Duh! Laba BNI 2020 Terjungkal 78,54 Persen Rp3,28 Triliun Akibat Provisi
Bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tercatat mengalami kontraksi laba bersih cukup dalam yakni 78,7% menjadi Rp3,28 triliun per 31 Desember 2020.
Korporasi
JAKARTA – Bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tercatat mengalami kontraksi laba bersih cukup dalam yakni 78,7% menjadi Rp3,28 triliun per 31 Desember 2020.
Padahal, bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini masih mampu mencetak laba bersih sebesar Rp15,28 triliun pada 2019. Usut punya usut, anjloknya laba bersih perseroan salah satunya dipicu oleh peningkatan provisi atau pencadangan.
Pada 2020, pencadangan emiten bersandi saham BBNI ini mencapai Rp22,59 triliun, melesat 155,6% secara tahunan dibandingkan dengan posisi 2019 sebesar Rp 8,83 triliun. Pencadangan ini menyumbang pertumbuhan coverage ratio sebanyak 48,9% dari 133,5% di 2019 menjadi 182,4% pada 2020.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Selain itu, penerimaan bunga kredit juga loyo terkoreksi 4% menjadi Rp56,17 triliun. Akan tetapi, total net interest income (NII) BBNI masih tercatat tumbuh 1,5% menjadi Rp37,15 triliun. Ini lantaran penurunan beban bunga (interest expense) sebesar 13,3% menjadi Rp19,02 triliun.
Di tengah masa sulit, BBNI berhasil melakukan upaya efisiensi. Hasilnya, rasio dana murah (CASA) perseroan naik sebesar 160 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 68,4%. Rasio CASA tersebut berdampak pada penurunan biaya dana (cost of fund/ CoF) BNI sebanyak 60 bps menjadi 2,6%.
Dari segi penyaluran kredit, BBNI telah menyalurkan sebanyak Rp586,2 triliun, naik 5,3% secara tahunan. Hingga 31 Desember 2020, penyaluran kredit pada segmen korporasi meningkat 7,4% menjadi Rp309,7 triliun.
Sedangkan kredit kepada segmen bisnis kecil masih mampu tumbuh sebesar 12,3% secara tahunan menjadi Rp84,8 triliun. Serupa, kredit konsumer juga masih tumbuh 4,7% menjadi Rp89,9 triliun.
Adapun BBNI telah merestrukturisasi kredit dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp102,4 triliun atau 18,6% dari total pinjaman.
Dilihat dari segmennya, segmen korporasi menerima restrukturisasi kredit sebesar Rp 44,2 triliun, segmen menengah Rp 21 triliun, segmen kecil Rp 28 triliun, dan segmen konsumer Rp 9,2 triliun. (SKO)