Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Industri

EBT Bakal Mendominasi, Indonesia Butuh Listrik 1.800 TWh pada 2060

  • JAKARTA – Sumber daya energi dari sektor kelistrikan saat ini mencapai 300 Terra Watthour (TWh) dengan kapasitas pembangkit terpasang sebesar 63 Giga Watt (GW).
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Sumber daya energi dari sektor kelistrikan saat ini mencapai 300 Terra Watthour (TWh) dengan kapasitas pembangkit terpasang sebesar 63 Giga Watt (GW). Adapun pembangkit berbahan bakar fosil yang tersedia sebesar 21 GW yang menjadi bagian dari proyek 35 GW.

Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Zulkifli Zaini mengatakan, dengan asumsi pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 4,6%, maka kebutuhan listrik pada 2060 mencapai 1.800 TWh.

Dalam hal ini, akan ada penambahan kapasitas pada 2060 sebesar 1.500 TWh atau lima kali lipat dari kapasitas listrik tahun ini.

“Melihat kondisi tersebut, direncanakan penambahan kapasitas pembangkit untuk menutup gap kebutuhan dan pasokan listrik akan didominasi dengan Energi Baru Terbarukan (EBT),” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Jumat, 16 Juli 2021.

Zulkifli bilang, pihaknya telah menetapkan komitmen untuk mencapai karbon netral pada 2060. Hal ini ditempuh melalui skema transisi menuju EBT dengan menggeser energi berbasis impor menuju energi berbasis domestik.

Sementara itu, peta jalan yang dilakukan adalah menyetop secara bertahap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ada sekarang.

Ada lima tahap yang akan dijalankan. Pertama, memensiunkan pembangkit-pembangkit PLTU batu bara subcritical sebesar satu gigawatt, yakni PLTU Muarakarang, Tambaklorok, dan Gresik.

Kemudian kedua, pada 2035 PLN akan memensiunkan pembangkit fosil tua yang subcritical sebesar sembilan gigawatt.

Tahap ketiga pada 2040, PLN akan kembali memensiunkan pembangkit supercritikal sebesar 10 gigawatt. Lalu, lima tahun kemudian perseroan akan memensiunkan PLTU batu bara ultra supercritikal sebesar 24 gigawatt. Terakhir, pada 2055 PLTU ultra supercritikal sebesar lima gigawatt yang akan pensiun.