Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Makroekonomi

Ekspor Lesu, Airlangga Percepat Kesepakatan IEU-CEPA

  • Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia di kuartal II-2023 mengalami kontraksi 2,75%. Hal ini menunjukkan semakin lesunya ekspor saat ini.

Makroekonomi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia di kuartal II-2023 mengalami kontraksi 2,75%. Hal ini menunjukkan semakin lesunya ekspor saat ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan, akan mempercepat penyelesaian kesepakatan kerja sama dagang antara Indonesia dengan Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/ IEU-CEPA).

"Salah satu caranya kami nanti akan melakukan percepatann CEPA dengan EU karena sekarang ekspor Indonesia ke EU itu kena biaya masuk 10-17 persen di mana itu tidak terjadi dengan Vietnam yang sudah 0 persen,"katanya saat ditemui di Kantornya pada Senin, 7 Juli 2023.

Lanjut Airlangga, saat ini produk ekspor Indonesia masih dikenakan pajak oleh pemerintah negara-negara Uni Eropa sebesar 10  hingga 17%. Namun ia mencontohkan jika pajak ini dapat dikurangi hingga 0% seperti Vietnam, tentu akan berdampak positif pada tingkat ekspor produk dalam negeri.

Alasan perepatan IEU-CEPA ini dilandaskan pada nilai ekspor Indonesia ke Eropa mencapai 30%. Sehingga Indonesia dapat menjadi negara penyuplai di Uni Eropa.

Menko Perekonomian ini yakin jika CEPA dapat diselesaikan akhir tahun ini, Indonesia memiliki ruang untuk ekspor produk Indonesia ke Eropa. Serta Indonesia menjadi Suplai Chain yang reliable kedepannya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 sebesar 5,17%  hingga kuartal II-2023.

Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh meningkatnya mobilitas masyarakat. Di mana jumlah penumpang di seluruh moda transportasi kompak meningkat. Disusul aktivitas produksi juga tumbuh stabil. Di samping itu, daya beli masyarakat juga meningkat.

Namun ekspor Indonesia di kuartal II-2023 mengalami justru mengalami kontraksi 2,75%. Hal ini menunjukkan semakin lesunya ekspor saat ini. Ekspor yang mengalami kontraksi terjadi di komoditas utama, seperti bahan bakar mineral di antaranya lemak dan minyak hewan atau nabati serta besi, baja, dan nikel.

CPO alias minyak sawit mengalami kontraksi 26,72% karena harga komoditas yang anjlok cukup dalam sebesar 43,76% secara tahunan. Terakhir kali ekspor mengalami kontraksi pada kuartal IV-2020 saat pandemi COVID-19. Saat itu ekspor Indonesia terkontraksi 1,57%. Lalu ada penurunan pada gas alam, hasil minyak dan minyak mentah.

Meski ekspor CPO turun, dari sisi volume penjualan komoditas ini masih mengalami peningkatan 5,16 persen secara tahunan. Adapun, untuk ekspor yang bergerak positif adalah ekspor jasa akibat jumlah wisman dan devisa masuk dari luar negeri.