Ekonomi Digital Diprediksi Jadi Solusi dari Ancaman Resesi, Kok Bisa?
- Grant Thornton Indonesia mengungkapkan ekonomi digital bisa menjadi solusi dari ancaman resesi di akhir tahun 2022 hingga 2023.
Industri
JAKARTA - Perusahaan layanan keuangan Grant Thornton Indonesia mengungkapkan bahwa ekonomi digital bisa menjadi solusi dari ancaman resesi di akhir tahun 2022 hingga 2023.
Chief Executive Officer (CEO) Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, ekonomi digital diyakini oleh perusahaannya dapat membantu perkembangan ekonomi dengan lebih cepat sehingga dapat membantu menahan perlambatan ekonomi akibat resesi.
"Contoh paling nyata misalnya kita mampu memangkas rantai pasok produk pangan ke konsumen. Melalui aplikasi, para petani bisa menjajakan produk sayur-mayur, buah, hingga hasil ternak langsung ke konsumen akhir," ujar Johanna dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 21 Oktober 2022.
- Produk Mie Sedaap Masih Ditarik, Pengusaha: Pengetatatan Pengamanan Pangan Wajib Diwaspadai
- Per Kuartal III-2022, Fintech Lending Amartha Salurkan Kredit hingga Rp3 Triliun
- Karya seni tentang peradaban manusia mendapat penghargaan UOB Painting of the Year indonesia 2022
Selain itu, Johanna juga mengatakan bahwa masyarakat semakin dipermudah dengan meluasnya perdagangan berbasis digital (e-commerce) dan didukung pula dengan berkembangnya keuangan berbasis digital (fintech).
Kemudian, pertumbuhan transaksi juga semakin cepat dengan penggunaan uang elektronik (e-money) dan transaksi nontunai pun menjadi lebih efektif dan efisien.
Untuk diketahui, saat ini mayoritas negara di dunia mengalami inflasi dengan tingkat yang bervariasi.
Bahkan, beberapa negara seperti Turki, Sri Lanka, Argentina, dan Iran mengalami inflasi dengan tingkat di atas 50% pada tahun ini dan diproyeksikan belum dapat kembali normal dalam waktu dekat.
Inflasi pun terus merangkak naikseiring dengan konflik Rusia-Ukraina yang terjadi sejak Februari 2022 karena keduanya memiliki peran penting dalam rantai pasok global terkait produk pangan, pupuk, dan energi.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan September 2022 melonjak 1,17% secara bulanan dan menjadi yang tertinggi sejak Desember 2014.
Beragam langkah telah ditempuh pemerintah untuk menekan inflasi, salah satunya dengan optimalisasi ekonomi digital di Indonesia yang terus berkembang akibat adanya pergeseran perilaku masyarakat yang cenderung menggunakan platform digital di berbagai sektor.
- Mandi Uang, Ini 5 CEO dengan Bayaran Termahal
- 5 Strategi Persiapkan Pensiun Dini Sejak Masih Muda
- Anak Muda Susah Kaya, Tinggalkan 5 Kebiasaan Buruk Ini
Menurut hasil riset Google, Temasek, serta Bain & Company, tingkat pertumbuhan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) dari ekonomi digital Indonesia mencapai 20% sehingga gross merchandise value (GMV)-nya diprediksi akan menjadi US$146 miliar atau setara dengan Rp2,25 kuadriliun (asumsi kurs Rp15.400 perdolar Amerika Serikat/AS) pada 2025.
Johanna pun menyampaikan, ekonomi digital Indonesia diprediksi akan terus berkembang ke depannya. Maka dari itu, Indonesia harus terus mempersiapkan diri dan beradaptasi, salah satunya dengan memperkuat keamanan siber dan perlindungan data pribadi.
"Seperti yang kita tahu, banyak terjadi kasus serangan siber sepanjang tahun 2022, hal ini tentunya perlu menjadi perhatian ekstra bagi pemerintah," kata Johanna.