BlackHornet.jpg
Tekno

Drone Mungil Ini Tak Ada Duanya di Perang Ukraina

  •  KYIV-Ada begitu banyak jenis drone yang terbang di langit Ukraina. Tetapi heliKopter mata-mata nano ini benar-benar berbeda.Sekelompok drone helikopter &n

Tekno

Amirudin Zuhri

KYIV-Ada begitu banyak jenis drone yang terbang di langit Ukraina. Tetapi heliKopter mata-mata nano ini benar-benar berbeda.

Sekelompok drone helikopter  kecil yang dikenal sebagai Black Hornets telah mengudara di Ukraina. Amerika telah mendanai   mengirimkan 1.000 lebih drone buatan Norwegia tersebut. Diklaim sebagai drone terkecil dan teringan dalam dinas militer, sistem pengintaian pribadi Black Hornet cukup kompak untuk mendarat di telapak tangan. Dan beratnya kurang dari dua ons.

Sebelum pembelian oleh Amerika, Norwegia sebelumnya memasok beberapa Black Hornet ke Ukraina.  Dave Viens, wakil presiden pengembangan bisnis di Teledyne FLIR Defense yang membuat Black Hornets mengakui drone itu  digunakan dengan sangat efektif. Namun dia mengatakan  umpan balik spesifik mengenai drone dari Ukraina agak sensitive untuk dibagikan.

Hal yang harus dipahami, semakin kecil sebuah drone, semakin besar kecenderungannya untuk terbawa oleh angin. Jadi bagaimana Black Hornet yang mungil itu menjaga stabilitas? 

Ole Jorgen Seeland, Direktur Produk Sistem Pengintaian Pribadi di Teledyne FLIR Defense mengatakan ini adalah sebuauh saus rahasia.  Banyak bagian penting Black Hornet dirancang dan diproduksi secara internal. “Ini  adalah sesuatu yang belum dikuasai oleh pesaing kami,” katanya kepada Popular Mechanics Selasa 5 Desember 2023.

Salah satu ciri yang jelas adalah Black Hornet berbentuk helikopter. Sedangkan  sebagian besar drone kecil adalah quadcopter. Seeland mencatat dalam skala kecil helikopter lebih efisien. Ada mainan quadcopter seukuran Black Hornet , namun waktu terbangnya hanya beberapa menit.

Quadcopter memiliki dua bilah yang berputar searah jarum jam. Dan  dua bilah berputar berlawanan arah jarum jam. Ini menghilangkan torsi. Namun Black Hornet, seperti helikopter ukuran penuh, membutuhkan rotor ekor untuk mencegah tubuhnya berputar. Kemudi dan stabilitas dicapai dengan menyesuaikan sudut bilah rotor. Ini  memerlukan pengaturan motor servo yang rumit. Menurut Seeland, secara umum helikopter secara mekanis lebih sulit dibuat.

Quadcopter mengarahkan dengan menyesuaikan kecepatan rotor. Ketika dua rotor di belakang bergerak lebih cepat, drone bergerak maju. Ketika  dua rotor di kiri berputar lebih cepat, dia melaju ke kanan. Begitu dan seterusnya. Drone tetap stabil dalam kondisi berangin berkat pengontrol penerbangan, yang bereaksi dan menyesuaikan keempat rotor dengan kecepatan kilat. Tantangan kendali yang lebih sederhana untuk sebuah helikopter  membuat Black Hornets lebih stabil dibandingkan quadcopter sejenisnya.

Sejarah Black Hornet

Black Hornet memiliki sejarah  sangat panjang. Penemu asal Norwegia, Petter Murren, mematenkan teknik untuk menjaga kestabilan drone kecil di awal tahun 2000-an. Dia kemudian  mendirikan sebuah perusahaan bernama Prox Dynamics yang berbasis di dekat Oslo. 

Perusahaan ini pertama kali menampilkan prototipe Black Hornet pada tahun 2009. Dan  dan dua tahun kemudian Angkatan Darat Inggris menerbangkannya di Afghanistan dengan nama PD-100. PD berareti “Personal Drone.”

Black Hornet awal hanya mampu terbana gsekitar separuh waktu penerbangannya saat ini. Dan  pesawat tersebut kesulitan dalam menghadapi angin kencang. Jarak kendali dibatasi hingga satu kilometer. Selain itu  videonya juga masih beresolusi rendah. Meski begitu drone tersebut menjadi hit bagi tentara yang menerbangkannya.

Perusahaan tersebut kemudian menjual sejumlah nano-drone ke beberapa pelanggan asing. Termasuk militer Amerika yang membeli sejumlah uji coba pada tahun 2019. Dan  sejak itu membeli lebih banyak lagi. Spesialis sensor Amerika FLIR kemudian membeli Prox Dynamics pada tahun 2016 . Sebelum Teledyne Technologies mengakuisisi FLIR pada tahun 2021. Ini menandai pergeseran yang stabil dari kelompok pinggiran ke arus utama militer.

Tentu saja, masalah terbesarnya adalah harga. Inggris membayar sekitar US$25 juta atau sekitar Rp 387 miliar  untuk 324 Black Hornets. Itu  berarti setiap unitnya berharga lebih dari US$100.000  atau Rp1,5 miliar dengan nilai uang saat ini.

Seperti yang dicatat oleh banyak operasi drone , drone kecil pasti akan hilang. Jadi  drone tersebut harus cukup murah agar dapat dibuang. Setiap kali Black Hornet hilang atau rusak merupakan pengalaman yang menyakitkan. Bahkan  benturan  tidak disengaja di tanah sama saja dengan menghancurkan sebuah Porsche.

Sejak Black Hornet pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011, teknologinya telah mengalami kemajuan  signifikan. Dan   drone secara rutin menerima fitur-fitur baru. Mereka termasuk kamera yang lebih baik, prosesor yang lebih cepat, dan waktu terbang yang lebih lama. Semua peningkatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman situasional yang lebih cepat dan lebih baik kepada tentara.

Black Hornet generasi ketiga saat ini jauh lebih stabil. Dan  dapat terbang dengan kecepatan hingga 35 km per jam.  Bobotnya meningkat dari 16 gram menjadi 32 gram. Atau  atau lebih dari satu ons. Drone  memiliki komunikasi dan kamera yang lebih baik. Jangkauan  kendali menjadi dua kali lipat, dan layar menawarkan resolusi lebih tinggi yakni  640 x 480. Atau snapshot 1600 x 1200. Drone ini juga lebih terjangkau. Anggaran Pentagon saat ini menunjukkan harga sekitar US$19.000 per drone . atau sekitar Rp294 juta. Tetapi harga pasti tetap tidak diketahui.

Perbedaan besar antara dulu dan sekarang adalah konteksnya. Saat itu, drone kecil hanya terbatas pada segelintir orang elite. Sekarang, siapa pun bisa mendapatkannya. Langit Ukraina dipenuhi ribuan quadcopter konsumen kecil. 

Mereka  melakukan pengintaian yang sebelumnya hanya mungkin dilakukan dengan perangkat keras militer.Drone murah ini ada di mana-mana. Memberikan perhatian kepada setiap pasukan infanteri dan baterai artileri.

Dalam situasi ini, Black Hornet tampak tidak ada bedanya dengan yang lain. Namun, seperti yang dibuktikan oleh laporan dari operator Ukraina, helikopter nano  mampu bergerak di dalam gedung. Dan memiliki peran unik yang berharga.

Kelebihan Khusus

Seorang operator drone anonim Ukraina melaporkan pengalamannya dengan Black Hornet. Menurutnya stealth itu bagus. Baik dari sisi visual maupun suara. Dia mengatakan Black Hornet dapat diterbangkan sepuluh meter dari pasukan tanpa terdengar. Dan  meskipun dapat dilihat dari jarak 50 meter di langit, sulit dikenali dari bangunan atau tumbuh-tumbuhan pada jarak 20 meter.

Dia mencatat  kameranya memang tidak sebagus model DJI. Namun  yang terpenting adalah kamera siang hari Back Hornet dapat ditukar dengan pencitraan termal untuk operasi malam hari. Ini menjadikannya  dapat terbang ketika drone komersial dilarang terbang.

Dalam hal pekerjaan, operator mengatakan bahwa nilai utama Black Hornet adalah untuk pengintaian jarak dekat. Drone kecil ini dapat mengintai bagian dalam bangunan. Atau melihat ke dalam parit serta posisi lain sebelum serangan. Kemampuan untuk masuk terlebih dahulu menjadikannya penyelamat. Terutama mencegah kejutan mematikan bagi pasukan penyerang.

Drone di Ukraina berevolusi sejalan dengan perkembangan pesawat terbang awal pada Perang Dunia I. Biplan tujuan umum digantikan oleh berbagai jenis yang didedikasikan untuk pertempuran udara-ke-udara, dukungan darat, dan pemboman berat.  

Black Hornet setara dengan pesawat pengintai ringan. Dan memiliki kemampuan  beroperasi dalam jarak dekat dengan pasukan. Namun  lebih praktis dan portabel dibandingkan drone lainnya menjadikannya alat yang berharga.

Meskipun mungkin mahal menurut standar drone konsumen, Black Hornet masih merupakan salah satu perangkat keras militer yang lebih terjangkau. Dan sebagai imbalan atas Black Hornets, Pentagon akan mendapatkan sesuatu yang tak ternilai harganya. Yakni informasi terperinci tentang cara terbaik  untuk menggunakan nano-drone miliknya dalam peperangan abad ke-21. Karena konflik ini menunjukkan satu hal. Yaitu  bahwa drone berukuran kecil dan sangat kecil akan tetap ada.