Ilustrasi ekonomi digital.
Dunia

East Ventures Yakini Ekonomi Digital Asia Tenggara Melaju di Jalur Positif di Tengah Tech Winter

  • Dengan adanya ketidakpastian ekonomi global, perusahaan start up merasakan dampak penurunan valuasi, ekonomi global yang lesu, tekanan inflasi yang terus menerus, dan ancaman resesi global yang menggelayuti sektor ini.
Dunia
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA — East Ventures, perusahaan modal ventura yang berfokus kepada perusahaan start up di kawasan Asia Tenggara, meyakini bahwa ekonomi digital di ASEAN tetap melaju di jalur positif walaupun tech winter menerpa dunia selama kurun dua tahun terakhir.

Untuk diketahui, dunia teknologi telah menghadapi tantangan besar selama dua tahun terakhir dengan krisis yang melanda industri ini. 

Dengan adanya ketidakpastian ekonomi global, perusahaan start up merasakan dampak penurunan valuasi, ekonomi global yang lesu, tekanan inflasi yang terus menerus, dan ancaman resesi global yang menggelayuti sektor ini.

Namun, di tengah badai tersebut, East Ventures mengklaim bahwa pihaknya berhasil mempertahankan langkahnya dan mengukir jejak positif. 

Analisis East Ventures terhadap ekonomi digital Asia Tenggara menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki potensi untuk tumbuh pada siklus pemulihan ekonomi selanjutnya. 

Dalam catatan Rekap 2023 dan Prospek 2024 yang dirilis oleh perusahaan modal ventura tersebut, disebutkan bahwa strategi mereka terfokus pada dukungan dan pengarahan untuk perusahaan portofolio, terus berinvestasi pada para pendiri berbakat, dan menciptakan dampak positif bagi ekosistem. 

Melalui catatan tersebut, East Ventures juga mengungkapkan bahwa pihaknya secara konsisten memberikan dukungan intensif kepada para pendiri melalui inisiatif dan platform yang berfungsi sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan wawasan.

Dari 90% start up yang berada dalam tahap lanjutan (growth stage) dalam portofolio East Ventures, 30% di antaranya sedang menuju profitabilitas, 60% sudah menghasilkan keuntungan, dan 10% sisanya masih berjuang untuk beradaptasi.

Pada Mei 2023, East Ventures berhasil mengumpulkan US$250 juta atau setara dengan Rp3,8 triliun dalam asumsi kurs Rp15.495 per-dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan pertama dan terakhir dari dana Growth Plus. Dana ini ditujukan untuk mendukung perusahaan portofolio tahap lanjutan (growth stage) yang dinilai potensial.

Lima bulan setelahnya, East Ventures memanfaatkan peluang untuk membangun koridor investasi antara Asia Tenggara dan Korea Selatan. 

Mereka mengumumkan "East Ventures South Korea fund in partnership with SV Investment" senilai US$100 juta (Rp1,54 triliun). 

Dana ini diharapkan mencapai penutupan perdana pada semester pertama 2024, menciptakan kesempatan baru untuk pertumbuhan bersama di kedua wilayah.

Kemudian, East Ventures juga baru-baru ini mengumumkan dana pertama yang secara khusus difokuskan pada layanan kesehatan (Healthcare) sebesar US$30 juta (Rp464,8 miliar). 

Dana ini disalurkan untuk mendorong solusi layanan kesehatan inovatif di Indonesia. East Ventures Healthcare Fund pun diproyeksikan akan memainkan peran penting dalam mendorong dan mengkatalisasi inovasi di sektor kesehatan.

Dengan total penggalangan dana mencapai US$380 juta (Rp5,8 triliun) dari berbagai jenis dana, East Ventures mengacu pada tiga pilar utama: diversifikasi sektor, kolaborasi regional, dan kontribusi positif untuk membangun Asia Tenggara yang produktif dan sehat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan dan generasi mendatang.

East Ventures juga menyatakan dirinya tetap menjadi pemain aktif. Pada tahun 2023, perusahaan ini berhasil menyelesaikan 63 kesepakatan, menyambut 29 perusahaan portofolio baru, dan menginvestasikan hampir US$80 juta (Rp1,2 triliun) ke perusahaan portofolio tahap awal (seed) dan lanjutan (growth). 

Investasi ini tersebar di berbagai sektor, mencakup perusahaan pendukung e-commerce, bioteknologi, Software as a Service (SaaS), kendaraan listrik, teknologi iklim, dan banyak lagi.

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana menyebutkan bahwa pihaknya tetap fokus dan mawas diri di tengah tantangan tech winter yang kemungkinan masih berlanjut.

Ketegangan geopolitik di beberapa wilayah masih berpotensi menimbulkan gejolak pasar yang besar. Selain itu, momen pemilihan umum di Amerika dan Indonesia yang semakin dekat mengakibatkan jalan ke depan masih butuh kewaspadaan dan fokus.

"Memasuki 2024 pasti banyak ketidakpastian. Ketegangan geopolitik di beberapa negara dan ketidakstabilan ekonomi global menyebabkan volatilitas yang besar. Namun, kami melihat tanda-tanda positif. Kami tetap waspada, memantau dengan cermat, dan fokus pada tujuan kami terlepas dari fluktuasi eksternal," ujar Roderick melalui catatan Rekap 2023 dan Prospek 2024 East Ventures yang diterima TrenAsia, dikutip Kamis, 4 Januari 2024.

Sementara itu, Willson Cuaca, Founding Partner East Ventures, menekankan konsistensi dan ketekunan perusahaan selama perjalanan melalui berbagai siklus pendanaan dan krisis global. 

East Ventures dikatakan Wilson terus mendorong diri untuk bersaing dengan pencapaian sebelumnya dan tetap mengamati peluang yang belum terlihat jelas. Fokus utama adalah berada di depan gelombang sebelum menjadi tren besar.

Dengan penetrasi internet Indonesia mendekati 80%, Willson meramalkan berakhirnya era transisi digital konsumen dan munculnya era baru, yaitu bonus demografi. 

Indonesia diharapkan memasuki era dividen demografi dini dalam 10 tahun mendatang, mencapai puncaknya sekitar 20 tahun ke depan. Pada titik ini, sekitar 206 juta orang di Indonesia diharapkan berada dalam usia produktif, memiliki potensi untuk menghidupi tanggungan mereka sendiri.

“Mayoritas angkatan kerja dalam 10 hingga 20 tahun ke depan adalah generasi digital yang dipimpin oleh Generasi Z dan didukung oleh generasi Milenial yang matang. Sebagian besar penduduk produktif memasuki usia dewasa. Kondisi ini memberikan peluang sekali seumur hidup untuk mengubah Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dan mendorong munculnya peluang bisnis baru,” ucapnya.