E-Commerce Jadi Penyumbang Terbesar untuk Ekonomi Digital Indonesia
- Diprediksi GMV dari e-commerce di Indonesia akan mencapai US$62 miliar (sekitar Rp972,07 triliun dengan kurs Rp15.649 per-dolar Amerika Serikat).
Nasional
JAKARTA – Di segmen ekonomi digital, sektor e-commerce menjadi penyumbang terbesar di Indonesia jika ditinjau berdasarkan kinerja dari nilai penjualan bruto atau gross merchandise value (GMV).
Berdasarkan laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company, diprediksi GMV dari e-commerce di Indonesia akan mencapai US$62 miliar (sekitar Rp972,07 triliun dengan kurs Rp15.649 per-dolar Amerika Serikat/AS) pada tahun 2023.
Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$58 miliar (Rp907,94 triliun).
- Perkuat Komunitas Crypto dan Blockchain, Reku Gelar Gathering bersama Cardano Spot
- Bisnis Aset Kripto dan Peluang Tersembunyi di Tengah Tantangan Penurunan Volume
- Menguak Peran Industri Perbankan dalam Pembiayaan Berkelanjutan
Proyeksi ke depan menunjukkan bahwa GMV e-commerce Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, mencapai US$82 miliar (Rp1.283,38 triliun) pada tahun 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compunded annual growth rate/CAGR) sebesar 17%.
Bahkan, prediksi jangka panjang mengindikasikan bahwa GMV e-commerce tanah air akan terus melonjak hingga mencapai US$160 miliar (Rp2.501,44 triliun) pada tahun 2030.
Dalam konteks ekonomi digital Indonesia, GMV e-commerce menjadi yang terbesar pada tahun 2023 dengan proporsi mencapai 75,6% dari total GMV ekonomi digital sepanjang tahun tersebut.
Kemudian, e-commerce disusul oleh sektor transportasi dan pesan-antar makanan serta media online yang masing-masing memiliki GMV sebesar US$7 miliar (Rp109,41 triliun). Sementara itu, GMV perjalanan online di Indonesia mencapai US$6 miliar (Rp93,89 triliun).
Secara keseluruhan, total GMV ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$82 miliar (Rp1.283,38 triliun) pada tahun 2023, mengalami peningkatan sebesar 8% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$76 miliar (Rp1.189,24 triliun).
Tinjauan ke depan menunjukkan prospek yang positif, dengan prediksi GMV ekonomi digital dalam negeri mencapai US$109 miliar (Rp1.703,64 triliun) pada tahun 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 15%.
- Direktur Bank Mandiri Borong Saham BMRI Rp1,08 Miliar
- Bank KB Bukopin Kantongi Laba Bersih Rp3,76 Triliun per Kuartal III-2023
- Bukit Asam (PTBA) Resmi Jalankan PLTU Sumsel-8, Nilai Investasi Capai Rp26 Triliun
Ekonomi Digital ASEAN
GMV ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai US$218 miliar (setara dengan Rp3,39 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp15.550 per-dolar Amerika Serikat/AS) pada tahun 2023.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 11% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$195 miliar (Rp3,03 kuadriliun).
Potensi pertumbuhan ekonomi digital di wilayah Asia Tenggara masih sangat cerah dalam beberapa tahun ke depan. Diperkirakan bahwa nilai GMV dalam ranah ekonomi digital di kawasan ini akan mencapai angka sekitar US$295 miliar (Rp4,58 kuadriliun) pada tahun 2025 dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sekitar 16%.
Jika dilihat dari sektor, e-commerce atau lokapasar daring masih menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai GMV diperkirakan mencapai US$139 miliar (Rp2,16 kuadriliun) pada tahun ini.
Sementara itu, GMV perjalanan online mencapai US$30 miliar (Rp466,5 triliun) sementara GMV media online mencapai US$26 miliar (Rp404,3 triliun). Sektor transportasi online dan pesan-antar makanan juga berkontribusi signifikan dengan GMV sebesar US$24 miliar (Rp372,6 triliun).
Setelah Indonesia, Thailand berada di posisi kedua dengan GMV sebesar US$36 miliar (Rp559,8 triliun), diikuti oleh Vietnam dan Filipina dengan GMV masing-masing mencapai US$30 miliar (Rp466,5 triliun) dan US$24 miliar (Rp372,6 triliun).