Duh! Properti Perkantoran di Jakarta Diprediksi Baru Pulih 2022
JAKARTA – Konsultan properti memperkirakan kondisi pasar properti untuk perkantoran di wilayah DKI Jakarta akan kembali normal pada tahun 2022. Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan situasi perekonomian pada 2020 dinilai masih belum terlalu menggembirakan untuk sektor properti. “Masih perlu waktu untuk bisnis perkantoran untuk bisa kembali normal lagi,” kata dia […]
Industri
JAKARTA – Konsultan properti memperkirakan kondisi pasar properti untuk perkantoran di wilayah DKI Jakarta akan kembali normal pada tahun 2022.
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan situasi perekonomian pada 2020 dinilai masih belum terlalu menggembirakan untuk sektor properti.
“Masih perlu waktu untuk bisnis perkantoran untuk bisa kembali normal lagi,” kata dia dalam paparan properti di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 7 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Hal itu, kata dia, terlihat dari antara lain proyeksi tingkat permintaan ruang perkantoran lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi yang ada sebelumnya. Hal itu terjadi akibat pandemi dan melambatnya tingkat pertumbuhan ekonomi.
Terkait dengan kondisi pandemi COVID-19, Ferry berpendapat bahwa dengan adanya vaksin maka akan membantu pemulihan ekonomi. Tentunya, hal itu akan diiring dengan kondisi booming property pada tahun selanjutnya.
“Pertengahan 2021 kemungkinan akan menjadi sign (pertanda) apakah properti itu bergerak membaik atau tidak dan hasilnya baru akan bisa dilihat pada tahun 2022,” katanya.
Kawasan Sentra Bisnis
Ia mengungkapkan bahwa pada kuartal III-2020 tidak ada pasokan baru baik di CBD (central business district/kawasan sentra bisnis) maupun di luar CBD.
Berdasarkan data Colliers International Indonesia, proyeksi pasok kumulatif di Jakarta saat ini tercatat sebanyak 10,3 juta meter persegi. Dari jumlah itu, sebanyak 6,9 juta meter persegi atau sekitar 66%-nya terletak di CBD.
Selain itu jumlah ruang kantor di Jakarta yang belum terserap tercatat ada sebanyak 1,9 juta meter persegi, di mana 68%-nya dipasok di CBD.
Dengan kondisi demikian, lanjutnya, maka semakin banyaknya tambahan pasok gedung perkantoran ke depannya. Hal itu akan semakin memberikan tekanan kepada tingkat hunian di wilayah Ibu Kota pada 2021.
Konsultan properti Knight Frank Indonesia mengungkapkan pandemi COVID-19 telah menyebabkan tingkat hunian atau okupansi perkantoran di Jakarta turun tipis. Penurunan terjadi dari okupansi semester II-2019 sebesar 76% menjadi 75,9% pada semester I-2020.
“Dari tingkat hunian, seperti yang bisa diprediksi turun menjadi 75,9 persen. Hal ini juga diikuti harga sewa yang cenderung turun. Berada di bawah tekanan di semua grade (kelas) yang ada,” kata Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat.
Ia menuturkan tingkat kekosongan ruang perkantoran Jakarta mencapai 24,1% dan ada serapan 81.699 meter persegi jumlah ruang pada periode ini. (SKO)