<p>Proses pemurnian emas di smelter. / Foto: Khushie Singh-Columbia.edu</p>
Industri

Duh! Harga Sedang Melambung, Produksi Emas Indonesia Justru Anjlok Tajam Jadi Cuma 10 Ton

  • Jumlah perusahaan tambang emas saat ini mencapai 28 perusahaan di seluruh Indonesia. Jika Freeport belum bisa kembali normal pada akhir tahun ini, diperkirakan produksi emas nasional pada 2020 tidak terlalu jauh dari angka 100 ton.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Saat harga tengah melambung tinggi, produksi emas Indonesia tahun ini justru merosot tajam. Hingga Mei 2020, produksi emas RI baru mencapai 9,98 ton, jauh di bawah pencapaian 2019 sebanyak 109,02 ton.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan penurunan produksi emas itu sebagai imbas dari terpengaruhnya produksi PT Freeport Indonesia di Papua. Khusus lantaran masuk masa transisi dari penambangan terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah.

“Dengan total produksi mencapai 80 ton per tahun, selama ini Freeport menjadi penyumbang terbesar produksi emas Indonesia,” kata Irwandy dilansir Antara, Kamis, 16 Juli 2020.

Dia memperkirakan masa transisi kegiatan penambangan Freeport bisa mencapai dua tahun. Namun, jika perusahaan itu bisa mempercepat proses transisinya, maka produksi emas Indonesia juga akan kembali normal yaitu berkisar pada angka 120 ton per tahun.

Tambang Emas Grasberg
Area tambang terbuka atau open pit Grasberg di Timika, Papua, milik PT Freeport Indonesia. / Foto: Paul Q. Warren-Columbia.edu

Prediksi 100 Ton

Irwandy menegaskan bahwa jumlah perusahaan tambang emas saat ini mencapai 28 perusahaan di seluruh Indonesia. Sehingga, kalau pun Freeport belum bisa kembali normal pada akhir tahun ini, dia memprediksi produksi emas nasional pada 2020 tidak terlalu jauh dari angka 100 ton.

“Produksi emas mungkin akan berkurang tahun ini karena Freeport belum normal. Kurangnya berapa, harus dilihat secara detail sampai akhir tahun ini. Tapi mudah-mudahan tidak terlalu jauh dari 100 ton,” tegasnya.

Kondisi industri pertambangan emas pada saat pandemi COVID-19, kata dia, relatif stabil. Kegiatan produksi saat ini berjalan normal meski sempat terpengaruh sementara pada Maret hingga Mei silam.

Kondisi tersebut juga didukung dengan prospek pasar komoditas emas yang kondusid. Selama pandemi COVID-19, harga emas justru terus naik hingga US$1.800 per troy ounce.

Pramuniaga menunjukkan emas batangan di Cikini Gold Center, Jakarta, Rabu (8/4/2020). Harga emas 24 karat keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun Rp 17.000 per gram pada Rabu (8/4) berada di posisi Rp 946.000 per 1 Gram, setelah tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah pada harga Rp 963.000 per 1 Gram pada Selasa (7/4). Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Harga Emas Antam dan Pegadaian

Sementara itu, Harga emas PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) dan PT Pegadaian (Persero) mengalami penguatan pada perdagangan Kamis, 16 Juli 2020.

Berdasarkan data Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas Antam untuk cetakan 1 gram naik Rp7.000 menjadi Rp949.000 dari posisi sebelumnya sebesar Rp942.000. Selain itu, harga emas dengan satuan terkecil 0,5 gram naik Rp3.500 menjadi Rp504.500.

Sementara harga jual kembali (buyback) emas Antam naik Rp7.000 ke posisi Rp.949.000 per gram. Harga jual kembali ini belum mempertimbangkan pajak jika nominalnya lebih dari Rp10 juta.

Pada saat yang sama, harga emas di Pegadaian naik Rp2.000 dibandingkan dengan hari sebelumnya. Harga emas cetakan Antam ukuran terkecil 0,5 gram dibanderol Rp513.000 atau naik Rp2.000 dari hari sebelumnya. Nilai untuk emas cetakan UBS dengan ukuran yang sama dipatok Rp503.000 juga naik Rp2.000 dari harga pada perdagangan sebelumnya.

Untuk bobot 1 gram, harga emas cetakan Antam dibanderol Rp963.000 per gram. Sementara itu, emas cetakan UBS dengan ukuran yang sama juga tidak berubah dari sebelumnya ke Rp953.000 per gram. (SKO)