Ekonomi Membaik, PMI Manufaktur RI Naik Tipis Jadi 47,8 per Oktober 2020
IHS Markit mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia bulan Oktober berada di level 47,8 atau hanya naik tipis dari posisi September sebesar 47,2.
Nasional
JAKARTA – IHS Markit mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia bulan Oktober berada di level 47,8 atau hanya naik tipis dari posisi September sebesar 47,2.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai meski ada perbaikan, PMI ini masih mengindikasikan perindustrian Tanah Air yang masih tertekan krisis akibat pandemi COVID-19.
“Walaupun terjadi kenaikan tipis, masih menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para pelaku industri. Semoga menjadi semangat bersama untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional,” kata Agus dalam pernyataan resmi, Selasa 3 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Agus mengklaim kinerja sektor manufaktur cukup terpengaruh oleh penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara penuh di beberapa daerah. Dengan adanya sinyal perbaikan, Agus mengapresiasi sejumlah pemerintah daerah yang telah melakukan pelonggaran PSBB di wilayahnya.
Pelonggaran PSSB terbukti mampu menunjang aktivitas sektor industri. Dengan catatan, pelonggaran PSBB diimbangi dengan pengendalian COVID-19.
“Kami bertekad menjaga roda perekonomian terus berputar dengan menjamin keberlangsungan operasi dan mobilitas kegiatan industri, namun dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang ketat. Melalui IOMKI, Kemenperin optimistis, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi serta mencegah PHK dalam jumlah yang massif,” papar Agus.
Daya Beli Jadi Kunci
Ia juga mengatakan bahwa daya beli masyarakat berperan penting untuk meningkatkan kepercayaan diri dari para pelaku industri untuk berekspansi.
Sebab, kontraksinya PMI pada September dibandingkan bulan sebelumnya disebabkan industri yang tadinya melakukan ekspansi menjadi bersikap wait and see dan lebih hati-hati.
Hal ini dinilai dapat berpengaruh pada rencana-rencana produksi dan peningkatan utilitasnya.
Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw menuturkan, penanganan pandemi COVID-19 dan ketersediaan vaksin menjadi kunci peningkatan permintaan pada bulan-bulan berikutnya. Bernard menyebutkan, responden survei melaporkan terjadi kenaikan biaya dalam produksi, sementara perusahaan tidak memiliki ruang untuk menaikkan harga jual seiring dengan melemahnya daya beli.
Kenaikan harga terjadi pada bahan mentah seperti logam dasar, bahan kimia, plastik, dan beberapa bahan pangan, yang mendorong kenaikan biaya.
“Meski demikian, perusahaan mengurangi harga jual mereka, menandai penurunan pertama pada biaya barang jadi sejak Maret 2020,” ungkap Bernard.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyatakan, kunci utama dalam upaya pemulihan ekonomi nasional adalah penanganan COVID-19.
“Memang tidak mudah, tetapi jika diterapkan lagi PSBB karena kasus kembali meningkat, akan lebih mengkhawatirkan,” tutur Hariyadi. (SKO)