Ekonomi Digital RI Diramal Meroket 3 Kali Lipat Tembus Rp1,7 Kuadriliun
- Ekonomi digital Indonesia diprediksi akan meningkat tiga kali lipat dari US$44 miliar pada 2020 menjadi US$124 miliar setara Rp1,7 kuadriliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS) pada 2025.
Fintech
JAKARTA - Ekonomi digital Indonesia diprediksi akan meningkat tiga kali lipat dari US$44 miliar pada 2020 menjadi US$124 miliar setara Rp1,7 kuadriliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS) pada 2025.
Chief Executive Officer (CEO) BRI Venture Nicko Widjaja mengatakan, lompatan ekonomi digital itu didukung oleh populasi penduduk Indonesia yang masif dan sudah banyak yang terdigitalisasi.
“Indonesia adalah negara dengan internet economy terbesar dan tercepat di Asia Tenggara," kata Nicko dalam diskusi virtual "The 6th International Conference on Management in Emerging Market (ICMEM) 2021," dilansir Antara, Kamis, 12 Agustus 2021.
- IHSG Bullish? Cermati Dulu Rekomendasi Saham 2 Analis Ini..
- Jadi Konglomerat, Kekayaan Jerry Ng Meroket Rp58,2 Triliun Berkat Bank Jago
- Gokil, dari Rugi Rp1,09 Triliun, Waskita Karya Berbalik Laba Rp41 Miliar
Nicko mengatakan potensi ekonomi ini akan membawa keuntungan bagi perusahaan rintisan teknologi yang telah memanfaatkan teknologi digital, seperti industri e-commerce yang mendapat manfaat dari kebiasaan belanja daring selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Selain itu kebiasaan untuk pengiriman makanan ke rumah dapat meningkatkan perkembangan perusahaan rintisan agregator pengiriman makanan.
Hal serupa diungkapkan Suhaiza Zailani dari University of Malaya. Menurut dia, perusahaan perlu memanfaatkan teknologi digital untuk beradaptasi dengan keadaan pascapandemi COVID-19 untuk menuju bisnis yang bertahan dan berkelanjutan.
Aktivitas masyarakat yang dibatasi selama pandemi mengakibatkan digitalisasi menjadi suatu keharusan bagi perusahaan untuk tetap bertahan.
Suhaiza mengungkapkan di Malaysia, COVID-19 berhasil mengubah pola pikir korporasi ke arah digitalisasi yang sebelumnya gagal. Teknologi digital memungkinkan konektivitas yang lebih baik dan sebagai alat untuk memungkinkan cara kerja baru.
“Perusahaan meningkatkan teknologi dan sistem mereka dan memastikan karyawan dapat terhubung,” ujar Suhaiza.
Dia mengungkapkan ada beberapa tantangan pascapandemi yang dihadapi perusahaan yaitu model bisnis baru, perubahan teknologi, perubahan ekspektasi pelanggan, dan masalah keberlanjutan.
Oleh karena itu perusahaan perlu mereorganisasi proses bisnis, melakukan penghematan biaya, melakukan diversifikasi bisnis, dan menerapkan konsep keberlanjutan.
Eric Van Heck dari Erasmus University Rotterdam menyarankan Indonesia untuk mengedukasi pengusaha dan mahasiswa melalui program riset dan program magister tentang ekonomi digital.
Lebih lanjut dia juga menekankan bahwa Indonesia perlu untuk mengembangkan ekonomi sirkular yang tidak hanya membawa manfaat bagi perekonomian tetapi juga masyarakat dan lingkungan.