<p>Bumi Serpong Damai. / Bsdcity.com</p>
Industri

Duit Bumi Serpong Kian Menumpuk di Singapura

  • JAKARTA- PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tak kuasa menghadapi terjangan pandemi COVID-19. Terbukti pada semester I 2020 perusahaan dibawah payung Sinarmas Group ini harus menelan kerugian bersih sebesar Rp 89,30 miliar. Bandingkan dengan laba bersih Rp 2,09 triliun pada periode sama 2019. Selain karena faktor penjualan yang menurun, menjadi Rp2,33 triliun, dibandingkan Rp3,60 triliun […]

Industri

Issa Almawadi

JAKARTA- PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tak kuasa menghadapi terjangan pandemi COVID-19. Terbukti pada semester I 2020 perusahaan dibawah payung Sinarmas Group ini harus menelan kerugian bersih sebesar Rp 89,30 miliar. Bandingkan dengan laba bersih Rp 2,09 triliun pada periode sama 2019.

Selain karena faktor penjualan yang menurun, menjadi Rp2,33 triliun, dibandingkan Rp3,60 triliun semester I 2019, pada periode tahun ini beban keuangan yang kudu ditanggung BSDE meledak. Paling tidak dari dua pos, beban bunga dan keuangan serta beban bunga-diskonto penjualan, nilainya mencapai Rp 889,92 miliar.

Meski mengalami musim bisnis yang kurang menyenangkan, sejatinya pundi-pundi uang BDSE masih sangat tebal. Laporan keuangan perseroan yang di publikasikan di Bursa Efek Indonesia pada 30 Juli 2020 mencatat, jumlah kas dan setara kas perseroan sampai 30 Juni lalu mencapai Rp 10,37 triliun. Sebagai pembanding pada pos yang sama nilainya baru Rp6,86 triliun di akhir Desember 2019 silam.

Dengan uang begitu besar, dimana perusahaan properti ini menyimpan dananya? Inilah yang menarik. Laporan keuangan BSDE mengungkapkan, meski bisnis utamanya di Indonesia, mayoritas dana perseroan di tempatkan di sejumlah lembaga keuangan asing.

Contohnya, melalui  anak perusahaannya yaitu Global Prime Treasury PTE Ltd, BSDE menempatkan dana sebesar Rp 1,76 triliun di reksa dana yang dikelola Banjaran Aset Manajemen yang berdomisili di Singapura. Simpanan BSDE di Banjaran ini melonjak tajam daripada kuartal I 2020 lalu yang masih Rp312,07 miliar. Ada juga penempatan dana di Morgan Stanley Singapura sebesar Rp30,17 miliar.

Dari investasinya di reksa dana asing itu,  Global Prime  meraih imbal hasil investasi sebesar Rp 34,15 miliar.

Sementara di produk reksa dana lokal yaitu Mandiri Dana Investa Utama nilai penempatan BSDE hanya sebesar Rp 251,13 miliar.

Instrumen surat berharga lain yang dipilih BSDE untuk membiakkan dananya adalah Reedemable Note senilai Rp 1,85 triliun dan Credit Linked Note sebesar Rp 493,41 miliar. Total jenderal, investasi BSDE di instrumen surat berharga ini pada semester I 2020 mencapai Rp 4,39 triliun, melonjak dibandingkan akhir Desember 2019 lalu yang masih Rp 1,88 triliun.

Melalui strategi investasinya di surat berharga tersebut, pengembang  ini mampu meraih keuntungan investasi sebesar Rp 649,88 miliar. Angka yang wow ditengah penurunan berbagai aset investasi global dan domestik akibat Pandemi COVID-19 sejak Maret lalu.

Selain surat berharga, BSDE dan entitas anak usahanya juga memiliki banyak simpanan di bank. Yang terbesar di Oversea Chinese Banking Corporation Limited senilai Rp 2,76 triliun. Di bank lokal? Ada juga. Seperti di Bank BCA Rp 345,56 miliar dan Bank Permata Rp 113,51 miliar.