Ekonomi Inggris Minus 19,8 Persen, Terburuk Sejak 1955
JAKARTA – Ekonomi Inggris membukukan rekor kontraksi terburuk sejak 1955 pada kuartal kedua tahun ini, dengan produk domestik bruto (PDB) anjlok 19,8%. Angka terbaru menunjukkan bahwa penurunan ekonomi secara kuartalan Inggris tidak separah yang diperkirakan Kantor Statistik Nasional (ONS). “Jelas bahwa Inggris berada dalam rekor resesi terbesar,” kata ONS dikutip dalam keterangan resmi, Kamis, 1 […]
Nasional & Dunia
JAKARTA – Ekonomi Inggris membukukan rekor kontraksi terburuk sejak 1955 pada kuartal kedua tahun ini, dengan produk domestik bruto (PDB) anjlok 19,8%.
Angka terbaru menunjukkan bahwa penurunan ekonomi secara kuartalan Inggris tidak separah yang diperkirakan Kantor Statistik Nasional (ONS).
“Jelas bahwa Inggris berada dalam rekor resesi terbesar,” kata ONS dikutip dalam keterangan resmi, Kamis, 1 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sebelumnya, ONS memperkirakan PDB Inggris bakal berada di level minus 20,4%. Setelah mencatat dua penurunan kuartalan berturut-turut, Inggris secara resmi memenuhi definisi teknis dari resesi.
Tercatat, PDB kuartal pertama juga menunjukkan kontraksi yang lebih dalam sebesar 2,5%, merevisi perkiraan sebelumnya yang hanya 2,2%.
Tahun ini, Inggris tercatat sebagai negara dengan salah satu kemunduran terburuk di Eropa. Selain ekonomi, Inggris juga mencatat lebih banyak kematian karena COVID-19 daripada negara Eropa lainnya, dengan lebih dari 41.000 kematian.
“Sebagian besar rasa sakit dari penurunan PDB Q2 telah ditanggung oleh pemerintah daripada rumah tangga dan bisnis,” kata Ruth Gregory, ekonom senior Inggris di Capital Economics.
“Tapi dengan pemulihan yang sudah mendatar, dukungan fiskal memudar dan skala penuh penurunan pengangguran belum dirasakan, itu akan berubah pada paruh kedua tahun 2020.”
Sementara itu, mata uang Inggris turun 0,3% terhadap dolar Amerika Serikat pada hari Rabu.