<p>Indonesia memiliki potensi sumber daya mencapai 23.965,5 Mega Watt (MW) dengan kapasitas terpasang sebesar 2.130 MW. Hal ini membuat Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan panas bumi terbesar di dunia.  / Kementerian ESDM</p>
Energi

Duh, Realisasi Investasi Energi Terbarukan Hanya US$1,5 M

  • Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat investasi energi terbarukan hanya tercapai US$1,5 miliar pada 2023 dari target sebesar US$1,8 miliar
Energi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat investasi energi terbarukan hanya tercapai US$1,5 miliar pada 2023 dari target sebesar US$1,8 miliar.

Sementara pada 2024, pemerintah menargetkan US$2,6 miliar. Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan pendanaan energi terbarukan sebesar US$25 miliar per tahun hingga 2030 untuk mencapai NZE pada 2060. 

“Untuk mengakselerasi pertumbuhan investasi energi terbarukan pemerintah perlu membantu mempersiapkan proyek energi terbarukan yang dapat diimplementasikan dan layak untuk dibiayai,” kata Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, Selasa 16 Januari 2024.

Fabby menduga ada permasalahan struktural yang menyebabkan target investasi energi terbarukan tidak pernah tercapai selama era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sementara di dunia, investasi energi terbarukan terus meningkat bahkan melampaui investasi energi fosil dalam lima tahun terakhir. 

Baca Juga: Jalan di Tempat, Bauran EBT 2023 Masih 13,1 Persen

Untuk itu, Fabby mengusulkan adanya evaluasi serius terhadap persoalan ini sehingga pemerintah bisa dengan cepat memperbaiki lingkungan yang memungkinkan (enabling environment) perbaikan iklim investasi energi terbarukan. Salah satunya tinjauan ulang atas subsidi batu bara lewat skema DMO dan domestic coal pricing obligation untuk PLTU PLN. 

Akselerasi pembangunan energi terbarukan merupakan keniscayaan untuk mencapai target bauran yang tinggi di 2030 sebagaimana yang dinyatakan oleh target JETP, dan untuk mendukung pembangunan rendah karbon Indonesia. Berbeda dengan pandangan awam, harga listrik energi terbarukan jauh lebih murah dan kompetitif atas energi fosil. 

Ditambah, Menteri ESDM sudah mengakui biaya energi terbarukan dan biaya integrasi untuk PLTS dan PLTB, sudah dapat kompetitif dengan PLTU baru. 

“Sehingga, seharusnya sudah tidak ada keraguan lagi dalam memberikan dukungan akselerasi energi terbarukan.”

Menurut IESR, intensitas emisi listrik Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan. Ini dapat menghambat minat investasi industri-industri multinasional yang menetapkan syarat ketersediaan listrik yang rendah emisi dan kemudahan akses pada energi terbarukan. 

“Pemerintah harus berupaya menurunkan intensitas emisi GRK di sistem kelistrikan, dengan cara mengurangi pembangkit energi fosil dan menambah pembangkit energi terbarukan. Salah satu opsinya adalah pensiun dini PLTU PLN yang telah berusia di atas 30 tahun pada 2025, yang juga dapat mendorong percepatan pembangkit energi terbarukan,” kata Fabby.