<p>Logo Bank JTrust./ Alamatbank.co.id</p>
Industri

Eks Bank Century dan Eks Bank Kesawan Kompak Merugi

  • JAKARTA – Pandemi COVID-19 yang terus meluas membuat sejumlah bank mengalami kerugian di semester I 2020. Laporan keuangan beberapa bank di Bursa Efek Indonesia (BEI) memperlihatkan sejumlah faktor menjadi penyebab memerahnya kinerja bank tersebut. Adapun penyebabnya, seperti naiknya kredit bermasalah sehingga melambungkan biaya pencadangan, besarnya biaya deposito yang membebani, dan merugi disebabkan oleh penjualan surat […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Pandemi COVID-19 yang terus meluas membuat sejumlah bank mengalami kerugian di semester I 2020. Laporan keuangan beberapa bank di Bursa Efek Indonesia (BEI) memperlihatkan sejumlah faktor menjadi penyebab memerahnya kinerja bank tersebut.

Adapun penyebabnya, seperti naiknya kredit bermasalah sehingga melambungkan biaya pencadangan, besarnya biaya deposito yang membebani, dan merugi disebabkan oleh penjualan surat berharga.

Seperti apa rapor merah bank akibat pandemi? Berikut kinerja keuangannya.

Bank JTrust Indonesia

Bank yang dulunya dikenal sebagai Bank Century ini nasibnya tak kunjung membaik. Sejak mencuat skandal dana talangan Bank Indonesia (BI) akibat krisis tahun 2008 senilai Rp6,7 triliun, bank yang sudah dijual ke investor Jepang ini tak juga membaik.

Pada semester I 2020, Bank Jtrust membukukan kerugian senilai Rp316,59 miliar. Jumlah tersebut naik 70,2% dibandingkan paruh pertama 2019 dengan kerugian Rp94,27 miliar.

Selain besarnya beban biaya bunga simpanan, selama paruh pertama 2020 Bank Jtrust mengalami rugi akibat penjualan obligasi senilai Rp151,11 miliar. Sementara itu, beban bunga yang mesti dibayarkan bank mencapai Rp435,92 miliar, turun dibandingkan 6 bulan pertama 2019 sebesar Rp568,86 miliar.  Mayoritas simpanan di bank ini adalah deposito dengan bunga tinggi. 

Secara bisnis, kinerja Bank JTrust juga menurun. Salah satu indikasinya, pendapatan bunga yang diperoleh bank ini berasal dari penempatannya di surat utang, baik obligasi negara maupun sertifikat Bank Indonesia (SBI). Total nilainya Rp157,56 miliar, naik dibandingkan semester I 2020 sebesar Rp 129,92 miliar.

Sementara dari aktivitas kredit, pendapatan bunga yang diperoleh sebesar Rp365,43 miliar, turun dibandingkan periode sama 2019 sebesar Rp490,41 miliar.  Sumber utama pendapatan bunga Bank Jtrust ini berasal dari pinjaman ekspor impor dan treasury.

Dengan performa yang memerah, bank berkode saham BCIC ini sepi diminati oleh investor. BEI pada 8 Januari 2020 pun telah mencabut pembekuan saham emiten ini yang dilakukan sejak 21 Nopember 2008. Transaksi atas saham ini nihil pada harga Rp700 per saham.

Bank QNB Indonesia

Bank yang dulunya bernama Kesawan ini juga bernasib apes. Bisnisnya hingga semester I 2020, merugi hingga Rp539,17 miliar, naik hampir sepuluh kali lipat ketimbang kerugian yang dialami pada paruh pertama 2019 sebesar Rp54,46 miliar.  

Salah satu faktor utama memburuknya bisnis bank ini adalah lonjakan kredit bermasalah. Hal ini terlihat dari besarnya nilai pencadangan akibat kerugian aset keuangan sebesar Rp498,63 miliar, melambung tinggi dibandingkan semester I 2019 yang hanya Rp50,39 miliar.

Sementara dari sisi pendapatan, hasil yang diperoleh bank tidak banyak berubah pada tahun 2020. Total pendapatan bunga perseroan selama semester I 2020 sebesar Rp643,86 miliar, mayoritas berasal dari bunga kredit yang disalurkan. Sebagai pembanding, setahun lalu dari pos ini Bank QNB mengantongi pendapatan bunga Rp641,36 miliar.

Dengan kredit yang stagnan, beban bunga yang mesti dibayarkan Bank QNB justru naik. Dari Rp461,90 miliar menjadi Rp503,29 miliar.  Biaya bunga terbesar berasal dari bunga deposito yang nilainya mencapai Rp447,72 miliar.

Sejalan dengan melemahnya kinerja bank berkode BKSW ini, sahamnya di BEI juga terus melemah. Jika di awal tahun harga per saham kurang lebih Rp179, pekan ini nilainya sudah menukik hingga level Rp7 per saham. Artinya, investor yang memiliki saham ini berpotensi merugi hingga 58%.