Area kerja Pelindo IV.
Nasional

Efisiensi Biaya Logistik Pelabuhan Bisa Tembus Rp50 Triliun Pasca-Merger Pelindo

  • Dengan penggabungan Pelindo, Leni Tobing memperkirakan efisiensi biaya logistik pelabuhan bisa mencapai Rp50 triliun selama lima tahun ke depan.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo I-IV segera merampungkan mergerisasi perseroan menjadi Holding BUMN Pelabuhan. Proses integrasi akan terjadi pada 1 Oktober dan berlangsung hingga tahun 2025.

Managing Director & Partner Boston Consulting Group Lenita Tobing mengatakan aspirasi penggabungan unit bisnis angkutan laut pelat merah dilakukan dengan tujuan yaitu untuk menekan tingginya biaya logistik pelabuhan.

Dengan penggabungan Pelindo, dia memperkirakan efisiensi biaya logistik pelabuhan bisa mencapai Rp50 triliun selama lima tahun ke depan.

"Bisa memberikan penurunan biaya logistik langsung. Ini kalau lihat angkanya kecil, tapi ini sekitar lebih dari Rp50 triliun dari peningkatan efisiensi biaya logistik kelautan dan invesntory," katanya dalam acara Live Stream Pelabuhan Indonesia yang digelar Selasa, 21 September 2021.

Dia mengatakan biaya logistik Indonesia merupakan yang paling tinggi di antara negara tetangga, termasuk China.

Pada tahun 2018, biaya logistik Indonesia tercatat sebesar 24% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). China disebut hanya memiliki biaya logistik 14%, Malaysia 13%, Singapura 8% dan India 13%.

Leni menambahkan, merger Pelindo juga akan berkontribusi terhadap penerimaan negara sebesar Rp7,6 triliun selama lima tahun ke depan, yang meliputi pendapatan sektor pajak dan dividen.

Tidak hanya itu, penggabungan Pelindo juga akan memberikan multiplier efrect terhadap sosial dan ekonomi, dimana diperkirakan menciptakan 1.500 lapangan kerja selama lima tahun, terutam dengan semakin bertumbuhnya pelabuhan dengan hasil kerjasama tersebut.

"Tentu ini akan meningkatkan PDB kita. Jadi kita perkirakan 0.4 persen terhadap PDB selama lima tahun ke depan dan terutama peningkatan kegiatan ekonomi di area pelabuhan baru. Ini sangat besar kontribusinya," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono  mengatakan biaya logistik di Indonesia pada 2018-2019 di atas 23% dengan di dalamnya 2,8% kontribusi dari logistik terkait air, yakni pelabuhan dan shipping line.

Biaya langsung dari pelabuhan sebenarnya hanya 1,4% dan yang lebih besar biaya dari transportasi darat dan penyimpanan. Kondisi tersebut mendorong percepatan mergerisasi BUMN Pelabuhan.

"Saat ini pengelolaan Pelindo I hingga IV punya kapabilitas berbeda dari sisi keuangan, pengalaman dan orangnya, ini berimbas pada terjadinya perbedaan pengoperasian dan terjadi ketidakefisienan mata rantai logistik di kepelabuhanan," katanya.*