Dampak perubahan iklim terhadap perempuan dan masyarakat miskin
Industri

Dukung Program Perubahan Iklim, Bank DBS Kucurkan Rp102 Triliun untuk Pembiayaan Hijau

  • JAKARTA – PT Bank DBS Indonesia tercatat telah memberikan pendanaan hijau hingga 9,6 miliar dolar Singapura atau setara Rp102 triliun (asumsi kurs Rp10.663 per
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT Bank DBS Indonesia tercatat telah memberikan pendanaan hijau hingga 9,6 miliar dolar Singapura atau setara Rp102 triliun (asumsi kurs Rp10.663 per dolar Singapura) . Nilai ini bakal terus digenjot untuk mencapai target US$50 miliar pada 2024.

“Suatu kewajiban untuk kita semua untuk melestarikan bumi. Kita sebagai perbankan selalu lebih mendukung sektor ramah lingkungan ini,” ucap Corporate Banking Director Banking Bank DBS Kunardy Lie dalam SAFE Forum, Kamis, 26 Agustus 2021.

DBS melihat minat yang baik dari pencarian pembiayaan berkelanjutan di negara dan sektor di mana bank ini beroperasi. Pasar pinjaman ramah lingkungan (green loan market) didominasi peminjam di sektor real estate.

Sektor lainnya yang bakal disasar oleh DBS adalah lini usaha yang bisa mendorong penciptaan energi terbarukan.  “Untuk perusahaan di Indonesia, seperti perusahaan geothermal dengan menerbitkan green bond 500 miliar dolar Singapura tahun lalu dan awal tahun ini kita terbitkan sustainability green bond 350 dolar Singapura untuk perusahaan yang bergerak di pakan ternak,” ujar Kunardy.

Green financing merupakan salah satu upaya untuk mencapai target Paris Agreement, yakni mencapai net zero emission. Dalam mencapai target itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan perlu dana hingga US$247 miliar.

Maka dari itu, Bendahara Negara coba mengalihkan investasi pada sektor yang dinilai berkelanjutan. Strategi ini ditempuh karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak sanggup menanggung seluruh biaya penanganan perubahan iklim.

“Kita perlu mobilisasi dana yang berasal dari swasta, baik domestik dan global. Karena itu perlu formulasi kebijakan di bidang iklim investasi yang mampu menarik lebih banyak lagi investasi untuk bangun sektor energi dan transportasi hijau,” jelas Sri Mulyani dalam kesempatan yang sama.

5 Sektor Pengurangan Emisi

Ada lima sektor yang dinilai Sri Mulyani punya kontribusi besar terhadap target pengurangan emisi. Sektor itu antara lain kehutanan (17%), energi dan transportasi (11%), limbah (0,38%), pertanian (0,32), dan industri (0,1%).

Perbankan internasional juga turun tangan membantu pendanaan program berkelanjutan. Bank Pembangunan Asia (ADB) tercatat memberikan tawaran pinjaman senilai US$80 miliar atau Rp1.160 triliun untuk belanja biaya perubahan iklim. Dana tersebut ditawarkan, salah satunya kepada Indonesia sebagai anggota ADB.

ADB beralasan dana itu dikucurkan seiring target NDC yang sudah semakin dekat. Maka dari itu, ADB menilai perlu memberi stimulasi bagi negara-negara di Asia dalam penanganan perubahan iklim.

Bantuan itu termasuk tambahan investasi sebesar US$ 9 miliar atau sekitar Rp 130 triliun untuk mendukung adaptasi dan ketahanan selama proses transisi di tengah kondisi COVID-19.