Dilansir dari akun Instagram @wespeakuporg, terkait dengan drakor tersebut, bisa jadi di Indonesia pada tahun 2045 nanti air bersih akan dijatah. Seperti dalam drama Korea The Silent Sea, setiap warga Korea Selatan mendapatkan jatah air bersih berdasarkan kategori kartu yang mereka miliki.

Kalau sampai terjadi, kalangan elit pasti akan enak dengan Kelas A, kelas 1, kelas VIP. Tapi bagaimana dengan rakyat biasa? Padahal, air adalah hak setiap orang.

Di World Water Forum (WWF) Bali, semua negara mencari solusi untuk mengatasi krisis air yang mulai terjadi. Sayangnya, forum ini justru lebih melibatkan pengusaha daripada memberi kesempatan kepada masyarakat yang terdampak untuk berpartisipasi.

People’s Water Forum (PWF), merupakan forum untuk masyarakat sipil membahas keadilan hak air di tengah WWF 2024 di Bali, dihentikan secara paksa oleh organisasi masyarakat (Ormas) tertentu.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRuHA), LBH Bali, dan kelompok masyarakat sipil lainnya mendesak agar oknum aparat dan Ormas menghentikan segala bentuk intimidasi terhadap forum PWF 2024.

Forum ini (PWF) adalah upaya global untuk memperjuangkan hak asasi manusia terhadap air di Asia Tenggara. Selain itu, gerakan ini menentang privatisasi dan mendorong pengelolaan air untuk kesejahteraan rakyat. Forum PWF 2024 dibubarkan paksa tanpa alasan yang jelas.

Pembubaran itu dilakukan PGN karena dianggap melanggar himbauan lisan PJ Gubernur Bali terkait World Water Forum di Bali.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menilai Tindakan intimidasi terhadap panitia dan peserta PWF 2024 ini tak berdasar, dan malah melanggar konstitusi.