Duh! OJK dan Sri Mulyani Kompak Ramal Indonesia Masuk Resesi Ekonomi Susul 44 Negara Lain
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2020 berada di level negatif 1,1% hingga positif 0,2%. Asumsi ekonomi mampu tumbuh 0,2% didasarkan kuartal III dan IV dapat mengalami perubahan sehingga mengompensasi kontraksi yang terjadi pada kuartal II-2020.
Industri
JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi ekonomi kuartal III-2020 bakal berada di zona negatif lagi sebesar 2% sehingga dipastikan Indonesia masuk jurang resesi.
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara mengatakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal III ini masih di zona negatif meski tidak sedalam kuartal sebelumnya. Hal itu terjadi lantaran mencermati perkembangan dampak pandemi COVID-19.
“Triwulan III, kalau kegiatan ekonomi masih terbatas dan kasus masih banyak, siap-siap bisa minus dua persen,” ujarnya dalam webinar di Jakarta, Senin, 7 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut dia, jika kuartal III-2020 minus 2%, maka ekonomi Indonesia mengalami perbaikan dibandingkan dengan kuartal II-2020 yang negatif 5,32%.
Apabila pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal itu negatif, sambungnya, akibatnya angka kemiskinan akan naik kisaran 2-5 juta orang. Sebab, banyak karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Dia menjelaskan, aktivitas ekonomi yang terbatas juga mendorong pengangguran yang diproyeksi naik 3-5 juta orang.
Dia menambahkan, banyak rumah tangga mengalami kesulitan keuangan dengan 22% pekerja yang merupakan kepala rumah tangga kehilangan mata pencaharian. Untuk menutupi itu, kata dia, sebanyak 43% pekerja menggunakan tabungan untuk mempertahankan daya beli.
“Jika tabungan mulai terbatas, mulai menjual asetnya misalnya emas,” imbuhnya.
Sisanya, lanjut dia, sebanyak 15% menjual aset, gadai aset 8%, pinjam koperasi 19%, pinjam bank 6%, dan pinjaman online 1%. Pemerintah saat ini menggenjot stimulus fiskal yakni belanja melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dianggarkan Rp695,2 triliun.
Sri Mulyani Akui RI Bersiap Masuk Resesi
Pada kesempatan lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi, sehingga dipastikan masuk ke jurang resesi bersama 44 negara lainnya. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 diproyeksi berada sedikit di bawah zona netral.
“Prediksi kita menunjukkan di kuartal III kita mungkin masih mengalami negatif growth dan bahkan mungkin kuartal IV juga masih dalam zona sedikit di bawah netral,” ujarnya belum lama ini.
Menkeu menjelaskan, kuartal III berpotensi mengalami kontraksi lantaran pemulihan aktivitas perekonomian yang mulai terjadi masih sangat rapuh. Mobilitas aktivitas masyarakat sempat mengalami peningkatan mulai mei hingga Juni dengan harapan konsumsi mulai pulih secara bertahap.
“Indikator konsumsi kita setelah tertekan berat, Mei dan Juni menunjukkan pembalikan,” jelasnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani menuturkan indeks ekspektasi dari Juni ke Juli terbilang flat. Sehingga, momentum mulai terjadinya pemulihan harus benar-benar dijaga.
“Memang ada pembalikan yang cukup meyakinkan dari Mei tapi momentum tersebut tidak harus taken for granted,” urainya.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2020 berada di level negatif 1,1% hingga positif 0,2%. Asumsi ekonomi mampu tumbuh 0,2% didasarkan kuartal III dan IV dapat mengalami perubahan sehingga mengompensasi kontraksi yang terjadi pada kuartal II-2020. (SKO)