Dua Miliarder Dunia Dikabarkan Beli Bunker Mewah untuk Hindari Kiamat
Tekno

Dua Miliarder Dunia Dikabarkan Beli Bunker Mewah untuk Hindari Kiamat

  • Dua miliardrer dikabarkan membeli bunker mewah untuk kabur dari kiamat

Tekno

Rizky C. Septania

WASHINGTON- Dua miliardrer dikabarkan membeli bunker mewah untuk kabur dari kiamat. Kabar ini beredar lewat catatan yang ditulis oleh penulis teknologi, Doughlas Rushkoff dalam bukunya berjudul Survival of the Richest: Escape Fantasies of the Tech Billionaires.

Dalam bukunya, Rushkoff tak menyebut siapa miliarder yang dimaksud. Ia hanya memberi bocoran bahwa miliarder tersebut berkecimpung di bidang teknologi.

Mengutip Insider Senin, 26 September 2022, Rushkoff, yang dikenal karena hubungannya dengan budaya cyberpunk awal sekaligus pengamat di Universitas New York itu mengatakan bahwa dia diundang ke resor terpencil untuk berbicara dengan lima orang terkaya di dunia tentang masa depan planet ini. 

Pada kesempatan tersebut, Rushkoff mengatakan dia berulang kali ditanya tentang cara terbaik untuk bertahan dari perubahan iklim atau keruntuhan masyarakat.  Kala itu,  para eksekutif merinci rencana mereka untuk membangun bunker bawah tanah dan menghindari apa yang mereka sebut sebagai kiamat.

"Kiamat, Itu adalah ketakutan mereka terhadap kehancuran lingkungan, kerusuhan sosial, ledakan nuklir, badai matahari, virus tak terbendung, atau peretasan komputer jahat yang menghancurkan segalanya," tulis Rushkoff seperti dikutip TrenAsia.com.

Melanjutkan kisah mengenai bunker mewah milik miliarder, Rushkoff menyoroti beberapa perusahaan bertahan hidup yang dipekerjakan oleh orang-orang sangat kaya untuk membangun pelarian mereka lewat sebuah tulisan yang dipublikasikan oleh The Guardian.  Adapun dua perusahaan yang dimaksud adalah  Vivos dan Rising S Company.

Vivos dan Rising S Company menolak untuk memberikan perincian kepada  tentang klien atau proyek tertentu yang telah mereka kerjakan. Keduanya berdalih itu merupakan dengan masalah privasi pelanggan.

Meski begitu, ada sedikit gambaran mengenai bunker yang dibangunboleh kedua perusahaan tersebut.

Mengutip The Guardian, Vivos menjual tempat perlindungan yang pada dasarnya adalah apartemen bawah tanah yang mewah.Tempat perlindungan Vivos yang pernah dibangun menjadi fasilitas Perang Dingin dan silo rudal di seluruh dunia.

Sejumlah bunker bahkan bisa dikatakan beroperasi sebagai kompleks. Di situ, individu dapat berkumpul di area umum serta menjaga ruang pribadi mereka sendiri.

Salah satu situs paling mewah Vivos, Europa One, terletak di Jerman. Bunker ini  menyediakan tempat tinggal lebih dari 2.500 kaki persegi bagi keluarga individu. Bunker ini memiliki banyak fasilitas dan beroperasi hampir seperti desanya sendiri dengan bar, kapel, kolam renang, dan banyak lagi.

Meski tampak menggiurkan, Rushkoff  meragukan bunker tersebut akan mampu bertahan dari kiamat yang sebenarnya.

"Kemungkinan bunker yang dibentengi benar-benar melindungi penghuninya dari kenyataan, yah, kenyataannya, sangat tipis. Pertama, ekosistem tertutup fasilitas bawah tanah sangat rapuh. Hanya yang tidak diketahui  yang diketahui sudah cukup untuk menghancurkan harapan yang masuk akal untuk bertahan hidup," ujar Rushkoff.

Serupa tapu tak sama dengan Vivos, pembuat bunker lainnya, Rising S membangun tempat perlindungannya secara individual di dalam properti pelanggan yang sudah ada.

Rising S mengatakan sering menyesuaikan tempat perlindungannya untuk klien mewah, dan telah membangun apa pun mulai dari ruang operasi hingga kandang kuda, lapangan tembak, lapangan basket, dan ruang penambangan kripto ke dalam tempat perlindungannya.

Rushkoff mengatakan ide di balik miliarder yang mencari jalan keluar menunjukkan tren yang lebih besar. Sebagai pembanding, Ia  mencontohkan ke Elon Musk yang ingin menjajah Mars.

"Seolah-olah mereka ingin membangun mobil yang cukup cepat untuk keluar dari knalpotnya sendiri. Belum pernah sebelumnya pemain paling kuat di masyarakat kita berasumsi bahwa dampak utama dari penaklukan mereka sendiri adalah membuat dunia itu sendiri tidak layak huni bagi orang lain," kata Rushkoff.