Ilustrasi Evergrande.
Dunia

Dua Tahun Terlilit Utang, Evergrande Ungkap Detail Restrukturisasi Rabu Ini

  • Pengembang asal China, Evergrande Grup, berencana menerbitkan term sheet restrukturisasi utang luar negeri pada Rabu, 22 Maret 2023.
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

BEIJING - Pengembang asal China, Evergrande Grup, dikabarkan berencana menerbitkan term sheet restrukturisasi utang luar negeri pada Rabu, 22 Maret 2023.

Penerbitan term sheet restrukturisasi ini telah disepakati oleh kelompok pemegang obligasi offshore utama.

Mengutip Reuters, Senin, 20 Maret 2023, langkah tersebut membuka jalan bagi pengembang properti yang didapuk memiliki utang paling banyak sedunia ini untuk melakukan restrukturisasi utang senilai US$22,7 miliar atau kisaran Rp349 miliar (asumsi kurs Rp15.400 per dolar AS).

Adapun jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan utang jumbo raja properti Negeri Tirai Bambu yang jumlahnya mencapai US$300 miliar atau kisaran Rp4,6 kuadriliun.

Sebagai informasi, Evergrande yang sudah mulai melakukan restrukturisasi utang terbesar di China awal tahun lalu berharap kesepakatan dapat ditandatangani bersama kreditur umum pada akhir Maret. Sedangkan restrukturisasi dapat dilakukan per 1 Oktober 2023.

Lebih lanjut, pengadilan menetapkan sidang berikutnya dari petisi penutupan pada 31 Juli. Saat itu, Evergrande diharapkan memiliki draft persyaratan yang lebih baik setelah timeline terbaru mengabulkan persetujuan pemohon untuk tidak segera mendesak permintaan.

"Secara hukum, mereka tidak terikat secara formal dengan cara apa pun," kata pengacara perusahaan, Linda Chan menanggapi pertanyaan dari hakim mengenai apakah restrukturisasi Evergrande akan bergantung pada skema onshore.  Ia menambahkan, prosedur ini bisa dilakukan secara paralel.

Lebih lanjut, mengenai upaya restrukturisasi, sejumlah pelaku pasar merasa bahwa segala rencana restrukturisasi yang dilakukan oleh perusahaan.

Mereka menambahkan, hal pertama yang digarisbawahi adalah  mendapatkan persetujuan dari otoritas China. Hal ini disebebkan lantaran karena utang dalam negeri yang besar oleh perusahaan memengaruhi banyak pemerintah daerah, lembaga keuangan dalam negeri, dan pembeli rumah.

Ke depannya, Evergrande berharap bisa merilis laporan keuangan tahun 2021 dan 2022 tang tertunda pada April dan Mei.

Sebagaimana diketahui, perdagangan saham Evergrande di Hong Kong telah ditangguhkan sejak Maret lalu sambil menunggu rilis.

Sekadar informasi, Evergrande pernah menjadi salah satu pengembang terlaris di China. Sayangnya, hal tersebut malah jadi senjata makan tuan bagi broker properti Negeri Tirai Bambu.

Ketidakmampuannya membayar kewajiban utang luar negeri selama beberapa tahun terakhir menjadikan raksasa properti ini sebagai penyebab krisis properti China, bahkan dunia. Sejumlah orang terdampak meminta Evergrande melakukan restrukturisasi utang.

Sebelumnya, Evergrande berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan pemegang obligasi luar negeri utama dengan sejumlah persyaratan. Salah satunya adalah menukar sebagian dari utangnya menjadi ekuitas di dua unit yang terdaftar di Hong Kong.

Adapun kedua unit yang dijaminkan sebagai ekuitas adalah Evergrande Property Services Group dan Evergrande New Energy Vehicle Group.

Dalam sidang pengadilan yang digelar November lalu, Evergrande berkata akan berupaya mendapatkan persetujuan kreditur terkait proposal restrukturisasi utang pada akhir Februari.