Eks Menkeu Chatib Basri
Nasional

Eks Menkeu: Pesimisme Dapat Membuat Resesi Benar-Benar Terjadi di Indonesia

  • Apabila masyarakat dirundung pesimisme bahwa resesi akan terjadi, mereka akan cenderung menahan investasi sehingga permintaan agregat pun mengalami penurunan.

Nasional

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan bahwa pesimisme dapat membuat ancaman resesi benar-benar terjadi di Indonesia.

Hal itu diungkapkannya melalui akun Instagram miliknya pada Minggu, 23 Oktober 2022, yang mana ia menyebut buku The General Theory of Employment, Interest, and Money karya ekonom Inggris John Maynard Keynes.

Mengutip buku tersebut, Chatib mengatakan bahwa keputusan ekonomi sangat ditentukan oleh faktor rasional dan psikologis, salah satunya berkaitan dengan ekspetasi.

Apabila masyarakat dirundung pesimisme bahwa resesi akan terjadi, mereka akan cenderung menahan investasi sehingga permintaan agregat pun mengalami penurunan.

"Ketika permintaan mengalami penurunan, maka orang tidak akan tertarik untuk melakukan investasi sehingga yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi semakin melambat, dan terjadilah backwash effect yang akhirnya bisa membawa akibat kepada resesi," ujar Chatib.

Dari sisi konsumen, perilaku yang sama pun terjadi. Saat konsumen berekspetasi bahwa resesi akan terjadi, maka orang-orang akan meningkatkan tabungannya sementara konsumsi akan menurun.

Kecenderungan itu pun pada gilirannya dapat menurunkan permintaan agregat dan semakin mendorong perlambatan ekonomi yang pada akhirnya bisa memicu resesi untuk benar-benar terjadi.

"Jika ini terus terjadi maka akan terjadi resesi, inilah yang disebut sebagai paradox of thrift," tutur Chatib.

Di tengah kondisi yang dipenuhi ketidakpastian dan memicu pesimisme ini, Chatib pun mengatakan bahwa pemerintah dapat meningkatkan belanja untuk keperluan bantuan sosial (bansos) sebagai solusi.

Dalam unggahan sebelumnya, Chatib sempat mengatakan bahwa potensi resesi global akan berdampak pada perekonomian Indonesia melalui dua jalur, yaitu perdagangan dan keuangan.

Di sisi perdagangan, resesi global diprediksi Chatib akan mengakibatkan melambatnya ekspor Indonesia.

Namun, Chatib mengatakan kontribusi dari ekspor Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) relatif kecil, yakni di kisaran 25%.

Kemudian, konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung membuat harga batu bara relatif masih tinggi sehingga Indonesia bisa menerima durian runtuh melalui ekspor komoditas tersebut.  

Sementara itu, untuk sisi keuangan, Chatib mengatakan tekanan terhadap rupiah terjadi akibat menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) akiba pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam yang relatif lebih baik dibandingkan Eropa.