Dulang Cuan selama Pandemi, Pendapatan Emiten Sektor Kesehatan Kompak Naik
- JAKARTA - Emiten sektor kesehatan mencetak kinerja yang positif selama pandemi COVID-19. Tak heran, perusahaan-perusahaan di sektor ini mendulang untung lantara
Korporasi
JAKARTA - Emiten sektor kesehatan mencetak kinerja yang positif selama pandemi COVID-19. Tak heran, perusahaan-perusahaan di sektor ini mendulang untung lantaran menjadi penyedia layanan kesehatan masyarakat.
Di deretan emiten sektor penyedia jasa kesehatan tersebut, setidaknya mencakup perusahaan pengelola rumah sakit, poliklinik, dan laboraturium.
Jika melihat laporan keuangan perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang kuartal III tahun ini emiten PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) membukukan pendapatan paling tinggi, yakni mencapai Rp4,63 triliun. Kemudian, diikuti oleh Siloam International Hospital Tbk (SILO), Mitra Keluarga Karya Sehat Tbk (MIKA), dan sejumlah emiten lainnya.
Selengkapnya, berikut kinerja beberapa emiten sektor penyedia jasa kesehatan, dilihat dari pendapatan yang paling tinggi.
1. RS Hermina
Emiten rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) meraup pendapatan sebesar Rp4,63 triliun pada kuartal III-2021. Jumlah ini naik hingga 60,5% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,88 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan terbesar disumbang oleh rawat inap yang mencapai Rp3,34 triliun. Angka ini tumbuh hingga 81,5% yoy dibandingkan dengan Rp1,85 triliun per kuartal III-2020.
Sementara itu, pendapatan dari rawat jalan tercatat Rp1,26 triliun, naik 23,7% yoy dari kuartal III-2020 yang sebesar Rp1,02 triliun.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan HEAL membengkak menjadi Rp2,2 triliun pada periode ini. Untuk kuartal III-2020, beban pokok pendapatan masih Rp1,57 triliun.
Adapun laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk berhasil melambung hingga 195,2% yoy menjadi Rp773,1 miliar, dari hanya Rp261,9 miliar per kuartal III-2020.
Total liabilitas naik 11,7% year-to-date (ytd) menjadi Rp3,32 triliun, dari sebelumnya Rp2,97 triliun per akhir Desember 2020. Kemudian total ekuitas juga naik 23% ytd menjadi Rp4,16 triliun, dari Rp3,38 triliun per akhir 2020.
Namun, kas dan setara kas HEAL mengalami penurunan hingga 58,1% ytd menjadi Rp361,9 miliar, dari Rp864,5miliar per Desember 2020. Untuk total aset, naik 17,9% ytd dari Rp6,35 triliun menjadi Rp7,49 triliun per September 2021.
- Namarin Institute: Investasi Asing di Sektor Pelabuhan Bisa Tingkatkan Biaya Logistik
- Test PCR, GSI, dan Keterkaitan Luhut
- Belum Lama IPO, Bundamedik Catat Kenaikan Pendapatan hingga 62,6 Persen
2. RS Siloam
Rumah sakit milik Grup Lippo ini berhasil meraih pendapatan sebesar Rp4,6 triliun atau naik 48,3% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp3,1 triliun.
Rinciannya, pendapatan rawat inap sebesar Rp2,6 triliun dan rawat jalan sebesar Rp2 triliun. Kedua pos ini sama sama meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Diketahui, pendapatan rawat inap pada semester I-2020 sebesar Rp1,79 triliun dan rawat jalan Rp1,38 triliun.
Meskipun demikian, beban pokok pendapatan SILO membengkak menjadi Rp2,8 triliun, dari sebelumnya Rp2,21 triliun per semester I-2020.
Di sisi lain, Siloam berhasil membalikkan rugi menjadi laba sebesar Rp302,6 miliar sepanjang semester I-2021. Pada periode ini laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp302,6 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, Siloam menelan rugi hingga Rp130 miliar.
Total liabilitas Siloam juga naik menjadi Rp2,59 triliun, dari sebelumnya. Rp2,4 triliun per Desember 2020. Begitu pula total ekuitas dari Rp6 triliun menjadi Rp6,1 triliun pada periode ini.
Siloam mencatat kas dan setara kas per semester I-2021 sebesar Rp849 miliar atau menyusut dari Rp907 miliar per akhir tahun lalu. Namun, aset Siloam tetap tumbuh menjadi Rp 8,7 triliun, dari sebelumnya Rp8,4 triliun per akhir 2020.
3. RS Mitra Keluarga Karya Sehat
Pengelola Rumah Sakit Mitra Keluarga, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) ini membukukan pendapatan sebesar Rp3,4 triliun sepanjang kuartal III-2021.
Pendapatan tersebut naik 47,1% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp2,31 triliun. Rawat inap menyumbang Rp2,23 triliun, naik 48,6% yoy dari kuartal III-2020 sebesar Rp1,5 triliun.
Dari komponen tersebut, paling besar adalah obat dan perlengkapan medis, yakni mencapai Rp1 triliun, meningkat separuhnya alias 50,02% yoy dari Rp669,9 miliar per kuartal III-2020.
Kemudian, pendapatan dari rawat jalan berkontribusi sebesar Rp1,16 triliun, naik 42,5% yoy dibandingkan dengan Rp814 miliar per kuartal III-2020.
Mitra Keluarga Karyasehat pada periode ini mengalami beban pokok pendapatan Rp1,62 triliun. Angka ini sedikit membengkak dari beban sebelumnya yang sebesar Rp1,22 triliun per kuartal III-2020.
Di sisi lain, laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk berhasil tumbuh hingga 68% yoy menjadi Rp882,7 miliar, dari Rp525,4 miliar per sembilan bulan pertama tahun lalu.
Adapun total liabilitas Mitra Keluarga Karyasehat per 30 September 2021 tercatat sebesar Rp901 miliar, naik tipis 5,3% year-to-date (ytd) dari Rp855 miliar per akhir 2020. Begitu pula dengan total ekuitas Rp5,8 triliun, meningkat 5,2% ytd dari Rp5,51 triliun per Desember 2020.
Untuk kas dan setara kas Mitra Keluarga Karyasehat per 30 September 2021 tercatat sebesar Rp1,61 triliun, melonjak 129,3% ytd dibandingkan akhir tahun lalu yang sebesar Rp705 miliar. Terakhir, total aset juga tumbuh 5,1% ytd menjadi Rp6,7 triliun, dari Rp6,37 triliun per Desember 2020.
4. Prodia
Pendapatan Prodia naik hingga 65,8% yoy menjadi Rp1,99 triliun pada periode ini. Tercatat, sebelumnya pendapatan Prodia sebesar Rp1,2 triliun per kuartal III-2020. Kontribusi terbesar berasal dari pendapatan laboraturium yang mencapai Rp1,85 triliun. Sementara itu, pendapatan nonlaboraturium dan klinik masing-masing menyumbang Rp147 miliar dan Rp17,8 miliar.
Kinerja tersebut juga ditopang oleh kontribusi pendapatan dari masing-masing segmen pelanggan. Segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang sebesar 68,4% kepada pendapatan Prodia. Kemudian, segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi menyumbang sebesar 31.6%.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan Prodia membangkak, dari Rp547 miliar menjadi Rp757 miliar. Namun, Prodia tetap berhasil meraih pertumbuhan laba hingga 318% yoy per kuartal III-2021.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2021 Prodia berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp511 miliar. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu, yakni Rp122,2 miliar.
Pada periode ini, Prodia mencatat total liabilitas sebesar Rp470,9 miliar, naik tipis 6,13% ytd dari Rp443,7 miliar per Desember 2020. Total ekuitas juga lebih tinggi, yakni Rp2,14 triliun dari sebelumnya Rp1,78 triliun per akhir tahun lalu.
Prodia per akhir September 2021 memiliki kas dan setara kas sebesar Rp679,2 miliar. Kas ini naik 86% ytd dari Rp364,9 miliar per akhir 2020. Untuk margin laba bersih dan margin EBITDA masing-masing mengalami peningkatan menjadi sebesar 61,9% dan 37,4%.
Prodia juga mencatatkan rasio lancar sebesar 736,1% dan rasio cepat sebesar 709,1%. Adapun total aset Prodia naik menjadi Rp2,61 triliun, dari akhir 2020 yang sebesar Rp2,23 triliun.
5. RS Bundamedik
Pengelola rumah sakit PT Bundamedik Tbk (BMHS) mengantongi pendapatan sebesar Rp1,32 triliun per kuartal III-2021.
Jumlah pendapatan tersebut naik hingga 62,6% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp813 miliar.
Rawat inap menyumbang kontribusi terbesar, yakni sebesar Rp586 miliar. Disusul oleh pendapatan rawat jalan Rp386,5 miliar, dan sisanya dari pendapatan fertilisasi in vitro yang meliputi klinik, farmasi, laboraturium, serta hotel dengan total Rp374,6 miliar.
Sementara itu, beban pokok pendapatan tercatat naik menjadi Rp673 miliar, dibandingkan dengan Rp470 miliar per kuartal III-2020.
Emiten yang baru melangsungkan Initial public offering (IPO) pada Juli 2021 ini juga berhasil mencatat kenaikan laba hingga 189,5% yoy. Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat menjadi Rp192 miliar, dari sebelumnya Rp66,3 miliar per kuartal III-2020.
Untuk total liabilitas, ada penurunan 22,4% year-to-date (ytd) menjadi Rp862 miliar, dari sebelumnya Rp1,11 triliun per akhir 2020. Sebaliknya, total ekuitas naik hingga 59,1% ytd menjadi Rp1,67 triliun, dari Rp1,04 triliun per akhir 2020.
Adapun kas dan setara kas tercatat Rp679,9 miliar atau naik 8,8% ytd dari Rp624,9 miliar per Desember 2020. Begitu pula dengan total aset yang naik 17% ytd. Per September 2021, Bundamedik memiliki total aset sebesar Rp2,53 triliun, lebih tinggi dari per Desember 2020 yang sebesar Rp2,162 triliun.
6. Sarana Meditama Metropolitan
Pada periode ini, pendapatan emiten pengelola Omni Hospitals milik Grup Emtek, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) ini naik hingga 101,3% yoy menjadi Rp986,8 miliar. Diketahui, pada kuartal III-2020 pendapatan perseroan hanya sebesar Rp490 miliar.
Pendapatan terbesar disumbang oleh penunjang medis yang mencapai Rp526,4 miliar, kemudian disusul kamar rawat inap Rp277 miliar, pasien rawat jalan Rp79,9 miliar, serta sisanya administrasi dan lain-lain.
Untuk pendapatan lain-lain, terdiri atas pendapatan medical check up, pendapatan rehabilitasi medis, pendapatan penunjang rumah sakit, pendapatan perlengkapan medik dan pendapatan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL).
Kendati demikian, beban pokok pendapatan juga turut membengkak, menjadi Rp546 miliar dari sebelumnya Rp348,9 miliar per September 2020.
SAME hingga September 2021, memiliki total liabilitas Rp305,5 miliar, turun dari akhir 2020 yang sebesar Rp1,48 triliun. Sebaliknya, total ekuitas melonjak ke level Rp4,22 triliun pada periode ini dari Rp1,51 triliun per Desember 2020.
Sementara itu, jumlah kas dan setara yang dimiliki SAME hingga September 2021 sebesar Rp917 miliar, melambung 1.723% year-to-date (ytd) dibandingkan dengan Rp50,3 miliar per September 2020.
Adapun total aset SAME yang dibukukan per sembilan bulan pertama tahun ini sebesar Rp4,52 triliun, meningkat 51,7% ytd dari Rp2,98 triliun per akhir 2020.
7. RS Kedoya
Pendapatan pengelola Rumah Sakit Grha Kedoya, PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK meningkat hingga 75,1% yoy menjadi Rp345,6 miliar. Per kuartal III-2020, pendapatan ini hanya sebesar Rp197,3 miliar.
Penopang terbesar pendapatan kali ini berasal dari obat dan perlengkapan medis rawat inap, yakni Rp112,2 miliar. Adapun total pendapatan dari pos rawat inap sendiri mencapai Rp211,7 miliar.
Sementara untuk pendapatan rawat jalan, jumlahnya sebesar Rp133,8 miliar, naik 61,2% yoy dari periode yang sama tahun lalu Rp83 miliar.
Pada periode ini, RSGK juga mencatat beban pokok pendapatan yang lebih tinggi, yakni minus Rp192,3 miliar dari sebelumnya minus Rp133,8 miliar per kuartal III-2020.
Adapun total liabilitas RSGK sepanjang sembilan bulan pertama 2021 sebesar Rp209,1 miliar, turun 21% year-to-date (ytd) dari Rp265 miliar per akhir 2020. Sebaliknya, total ekuitas perseroan naik 75,9% ytd menjadi Rp858,1 miliar, dari sebelumnya Rp487,7 miliar per Desember 2020.
Per September 2021, RSGK melaporkan kas dan setara kas sebesar Rp270,1 miliar, meningkat hingga 741,4% ytd dibandingkan dengan Rp32,1 miliar per Desember 2020.
Untuk total aset yang dihimpun RSGK mencapai Rp1,06 triliun pada periode ini. Angka tersebut tumbuh 41,7% ytd dari Rp752,7 miliar per akhir tahun lalu.