rafah.jpg
Dunia

Dunia Harus Bisa Menembus Gaza

  • Pengepungan adalah salah satu operasi militer tertua. Penyerang memutus komunikasi dan perbekalan musuh.

Dunia

Amirudin Zuhri

GAZA-Dalam beberapa hari terakhir ada dua kabar baik dari Gaza. Yang pertama adalah mulai dibukanya penyeberangan Rafah yang menjadikan bantuan mulai bisa masuk. Yang kedua pembebasan dua sandera oleh Hamas.

Perkembangan-perkembangan ini mencerminkan aspek penting lain dari konflik Timur Tengah terbaru ini. Yakni  pengepungan Israel di Jalur Gaza.

Pengepungan adalah salah satu operasi militer tertua. Penyerang memutus komunikasi dan perbekalan musuh. Tujuannya untuk  memunculkan perampasan, penyakit, dan demoralisasi pada pasukan yang terkepung dan warga sipil yang diblokade bersama mereka. Akhir yang diharapkan jelas  mereka berhenti melawan dan menyerah.

Jika tidak menyerah secara langsung, pihak penyerang dapat berharap  moral dan kemampuan bertarung pihak yang bertahan akan terkikis oleh pengepungan  panjang. Ini menjadikan mereka tidak akan mampu melawan serangan musuh.

Di masa lalu, jika warga sipil tidak dibantai oleh pasukan penyerang, harapan terbaik mereka adalah menjadi tahanan, sandera, atau budak. Saat ini, perlakuan ekstrem seperti itu dianggap tidak dapat diterima. Namun tetap saja. Warga sipil  selalu menderita. Bahkan  jika mereka melarikan diri.

Pengepungan itu sendiri selalu kejam dan brutal. Ini adalah taktik yang dimaksudkan untuk membuat manusia tetap lapar, haus, kedinginan, sengsara, dan tanpa obat. Tidak bisa menjaga kebersihan tanpa air mengalir. Mereka  yang berada di dalam blokade akan terserang penyakit kolera , disentri, dan banyak penyakit lainnya.

Dikutip dari Al Jazeera, jalur Gaza telah diblokade selama 16 tahun. Namun  setidaknya mereka memiliki kebutuhan dasar yang cukup. Setelah serangan   7 Oktober, Israel menghentikan semua pasokan yang masuk ke Gaza. Termasuk  memutus aliran air dan listrik. Penutupan titik persimpangan menghalangi bantuan mencapai daerah kantong. Pemboman udara dan perintah untuk mengevakuasi wilayah utara telah menambah keputusasaan masyarakat Gaza. Artinya, lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza kini bergantung pada bantuan pangan untuk bertahan hidup.

Sejarah Pengepungan

Salah satu pengepungan modern yang paling awal adalah blokade Berlin pada tahun 1948-49. Namun, peristiwa terparah terjadi pada tahun 1990an di Bosnia dan Afghanistan. Pengepungan Kabul jauh dari perhatian dunia Barat. Bahkan  sebagian besar luput dari perhatian. Sementara  pengepungan Sarajevo yang biadab dan brutal mendorong dunia untuk mengambil tindakan. Setidaknya dari sudut pandang bantuan.

Tidak ada seorang pun yang mencoba melawan  Serbia Bosnia yang menembaki ibu kota selama empat tahun. Tindakan yang  menewaskan lebih banyak warga sipil daripada tentara. Namun  banyak negara   mengirimkan makanan, kompor, terpal, dan bahan bakar yang terbatas.

Rata-rata manusia membutuhkan sekitar 2.200 kalori per hari. Para ahli menyatakan  untuk waktu yang singkat, sekitar   satu bulan atau  mungkin dua bulan,  seseorang dapat bertahan hidup dengan 1.200 kalori. Para penghuni kamp konsentrasi Auschwitz diberi makan 1.000 kalori.

Catatan menunjukkan bahwa warga Bosnia menerima rata-rata 300 gram bantuan makanan per hari. Dan jumlah kalori tersebut tentunya jauh di bawah kebutuhan dasar. Kebanyakan dari mereka yang selamat dari penembakan dan pemboman muncul dari perang dalam keadaan kurus kerontang.

Manusia juga membutuhkan rata-rata lima liter air per hari untuk minum, memasak, dan kebersihan diri. Para ahli mengatakan bahwa dalam keadaan darurat, 1,5 liter mungkin cukup. Tentu dengan pengorbanan yang besar.

Mahal dan Rumit

Bosnia-Herzegovina dapat mengandalkan sungai dan danau yang melimpah untuk mendapatkan air. Namun, Gaza yang gersang hampir tidak memiliki air bersih.

Jika dihitung dari kebutuhan paling mendasar berupa makanan dan air, setiap warga Gaza perlu mendapat bantuan sebanyak dua kilogram per hari. Untuk dua juta penduduk maka dibutuuhkan 4.000 ton per hari. Sebuah truk biasa membutuhkan 20 ton. Perhitungan sederhana menunjukkan  antrean truk yang memasok Gaza setiap harinya setidaknya sepanjang empat kilometer.

Logistik pemberian bantuan sangat mengejutkan. Untuk menyalurkan bantuan, dunia luar perlu menggunakan pelabuhan khusus dimana rata-rata dua kapal bisa berlabuh setiap hari. Untungnya, Mesir memiliki pelabuhan semacam itu hanya 40 km  dari Rafah. Tepatnya di kota el-Arish di pesisir Sinai.

Beberapa pasokan yang paling mendesak dapat diterbangkan. Namun  pasokan udara tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan. Bandara Gaza  dihancurkan oleh Israel pada tahun 200. Namun  ada dua landasan udara Mesir yang cukup dekat. Keduanya adalah  al-Gorah dan el-Arish.

Pesawat kargo dalam jumlah besar dapat mendarat di sana. Namun  mereka sendiri tidak dapat diandalkan.  Pengalaman di Bosnia menunjukkan bahwa rata-rata sebuah pesawat kargo udara membawa 11 ton perbekalan. Jika ini terus terjadi, diperlukan 360 pendaratan setiap harinya. Sebuah  prospek yang sangat tidak realistis.

Pada akhirnya dunia harus bisa menembus Gaza. Serumit dan semahal apapun. Penyeberangan Rafah memang mulai dibuka, tetapi tidak ada yang menjamin apakah hal ini akan terus terjadi. Taruhannya adalah penderitaan luar biasa bagi jutaan warga.