Kepala Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve Jerome Powell / Reuters
Nasional

Ekonomi Melambat, Proyeksi Pertumbuhan PDB AS Dipangkas jadi 1,6 Persen Tahun Ini

  • Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) pada 2023 direvisi menjadi 1,6% dan 1,1% pada 2024 di tengah risiko perlambatan ekonomi.

Nasional

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) pada 2023 direvisi menjadi 1,6% dan 1,1% pada 2024 di tengah risiko perlambatan ekonomi. Ekonomi Negeri Paman Sam sendiri melambat 3,2% dan 2,6% pada kuartal ketiga dan keempat 2022.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Tobias Bernas menilai perlambatan tersebut disebabkan penurunan kinerja ekspor, perlambatan belanja konsumen, investasi tetap non-residensial, serta belanja pemerintah. 

Tobias menyebut, setelah permasalahan likuiditas mengguncang sektor perbankan AS, Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan melonggarkan suku bunga pada akhir 2023, seiring meningkatnya risiko resesi ekonomi dan inflasi yang tetap tinggi. 

Downside risks berasal dari pasar ketenagakerjaan AS yang tetap ketat, meningkatkan risiko pertumbuhan upah yang lebih cepat,” ujarnya dikutip dari riset, Senin, 17 April 2023.

Selain itu, lanjut dia, kebijakan moneter yang terlalu agresif pada tahun lalu berpotensi memiliki dampak yang lebih luas pada 2023, terutama karena belum ada konsensus mengenai terminal rate tahun ini.

Menurut Tobias, kongres AS perlu meningkatkan debt ceiling untuk menghindari government shutdown dan default, yang dapat mengirimkan sinyal volatilitas terhadap pasar keuangan domestik dan global. 

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan PDB 2023 yang lebih rendah disebabkan revisi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang diperkirakan terkontraksi 1,8%. Kontraksi tersebut diperparah oleh kegagalan sektor perbankan AS pada Maret 2023. 

“Risiko hawkish stance The Fed tetap membayangi ekonomi. Sehingga peluang tercapainya soft-landing di akhir 2023 menjadi semakin kecil, terutama karena ekonomi AS tetap dihadapkan risiko resesi pada kuartal kedua tahun ini.”