Konferensi Pers Peluncuran U-Solar 2.0 dari PT Bank UOB Indonesia di Jakarta, Selasa, 25 Juli 2023.
Finansial

Dukung Industri Panel Surya demi Penerapan ESG, UOB Luncurkan Pembiayaan U-Solar 2.0

  • U-Solar 2.0 mempermudah akses pembiayaan bagi industri yang bergerak di bidang tenaga surya.

Finansial

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank UOB Indonesia meluncurkan program pembiayaan U-Solar 2.0 untuk mendukung industri panel surya yang merupakan bagian dari penerapan nilai-nilai lingkungan, sosial, dan tata kelola (enviromental, social, and governance/ESG). 

U-Solar 2.0 diinisiasi dalam rangka memperluas cakupan program pembiayaan bagi kontraktor yang bergerak di bidang solar engineering, procurement, construction, and commissioning (EPCC) lokal serta pengembang proyek lainnya yang berkaitan. 

Dengan adanya program U-Solar 2.0 ini, akses pembiayaan bagi industri yang bergerak di bidang tenaga surya yang menjadi salah satu penopang ekosistem berkelanjutan pun menjadi lebih disederhanakan. 

Aspek Keberlanjutan

Direktur Wholesale Banking UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan, dari hasil studi yang dilakukan oleh pihaknya, ditemukan bahwa pebisnis di Indonesia dewasa ini mayoritasnya menempatkan aspek keberlanjutan sebagai prioritas utama.

Menurut hasil studi tersebut, aspek keberlanjutan menduduki peringkat prioritas utama pada tahun 2023 di antara 97% bisnis di Indonesia. Sebanyak 47% bisnis pun dikatakan Harapman sudah mulai menerapkan praktik keberlanjutan dalam bisnis mereka. 

"Sudah hampir 100% bisnis di Indonesia sudah sangat aware terhadap berkelanjutan. Meskipun ada kekhawatiran akan kenaikan biaya produksi, namun di sisi lain para pebisnis percaya bahwa aspek keberlanjutan akan menarik minat banyak investor," ujar Harapman dalam konferensi pers peluncuran U-Solar 2.0 di Jakarta, Selasa, 25 Juli 2023. 

Dipaparkan oleh Harapman, 7 dari 10 pebisnis di Indonesia yang menyatakan bahwa aspek keberlanjutan pada bisnis akan menarik minat yang lebih tinggi dari investor. Sedangkan 3 dari 5 pebisnis mengungkapkan bahwa implementasi ESG dapat membantu meningkatkan merek dan reputasi bisnis. 

Program U-Solar 2.0

Harapman menambahkan, program U-Solar 2.0 ini dicanangkan untuk membantu menghubungkan ekosistem tenaga surya dan mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon. Hal tersebut sejalan dengan agenda pemerintah untuk menggerakkan 23% pembangkit listrik dari energi baru terbarukan pada tahun 2025. 

Dalam program U-Solar 2.0, kontraktor dan pengembang dapat mengakses pembiayaan dengan persyaratan kredit yang lebih baik saat membeli dari pemasok peralatan yang disetujui dalam program. 

Rangkaian solusi akses tersebut juga meliputi pembiayaan perdagangan ramah lingkungan yang secara efektif  mengatasi masalah arus kas dan kesenjangan modal kerja untuk pengembang dan kontraktor. 

Dengan rangkaian solusi U-Solar 2.0 yang membantu pembiayaan alat produksi untuk beberapa proyek tenaga secara bersamaan, U-Solar 2.0 diproyeksikan dapat mendukung peningkatan adopsi tenaga surya di seluruh kawasan. 

U-Solar 2.0 ini termasuk ke dalam kerangka Smart City Sustainable Finance Framework UOB. Capital Sustainable Finance Framework UOB semakin mendukung adopsi energi hijau yang  lebih luas, memperkuat kemitraan dengan para pemain industri serta memungkinkan klien untuk mencapai tujuan dekarbonisasi. 

Empat Negara

Sector Solutions Group Wholesale Banking UOB Wasistho Soerono mengungkapkan program U-Solar versi sebelumnya telah dijalankan serentak di empat negara yang menjadi market dari UOB, yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura. 

Program U-Solar dikatakan Wasistho telah membawa dampak positif bagi lebih dari 200 perusahaan dan 1.700 pemilik rumah dengan memfasilitasi transisi mereka ke tenaga surya. 

"Hingga kini, program tersebut telah berkontribusi pada pengurangan lebih dari 350.000 ton emisi gas rumah kaca," kata Wasistho dalam kesempatan yang sama. 

Wasistho menambahkan, pengurangan lebih dari 350.000 ton emisi gas rumah kaca itu setara dengan mengurangi lebih dari 70.000 mobil dari jalan raya selama 
setahun atau menanam lebih dari 5 juta bibit pohon selama rentang waktu 10 tahun.