Ekonom UOB: Investasi Hijau dan Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
- Indonesia memiliki potensi besar dalam kekayaan sumber daya alam yang perlu diolah di dalam negeri untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Perbankan
JAKARTA – Ekonomi Indonesia sedang diarahkan menuju target pertumbuhan sebesar 8% oleh Presiden Prabowo Subianto. Menurut Enrico Tanuwidjaya, Chief Economist UOB Indonesia, untuk mencapai target ambisius ini, diperlukan investasi besar dalam sektor energi hijau, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), serta transisi energi dan pengembangan hilirisasi industri.
Enrico menjelaskan pentingnya berbagai fokus strategis tersebut saat menghadiri Talkshow “Prioritas atau Gaya Hidup? Menabung Bijak di Tengah Tantangan Ekonomi” bersama Bank UOB Indonesia di acara Like It! 2024 oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan LPS di Jakarta, Jumat, 8 November 2024.
Dia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam kekayaan sumber daya alam yang perlu diolah di dalam negeri untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
- Rp5,37 M jadi Dana Minimal untuk Pensiun bagi Orang Kaya di Indonesia
- Negara Berpotensi Rugi Rp5,76 T karena Banjir Rokok Ilegal
- Walau Bubar, Utang Borrower di Investree akan Tetap Ditagih
Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Melalui Investasi Hijau
Enrico menyatakan bahwa investasi dalam sektor energi hijau dan hilirisasi memiliki peran penting dalam menciptakan lapangan kerja yang berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, dia juga mengingatkan, jika peningkatan pendapatan hanya dimanfaatkan untuk konsumsi tanpa investasi jangka panjang, hasilnya akan kurang optimal.
"Jika segala sesuatu yang dihasilkan hanya dihabiskan untuk konsumsi, maka akan sulit untuk membangun aset yang bertahan lama," kata Enrico. "Kekhawatiran terbesar saat ini adalah banyak orang yang akan ‘keburu tua sebelum kaya’ atau dalam bahasa lain, ‘keburu tua sebelum punya aset yang cukup’.”
Pentingnya Prinsip Ekonomi: Investasi pada Aset Bertahan Lama
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Enrico mengajak masyarakat agar berfokus pada pembelian aset yang bernilai jangka panjang, seperti properti dan tabungan. Menurutnya, strategi investasi perlu mengikuti prinsip piramida, dengan prioritas pada aset yang bersifat defensif di bagian bawah piramida.
“Aset yang paling besar proporsinya harus berupa aset defensif, seperti properti dan tabungan, yang merupakan fondasi kekayaan dalam jangka panjang,” ujarnya. Setelah itu, masyarakat dapat mempertimbangkan instrumen yang lebih berisiko, seperti obligasi dan pasar modal.
Di bagian atas piramida investasi, yang berisiko lebih tinggi, seperti saham atau bahkan cryptocurrency, sebaiknya hanya ditempatkan dalam porsi yang sangat kecil, tidak lebih dari 1-5% dari total investasi. “Jika sampai terjadi kerugian pada investasi berisiko tinggi ini, anggap saja sebagai biaya untuk belajar,” tambah Enrico.
Baca Juga: Seniman Muda Asal Bukittinggi Menangkan UOB Painting of the Year 2024
Mengatur Tabungan dan Investasi dengan Bijak
Lebih lanjut, Enrico menekankan pentingnya memiliki dana darurat sebagai lapisan pertahanan finansial yang kuat. Ia juga menyarankan masyarakat agar mempertahankan pembayaran cicilan rumah, karena properti tersebut nantinya akan menjadi aset yang berharga di masa depan.
Menurut Enrico, setelah memiliki tabungan dan dana darurat yang cukup, barulah masyarakat bisa mulai mengalokasikan dana untuk instrumen investasi lainnya sesuai dengan tingkat risikonya.
“Prioritas harus diatur secara hati-hati dan tidak boleh sembarangan. Proporsi aset investasi harus mengikuti prinsip yang logis dan terukur,” katanya.
Pentingnya Memahami Risiko dalam Investasi
Vera Margaret, Executive Director Deposit and Wealth Management Head di UOB Indonesia, juga menekankan pentingnya menilai risiko sebelum berinvestasi. Menurut Vera, UOB Indonesia menerapkan prinsip risk versus approach, yaitu mendahulukan penilaian risiko sebelum mengukur potensi keuntungan dari setiap investasi.
“Dalam setiap investasi, yang pertama kali perlu diperhatikan adalah risiko, bukan hasilnya,” kata Vera. “Kami di UOB Indonesia selalu membagi risiko dalam tiga tahap, yaitu fondasi atau risiko paling dasar, risiko menengah, dan tahap enhance atau risiko tinggi yang biasanya ada di bagian puncak piramida.”
Vera menekankan bahwa aset dengan potensi keuntungan tinggi, seperti saham atau cryptocurrency, memiliki risiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan aset yang lebih stabil. Oleh karena itu, pihaknya tidak menjual produk cryptocurrency kepada nasabahnya, karena aset tersebut masuk ke dalam kategori enhance yang berada di puncak piramida risiko.
- 8 Link Nonton Film Gratis dan Legal Selain LK21: Alternatif Terbaik untuk 2024
- Biaya Pembatalan Proyek CBD Ciledug Wijaya Karya Capai Rp258,62 Miliar
- Peran Tom Lembong Selamatkan BCA dari Krismon
Dana Darurat dan Prinsip “Risk First, Return Later”
Vera juga menyarankan masyarakat untuk memiliki dana darurat yang cukup sebagai langkah pertama dalam investasi. Menurutnya, setiap orang memiliki kebutuhan dana darurat yang berbeda, tergantung pada situasi finansial dan gaya hidup masing-masing.
“Banyak yang terjebak dengan tawaran investasi tinggi, namun tidak memperhitungkan risiko yang menyertainya. Itulah sebabnya banyak yang terjebak dalam investasi bodong atau skema penipuan karena hanya tergiur hasil besar,” ujarnya.
Prinsip dasar yang diajarkan oleh Vera ini mencakup konsep untuk melihat risiko terlebih dahulu sebelum memikirkan keuntungan. “Terlalu sering orang fokus pada potensi keuntungan saja, padahal risiko juga bisa jauh lebih besar,” tambahnya.
Menjaga Prioritas dan Menghindari Investasi Berisiko Tinggi
Kedua narasumber sepakat bahwa menjaga prioritas investasi sangatlah penting, terutama untuk jangka panjang. Enrico menekankan bahwa dalam struktur piramida investasi, properti dan tabungan menjadi fondasi utama. Sementara itu, Vera menekankan pentingnya sikap bijak dalam menghadapi risiko investasi.
Menurut Vera, prinsip risk first, return later perlu dijadikan acuan oleh para investor, agar tidak terjebak dalam keputusan yang salah dan terhindar dari kerugian besar.
Kesimpulannya, bagi masyarakat yang ingin mulai berinvestasi, baik Enrico maupun Vera mengingatkan agar mengikuti prinsip dasar investasi yang aman dan terukur, memperhatikan proporsi aset sesuai dengan risikonya, serta tidak lupa untuk terus meningkatkan literasi keuangan agar dapat menghadapi berbagai tantangan ekonomi di masa depan.