<p>Sumber: Detik</p>
Industri

Ekonomi Syariah Sumbangkan 80 Persen PDB Indonesia

  • Jakarta-Bank Indonesia (BI) menjelaskan ekonomi syariah menyumbang 80 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Hal ini didasarkan dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Di 2018, BPS mencatat PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp14.837 triliun. Artinya, kontribusi ekonomi syariah mencapai Rp11.869 triliun dari total PDB. “Terkait dengan Indonesia, dengan nilai PDB US$1 triliun, ukuran […]

Industri
Virdika Rizky

Virdika Rizky

Author


Jakarta-Bank Indonesia (BI) menjelaskan ekonomi syariah menyumbang 80 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Hal ini didasarkan dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Di 2018, BPS mencatat PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp14.837 triliun. Artinya, kontribusi ekonomi syariah mencapai Rp11.869 triliun dari total PDB.

“Terkait dengan Indonesia, dengan nilai PDB US$1 triliun, ukuran dari ekonomi syariah sebesar 80 persen,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, seperti dikutip dari CNN Indonesia (13/11).

Dody menjelaskan konsep ekonomi syariah secara umum adalah mengeluarkan variabel produk non halal, sebagai contoh minuman keras, senjata api, dan perjudian. Saat ini, perhitungan PDB syariah dan konvensional masih digabungkan oleh BPS.

“Sekarang BPS dan BI sedang melakukan perhitungan berapa PDB syariah, berapa pertumbuhan yang berasal dari ekonomi syariah sedang dihitung tapi roughly (secara kasar) sudah bisa dilakukan, dihitung oleh bank sentral,” ucapnya.

Dody pula menyatakan, Indonesia masih menjadi konsumen bagi produk-produk halal di pasar global. Oleh karena itu, kata Dody, pemerintah bersama BI mencanangkan berbagai inisiatif untuk mengembangkan pasar halal Indonesia. Menurut Dody, penduduk muslim Indonesia yang jumlahnya besar menjadi potensi pasar halal. Hal ini, kata Dody, sangat menjanjikan.

“Tidak hanya peningkatan pembiayaan usaha syariah tapi juga bagaimana mengembangkan ekonomi syariah bagi Indonesia, karena pasar dan permintaan produk halal tinggi,” ucapnya.

Menanggapi hal itu, Kepala BI Institute Solikin M Juhro menyatakan Indonesia memiliki berbagai sumber ekonomi syariah yang masih bisa dikembangkan, salah satunya yakni pariwisata halal.

Sebagai catatan, Indonesia berhasil menduduki peringkat teratas sebagai destinasi wisata halal populer di dunia tahun ini. Hal itu tercantum dalam studi Global Muslim Travel Index (GMTI) yang dirilis oleh Mastercard-CrescentRating. Selain Indonesia, Malaysia juga dinobatkan sebagai destinasi wisata halal populer di dunia.

“Kami ingin kembangkan peluang syariah di Indonesia supaya tidak jadi konsumen saja tetapi juga produsen, sehingga nantinya keuangan syariah menjadi sumber ekonomi baru,” ujarnya.

Ke depan, ia meyakini ekonomi syariah mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Terlebih, ekonomi syariah dianggap mampu mendorong produktivitas lantaran inovasi dengan prinsip bagi hasil tidak ada spekulasi.

Ia mengingatkan, di tengah perlambatan ekonomi dunia, Indonesia tidak lagi bisa mengandalkan sumber ekonomi konvensional seperti ekspor, sektor pertanian, dan manufaktur untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, pengembangan ekonomi syariah perlu dilakukan.