<p>Ilustrasi industri manufaktur di pabrik saat menghadapi era new normal. / Kemenperin.go.id</p>
Industri

Duh! Industri Manufaktur Kisut dan Mengkerut

  • Hasil survei BI secara umum pada kegiatan dunia usaha (SKDU) juga menurun pada periode ini.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja sektor industri pengolahan berada dalam fase kontraksi yang dalam pada kuartal II-2020. Hal itu tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) BI sebesar 28,55%. Angka tersebut turun dari triwulan sebelumnya, yakni 52,66%.

Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyebut, kontraksi tersebut terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI. Adapun kontraksi terdalamnya ada pada komponen volume produksi. Hal ini sejalan dengan menurunnya permintaan akibat pandemi COVID-19.

“Secara sektoral, seluruh subsektor mencatatkan kontraksi pada periode ini. Kontraksi yang terdalam terjadi pada subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki,” ujarnya dalam siaran tertulis, Senin, 13 Juli 2020.

Sementara itu, Onny memprediksi kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan membaik pada triwulan III nanti.

“Kami memprediksi PMI pada triwulan berikutnya ada peningkatan menjadi 45,72 persen,” terangnya.

Menurutnya, seluruh komponen pembentuk PMI akan mengalami perbaikan, meskipun masih berada pada fase kontraksi. Komponen peningkatan tertinggi, katanya, terjadi pada indeks volume total pesanan dan volume produksi.

Dunia Usaha Menurun

Sementara itu, hasil survei BI secara umum pada kegiatan dunia usaha (SKDU) juga menurun pada periode ini.

Penurunan dibuktikan dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar minus 35,75%, terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan I-2020 sebesar minus 5,56%.

Selain industri pengolahan, kata Onny, sektor yang mengalami penurunan terdalam juga terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa.

“Kapasitas produksi terpakai dan penggunaan tenaga kerja pada triwulan II tercatat lebih rendah,” ujarnya.

Di samping itu, kondisi likuiditas dan rentabilitas dunia usaha, katanya, juga menunjukkan penurunan karena akses terhadap kredit perbankan dinilai sulit.

Namun, pada periode selanjutnya, lanjut Onny, responden masih memprediksi adanya peningkatan kegiatan usaha yang didorong oleh perbaikan seluruh sektor.

Sektor tersebut utamanya pada pertambangan dan penggalian, serta sektor jasa.

“Peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian terjadi seiring dengan cuca yang mendukung. Sedangkan peningkatan sektor jasa, utamanya terjadi pada sub sektor administrasi pemerintahan didorong oleh program-program penanggulangan pandemi,” tuturnya. (SKO)