Duit Produsen Sepatu Bata Bertambah Rp53,33 Miliar, Uang Kaget dari Mana?
- Pada akhir Juni 2024, total kas yang dihimpun berjumlah Rp60,84 miliar, padahal pada akhir Desember 2023 BATA ‘hanya’ punya kas sebanyak Rp7,47 miliar.
Korporasi
JAKARTA – Ada yang mencolok dari laporan keuangan periode Januari – Juni 2024 milik PT Sepatu Bata Tbk (BATA). Dalam waktu enam bulan, kas dan bank akhir periode produsen Sepatu Bata ini tiba-tiba terbang 710,88% atau bertambah Rp53,33 miliar.
Pada akhir Juni 2024, total kas yang dihimpun berjumlah Rp60,84 miliar. Padahal pada akhir Desember 2023, BATA ‘hanya’ punya kas sebanyak Rp7,47 miliar.
Mengutip laporan keuangan BATA, Rabu 9 Oktober 2024, ‘uang kaget’ puluhan miliar itu berasal dari penjualan aset milik perseroan. Dari catatan 9 laporan keuangan diketahui bahwa BATA pada tanggal 6 Maret 2024 menjual aset berupa tanah dan bangunan termasuk peralatan dan sarana penunjang pada bangunan tersebut kepada PT Simatupang Jaya Realty.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Tomas Bata, Pengusaha Ceko yang Dirikan Brand Sepatu Bata
Setelah ditelusuri, tanah dan bangunan yang dijual tersebut merupakan kantor pusat Sepatu Bata. Aset ini terdiri dari enam lantai dengan luas bangunan sebesar 4.239,43 m2 yang berdiri di atas lahan seluas 1.993 m2.
Kantor yang berlokasi di Jl. R.A. Kartini Kav. 28, Cilandak, Jakarta Selatan itu dijual seharga Rp64 miliar. Sementara peralatan dan sarana penunjang pada bangunan tersebut dijual Rp33,25 miliar.
Manajemen BATA menjelaskan, penjualan ini ditujukan untuk memperkuat poisi keuangan perseroan dengan melunasi sebagian pinjaman berbunga dan mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan pengelolaan properti. Sehingga alokasi dana dari keuntungan perseroan dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.
Hasil penjualan tersebut terekam dalam laporan arus kas dari aktivitas investasi. Di mana, pos tersebut memperoleh tambahan Rp61,04 miliar. Sedangkan, kas yang berasal dari aktivitas operasi atau penjualan perusahaan justru anjlok dari Rp40,47 miliar pada akhir tahun lalu menjadi Rp16,39 miliar pada akhir Juni kemarin.
Untuk diketahui, kondisi di ambang kebangkrutan membuat BATA melakukan sejumlah aksi penyelamatan perusahaan, termasuk menjual aset dan menutup pabrik. Dapat dilihat, total aset BATA sudah berkurang Rp90,68 miliar menjadi Rp495,05 miliar dari posisi akhir tahun lalu Rp585,73 miliar.
Meski sudah menjual banyak aset, rugi bersih BATA terus membengkak. Jika pada Juni 2023 kerugian BATA berjumlah Rp32,47 miliar, maka pada Juni 2024, perseroan makin boncos karena merugi Rp127,43 miliar.
Kerugian tersebut dipicu dari banyak hal, seperti penjualan BATA yang turun jadi Rp260,29 miliar dari semula Rp335,76 miliar.
Baca Juga: Karyawan Sepatu Bata (BATA) Tuntut Pesangon Usai Pabrik Purwakarta Tutup
Berkaitan dengan kondisi keuangan yang memprihatinkan, hingga 30 Juni 2024, manajemen Grup telah melakukan beberapa tindakan seperti mengosongkan tanah dan bangunan pabrik di Purwakarta. Tanah dan bangunan di Purwakarta saat ini dalam keadaan kosong dan tidak ada rencana untuk memulai kembali aktivitas produksi ataupun operasi di pusat distribusi.
Bukan cuma ditutup, induk usaha, komisaris, dan direksi Sepatu Bata sudah sepakat untuk menjual pabrik di Purwakarta. Saat ini, perseroan sudah menunjuk beberapa penilai dan agen real estate untuk menentukan nilai tanah dan bangunan.
Juga, manajemen secara aktif berkomunikasi terkait penjualan pabrik dengan calon pembeli melalui beberapa saluran komunikasi seperti email dan pertemuan informal.
“Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, manajemen berkeyakinan bahwa intensi untuk menjual tanah dan bangunan di Purwakarta tidak akan berubah dan akan terlaksana dalam kurun waktu satu tahun,” tulis laporan keuangan BATA.