Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Dua Fakta Ini Di Balik Rebound Saham BBRI, Bagaimana Prospek Selanjutnya?

  • Saham BBRI melonjak 3,69% ke Rp4.210 pada 23 Desember 2024, didorong net buy investor asing sebesar Rp52,6 miliar dan cum date dividen interim Rp20,46 triliun. Lantas bagaimana prospek selanjutnya?

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Saham emiten perbankan plat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada perdagangan Senin, 23 Desember 2024, berhasil bangkit melesat. Hal ini didorong transaksi net buy investor asing dan cum date dividen interim jumbo oleh perseroan.  

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham BBRI ditutup dengan penguatan 3,69% ke level Rp4.210 per saham. Penguatan ini didorong oleh transaksi pembelian investor asing di saham ini yang mencapai Rp52,6 miliar. 

Dari sisi broker, saham BBRI pada perdagangan kemarin paling banyak diburu oleh CLSA Sekuritas Indonesia dengan transaksi mencapai Rp102,5 miliar. Di posisi berikutnya, ada BCA Sekuritas dan Maybank Sekuritas dengan transaksi masing-masing di level Rp22 miliar dan Rp21,3 miliar. 

Sementara itu, total transaksi saham BBRI selama periode tersebut mencapai Rp694 miliar dengan volume 166,8 juta saham, ini pun mengakhiri koreksi dua hari berturut-turut dengan rebound. Namun, secara mingguan saham ini masih turun 0,94% dan bulanan terkoreksi 5,81%.

Selain itu, penguatan saham BBRI bisa dibilang tersengat oleh cum date dividen interim perseroan yang jatuh hari ini Selasa, 24 Desember 2024. Cum date dividen adalah tanggal terakhir di mana seorang investor harus memiliki saham tertentu agar berhak menerima dividen yang diumumkan oleh perusahaan.

BBRI sebelumnya mengumumkan dividen interim sebesar Rp20,46 triliun atau setara Rp135 per saham dalam rangka memperingati HUT ke-129 pada 16 Desember 2024. Dari jumlah tersebut, pemerintah menerima Rp10,88 triliun, sementara Rp9,58 triliun sisanya menjadi bagian dari pemegang saham publik.

Selain BBRI, saham perbankan BUMN lainnya juga mencatatkan penguatan. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,82%, sedangkan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 2,64%. Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dari Grup Djarum juga mengalami kenaikan sebesar 1,30%.

Namun, tekanan jual yang dialami sektor perbankan dalam dua bulan terakhir masih membayangi, disebabkan oleh keluarnya investor asing di tengah ketidakpastian makroekonomi global, geopolitik, serta perubahan kebijakan moneter bank sentral negara maju.

Tantangan dan Prospek Jangka Panjang

Meskipun dalam jangka pendek sektor perbankan menghadapi tantangan seperti inflasi, pelemahan nilai tukar rupiah, dan kenaikan suku bunga SRBI di atas 7%, prospek jangka panjang tetap menjanjikan. Laporan kinerja kuartal III-2024 menunjukkan pemulihan yang lebih baik dari perkiraan, dengan pertumbuhan kredit yang kuat dan pengendalian biaya kredit sebagai pendorong utama.

Sucor Sekuritas mencatat, dalam sebulan terakhir, sektor perbankan mencatat aliran keluar dana asing hingga Rp14,4 triliun, dengan saham BBRI menjadi yang paling terdampak. Kepemilikan asing pada saham BBRI turun ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir, dari 79,2% pada Februari 2024 menjadi 68,5% pada November 2024.

Namun, reformasi struktural pemerintah di sektor hilirisasi mineral, energi, dan pertanian diproyeksikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Analis memprediksi laba bersih gabungan empat bank besar (BBRI, BMRI, BBNI, BBCA) dapat tumbuh dengan CAGR 13,4% dalam lima tahun ke depan.

Dengan valuasi saham yang mendekati rata-rata 10 tahun terakhir serta imbal hasil dividen yang menarik, peluang investasi di sektor perbankan tetap terbuka. Namun, investor disarankan menunggu hingga sentimen pasar membaik, terutama terkait perbaikan kualitas kredit, penguatan likuiditas, dan penurunan biaya dana.