Tentara Unifil PBB
Dunia

Dua Personel TNI Terluka Diserang Israel, Prancis Tuntut Tanggung Jawab

  • Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam pernyataan resminya menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan Israel. Indonesia menilai serangan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap Piagam PBB, multilateralisme, dan hukum humaniter internasional.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Pada 10 Oktober 2024, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadakan pertemuan penting untuk membahas eskalasi konflik di Timur Tengah. Khususnya terkait serangan Israel terhadap pasukan perdamaian PBB (UNIFIL) di Naqoura, Lebanon.

Pertemuan yang diinisiasi oleh Prancis ini menarik perhatian besar terutama oleh Indonesia. Dalam serangan yang dilancarkan membabi buta oleh Israel ke menara observasi UNIFIL di garis demarkasi Blue Line, dua personel perdamaian dari Indonesia dilaporkan terluka. 

“Prancis mengungkapkan keprihatinannya  mendalam setelah Israel menembaki Pasukan Sementara PBB di Lebanon, dan mengutuk setiap serangan terhadap keamanan UNIFIL,” ujar Kementerian Luar Negeri Prancis dalam pernyataannya, Dikutip Jumat, 11 Oktober 2024.

Serangan ini menargetkan menara yang berfungsi untuk memantau ketegangan antara Lebanon dan Israel, memicu kemarahan Prancis dan publik internasional. Bagi Indonesia, insiden ini bukan hanya serangan terhadap UNIFIL, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan briefing untuk membahas situasi Timur Tengah pada 10 Oktober sore waktu New York, yang berarti pagi tadi," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi selama rangkaian kegiatan KTT Ke-45 ASEAN di Vientiane, Laos.

Sikap Tegas Indonesia 

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam pernyataan resminya menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan Israel. Indonesia menilai serangan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap Piagam PBB, multilateralisme, dan hukum humaniter internasional. 

"Serangan itu merupakan upaya teror Israel kepada pasukan penjaga perdamaian dan masyarakat internasional. Indonesia menegaskan bahwa mereka yang teguh pada prinsip perdamaian tidak akan pernah gentar," tambah Retno.

Sebagai negara yang selama ini konsisten mendukung misi perdamaian PBB, kecaman Indonesia terhadap serangan ini tidak hanya datang dari kepentingan nasional, tetapi juga sebagai bagian dari komitmen global untuk menjaga perdamaian dunia. 

"Peacekeepers Indonesia setia dengan mandatnya dan Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk juga memastikan terjaganya mandat Dewan Keamanan dengan mengambil langkah konkret yang menjaga kredibilitas Dewan Keamanan," pungkas Retno.

Indonesia merupakan kontributor terbesar kelima dalam pasukan perdamaian PBB, peran yang selalu dijaga dengan serius dalam berbagai misi internasional.

Tuntutan Indonesia kepada Dewan Keamanan PBB

Indonesia, dalam pertemuan tersebut, menuntut agar Dewan Keamanan PBB mengambil langkah konkret dalam menjaga kredibilitasnya. Retno menekankan bahwa tanpa tindakan nyata, serangan seperti ini akan terus terjadi, mengancam keselamatan personel perdamaian dan memperburuk situasi di lapangan. 

Indonesia juga menyerukan kepada anggota DK PBB untuk lebih tegas dalam menegakkan mandat UNIFIL di Lebanon, yang bertujuan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. 

Serangan terhadap pasukan perdamaian, terutama yang tidak memihak, dipandang sebagai ancaman serius terhadap upaya multilateral dalam menegakkan perdamaian di kawasan yang selama ini dilanda konflik berkepanjangan.

Setelah sesi pertemuan terbuka, Dewan Keamanan melanjutkan dengan konsultasi tertutup untuk membahas lebih lanjut situasi di Lebanon dan langkah-langkah yang perlu diambil. 

Meski hasil dari konsultasi tersebut belum diungkap secara rinci, diskusi ini menegaskan urgensi bagi DK PBB untuk memberikan tanggapan yang lebih tegas terhadap serangan Israel dan meningkatkan perlindungan bagi pasukan perdamaian di seluruh dunia.

Partisipasi Indonesia dalam misi perdamaian PBB telah berlangsung selama beberapa dekade. Sebagai salah satu kontributor terbesar pasukan perdamaian, Indonesia tidak hanya menyumbangkan personel, tetapi juga memperkuat citranya sebagai negara yang proaktif dalam menjaga stabilitas global. 

Dari Afrika hingga Timur Tengah, pasukan perdamaian Indonesia telah berperan dalam berbagai misi penting, yang kerap kali melibatkan situasi-situasi genting dan berisiko tinggi.

Insiden serangan di Lebanon ini menjadi salah satu contoh nyata betapa krusialnya peran Indonesia dalam menjaga misi-misi PBB, namun sekaligus menunjukkan tantangan besar yang dihadapi oleh pasukan perdamaian di zona konflik.