06mulder-jhqv-videoSixteenByNine3000.jpg
Dunia

Ekonomi Rusia Setelah 1 Tahun Sanksi

  • Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, negara-negara Barat memberlakukan banyak sanksi besar-besaran terhadap bank dan perusahaan Rusia yang secara signifikan memengaruhi perekonomian negara itu.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

MOSKOW- Setelah invasi  Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, negara-negara Barat memberlakukan banyak sanksi besar-besaran terhadap bank dan perusahaan Rusia yang secara signifikan memengaruhi perekonomian negara itu. Namun keruntuhan ekonomi yang diharapkan beberapa orang tidak pernah datang.

Kemampuan ekonomi Rusia untuk bertahan memungkinkan Presiden Vladimir Putin untuk menyatakan dengan percaya diri di awal tahun ini bahwa 2022 adalah tahun yang penuh tantangan. Tetapi mereka berhasil melewati risiko yang muncul dengan cukup sukses.

Sanksi Barat memang tidak merusak potensi ekonomi Rusia sedemikian rupa sehingga Kremlin akan kehilangan kemampuan untuk membiayai perangnya di Ukraina,” kata Sergey Aleksashenko, mantan wakil menteri keuangan Rusia dalam tulisannya di Al Jazeera Selasa 28 Februari 2023.

Sergey Aleksashenko  yang telah bekerja selama 10 tahun di bisnis Rusia dan internasional ini menambahkan peristiwa tahun 2022 telah mengkonfirmasi bahwa ekonomi Rusia tidak efisien tetapi tangguh. Dan   bahwa Kremlin mampu mengurangi efek destabilisasi yang mungkin ditimbulkan oleh penurunan ekonomi di bidang politik.

Keberlanjutan ekonomi Rusia ditentukan oleh tempatnya dalam pembagian kerja global. Negara ini   berdiri di awal rantai teknologi sebagai pemasok sumber daya alam.

Karena ekonomi global tidak dapat tumbuh tanpa meningkatkan konsumsi sumber daya alamnya, permintaan bahan mentah Rusia tetap terjaga. Ini sebagian besar telah melindungi ekonomi Rusia dari dampak sanksi.

Pada 2021 Rusia menyediakan 17,5 persen minyak yang dijual di pasar dunia, 47 persen paladium, 16,7 persen nikel, 13 persen aluminium, dan hampir seperempat pupuk kalium.

“Secara hipotetis, ekonomi dunia dapat melepaskan bahan mentah Rusia. Tetapi itu hanya bisa dilakukan dengan  kenaikan harga dan potensi resesi bertahun-tahun. Kondisi  yang tidak sesuai dengan kepentingan politisi Barat,” tulis Aleksashenko  yang menjadi anggota dewan di banyak bank dan perusahaan besar di Rusia.

Menurutnya, upaya Amerika Serikat untuk menutup akses aluminium Rusia ke pasar dunia pada tahun 2018 menyebabkan lonjakan instan harga logam ini sebesar 20 persen. Ini  memaksa Gedung Putih untuk membatalkan rencana yang diumumkan.

Itulah kenapa  pada tahun 2022, Barat memberlakukan beberapa sanksi terberat pada sektor ekspor Rusia di mana ekonomi global memiliki kapasitas cadangan. Mereka seperti seperti baja, batu bara, dan kayu olahan.  Porsi gabungan dari bahan mentah ini dalam ekspor Rusia pada tahun 2021 adalah 11,7 persen. Ini menjadikan  pembatasan penjualan ke Eropa tidak berdampak signifikan pada ekonomi Rusia secara keseluruhan.

Namun sanksi semacam itu memang mempengaruhi secara signifikan ekonomi daerah-daerah tertentu di mana sektor-sektor ini dominan. Misalnya  pada November-Desember 2022, tambang batu bara di Kemerovo, wilayah produksi inti batu bara Rusia hanya mampu menjual 50-60 persen batu bara yang diekstraksi. 

“Di Karelia dan Arkhangelsk di mana terdapat banyak perusahaan perkayuan, produksi industri mengalami kontraksi masing-masing sebesar 15,5 persen dan 19,8 persen. Di Lipetsk, jatuh 15,4 persen karena penurunan produksi di pembuat baja terbesar Rusia, Novolipetsk Steel.”

Sanksi Minyak

Sanksi Barat terkait dengan industri minyak menargetkan pendapatan daripada produksi. Akibatnya, produksi minyak Rusia meningkat sebesar 2 persen pada tahun 2022. Pada  5 Februari 2023, larangan Uni Eropa atas impor produk minyak sulingan dari Rusia mulai berlaku. Tetapi  belum ada bukti bahwa hal itu berdampak pada ekonomi Rusia. Sejak awal tahun 2023, produksi bensin dan solar naik 7 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebagian disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari militer Rusia.

Penurunan ekspor gas ke Eropa  memiliki dampak yang lebih signifikan, dengan penurunan produksi sebesar 18-20 persen. Jika situasinya tidak berubah, produksi gas dapat menyusut 7-8 persen lagi pada tahun 2023.

Bagaimanapun dampak sanksi terhadap ekonomi Rusia memang signifikan. Tetapi  tidak separah yang diperkirakan beberapa pihak. Pertumbuhan ekonomi negara itu berkontraksi sebesar 2,1 persen pada tahun 2022. Jauh  lebih sedikit dari prediksi 5-6 persen yang dibuat pada musim semi.

Penurunan PDB ditopang oleh tingginya harga minyak dan gas yang mendatangkan keuntungan tidak terduga. Pendapatan dari produksi dan ekspor hidrokarbon meningkat sebesar 28 persen dibandingkan dengan tahun 2021. Dan  inflasi yang tinggi pada paruh pertama tahun 2022 menyebabkan peningkatan pendapatan nominal dari pajak.

Sanksi keuangan seperti pembekuan rekening dan aset bank sentral dan bank komersial, serta pembatasan pembayaran dan akses ke pasar modal memiliki dampak paling cepat terhadap perekonomian.

Pada musim semi tahun 2022 hanya butuh seminggu untuk inflasi di Rusia meningkat menjadi lebih dari dua persen per minggu. Sementara dolar terapresiasi sebesar 60 persen terhadap rubel. Otoritas keuangan Rusia mampu mengurangi kejatuhan awal ini dengan memberlakukan pembatasan pada transaksi. Serta menolak untuk mengkonversi rubel sehingga memperkuat nilai tukar dan menekan inflasi.

“Namun peningkatan bertahap tekanan pada neraca pembayaran terkait dengan pembatasan perdagangan hidrokarbon Rusia menyebabkan penurunan neraca berjalan. Ini  melemahnya rubel lebih dari 20 persen pada paruh kedua tahun ini,” lanjut Aleksashenko.  

Pukulan yang lebih parah bagi ekonomi Rusia datang dari sanksi moral berupa   penarikan  perusahaan asing dari Rusia. Efek yang paling signifikan adalah penutupan pabrik mobil milik perusahaan internasional.  Akibatnya, produksi mobil baru di Rusia turun tiga kali lipat. Dan  penjualan turun hingga 59 persen. Industri manufaktur di wilayah Kaluga dan Kaliningrad tempat pabrik tersebut terkonsentrasi, menyusut hingga 20 persen.

Saat mempertimbangkan penurunan produksi dan jasa industri, kita harus mempertimbangkan fakta bahwa sepanjang tahun lalu, banyak perusahaan asing menjual asetnya ke bisnis Rusia. Proses ini,  memakan waktu beberapa bulan dan memerlukan persetujuan dari pemerintah Rusia.

Selama waktu ini, aktivitas saat ini mungkin berhenti. Tetapi  setelah transaksi disahkan secara hukum, perusahaan dapat melanjutkan pekerjaannya. Artinya, sampai batas tertentu, penurunan ekonomi yang tercermin dari penyusutan produk domestik bruto (PDB) untuk tahun 2022 dapat terkompensasi sebagian di tahun 2023.

Pemerintah Rusia juga mampu mengurangi dampak sanksi terhadap masyarakat umum dengan meningkatkan pengeluaran. Pengeluaran publik naik 32 persen dari anggaran yang direncanakan untuk tahun 2022 atau US$113 miliar.

Sekitar setengah dari anggaran tambahan diarahkan ke militer. Tetapi  sebagian besar sisanya dihabiskan untuk program sosial baru termasuk indeksasi tambahan pensiun, peningkatan tunjangan untuk keluarga dengan anak, penundaan pembayaran pajak gaji, dan sebagainya.

Pemerintah Rusia mampu menutupi pengeluaran tambahan dari cadangan fiskal yang terkumpul di tahun-tahun sebelumnya dengan  Dana Kekayaan Nasional.  Pada awal tahun 2022, bagian likuidnya berjumlah US$113,5 miliar atau 7,3 persen dari PDB. 

Seluruh defisit anggaran untuk tahun 2022 sekitar US$50 miliar dibiayai dana kekayaan nasional ini. Kemungkinan pada tahun 2023, cadangan fiskal  yang sekarang telah turun menjadi 4,6 persen dari PDB atau sekitar US$87 miliar  akan digunakan untuk menutupi defisit anggaran lagi.

Tekanan pada anggaran pemerintah Rusia pasti akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Bagaimanapun  ekonomi yang lesu tidak akan mampu menghasilkan pendapatan yang cukup. Akibatnya, cadangan fiskal dapat habis pada tahun 2025-2026. Tetapi itu  tidak akan menyebabkan krisis anggaran. Utang publik Rusia secara keseluruhan di bawah 20 persen dari PDB yang memungkinkan pemerintah untuk meminjam dari pasar domestik.

Bagaimana ke Depannya? 

Dalam jangka pendek, Kremlin akan melakukan yang terbaik untuk melindungi penduduk Rusia dari dampak krisis ekonomi.

Moskow  berusaha untuk mengkompensasi penurunan pendapatan dari harga minyak dan gas dengan memperkenalkan perubahan pada tarif pajak minyak.  Untuk diketahui harga minyak merosot  43 persen untuk Oktober 2022 -Januari 2023 dibandingkan dengan Januari-Maret 2022.

Pendapatan tambahan ini akan digunakan untuk membiayai tidak hanya tentara Rusia tetapi juga keluarga tentara reguler dan yang dimobilisasi. Manfaat dan program sosial lainnya juga akan dipertahankan. Ini akan memastikan bahwa ketika pemilihan presiden pada Maret 2024 tiba, sejumlah besar penduduk tidak keberatan melihat Putin terpilih kembali.

Dalam jangka panjang, ekonomi Rusia kemungkinan masih akan mengalami penurunan. Seperti Iran, Rusia secara bertahap akan tertinggal dari ekonomi global dan tidak akan mencapai pertumbuhan tahunan lebih dari 1,5-2 persen.

Dalam jangka panjang sanksi juga  akan berdampak parah bagi perkembangan teknologi ekonomi Rusia. Bagi orang Rusia biasa, ini berarti penurunan kualitas barang secara bertahap  dan tidak dapat diaksesnya layanan yang biasa sampai perang.

Stagnasi ekonomi, bagaimanapun tidak mungkin menyebabkan kerusuhan sosial atau politik. Penurunan taraf hidup akan sangat lambat dan tidak merata, sementara represi terhadap para pembangkang dan oposisi politik akan meningkat membuat biaya protes menjadi sangat tinggi.