Efektivitas HGBT Dorong Ekonomi dan Industri Disorot
- Bisman menyebut, pemerintah harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas HGBT sebelum memutuskan untuk melanjutkan. Ada tiga kriteria yang perlu dilihat oleh pemerintah jika harga gas murah ini dilanjut ke industri, salah satunya efektivitas dalam mendongkrak ekonomi.
Energi
JAKARTA - Harga Gas Bumi Tertentu atau HGBT industri yang usai per Desember 2024 masih menyisakan tanda tanya. Belum jelas apakah gas murah US$6 MMBTU (Million British Thermal Units) akan dilanjutkan atau dihentikan.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep), Bisman Bakhtiar mengatakan setuju jika HGBT dinaikkan. Menurut Bisman, harga saat ini termasuk sangat murah jika dibandingkan harga gas secara komersial.
"HGBT yang lalu dengan US$6 dolar memang terlalu murah banget. Apalagi sekarang kondisi harga juga relatif naik. Yang kedua, kalau sekarang HGBT mau dilanjutkan, memang pilihan yang paling moderat," katanya kepada TrenAsia.com pada Kamis, 23 Januari 2025.
- Jatuh Bangun Politik Megawati, Ibu Ideologis PDIP
- Langkah Progresif Bali Larang Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan
- Indeks LQ45 Melesat Signifikan Usai Rebalancing, Pertanda Apa?
Bisman menyebut, pemerintah harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas HGBT sebelum memutuskan untuk melanjutkan. Ada tiga kriteria yang perlu dilihat oleh pemerintah jika harga gas murah ini dilanjut ke industri.
Pertama apakah lagi HGBT dapat menggerakkan ekonomi dan industri. Kedua efektifkah kenaikan ekonomi imbas diberlakukannya HGBT. Terakhir, pemberian harga gas murah ke industri harus benar-benar dipastikan tepat sasaran.
Penyimpangan akibat tidak tepatnya sasaran industri yang menerima harga gas murah atau HGBT justru akan merugikan negara. “Sehingga sebelum memutuskan untuk dilanjut pemerintah harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut termasuk kenaikan biaya produksi dari sisi industri,” ujar Bisman.
Dia mengatakan kebijakan HGBT ini sama saja memberikan insentif kepada industri. Sehingga, penerimaan negara yang seharusnya 100% masuk, menjadi berkurang akibat tidak utuhnya pemasukan imbas HGBT ke industri. “Pemerintah harus benar-benar melihat sisi ke keekonomian pemberian harga gas murah ini apakah juga mampu mendorong ekonomi di Indonesia.”
Saat ini pemberian HGBT diberikan kepada 7 sektor industri tujuh sektor industri yaitu industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca dan sarung tangan karet. "Kalau pemberian ke tujuh sektor industri sudah tepat sasaran dan meningkatkan perekonomian maka ada bagusnya jika ditambah ke lebih dari sektor yang ada, namun harus hati-hati," kata Bisman.
Sebelumnya Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) akan naik menjadi US$7 per MMBTU, dari sebelumnya US$6 per MMBTU. Bahlil mengatakan, harga gas untuk industri yang menggunakan gas untuk energi akan lebih mahal daripada yang menggunakan gas untuk bahan baku.
“HGBT sudah tidak lagi enam dolar AS, karena sekarang harga gas dunia lagi naik. Terus yang kedua, untuk HGBT bahan bakunya dari gas itu harganya lebih rendah dari gas yang dipakai untuk energi,” kata Bahlil ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta dilansir dari Antara pada Kamis, 23 Januari 2025.