Ekspor Mei 2020 Turun Hampir 29 Persen
JAKARTA – Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Mei 2020 mengalami penurunan hingga 28,95% secara tahunan menjadi US$10,53 miliar dari sebelumnya US$14,83 miliar pada 2019. Secara bulanan, jika dibandingkan dengan April 2020, penurunan ekspor terjadi sebesar 13,40%, dari posisi ekspor April senilai US$12,16 miliar. “Baik, secara bulanan maupun tahunan, ekspor migas dan non migas bulan […]
Industri
JAKARTA – Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Mei 2020 mengalami penurunan hingga 28,95% secara tahunan menjadi US$10,53 miliar dari sebelumnya US$14,83 miliar pada 2019.
Secara bulanan, jika dibandingkan dengan April 2020, penurunan ekspor terjadi sebesar 13,40%, dari posisi ekspor April senilai US$12,16 miliar.
“Baik, secara bulanan maupun tahunan, ekspor migas dan non migas bulan Mei turun signifikan,” kata kepala BPS, Suhariyanto dalam konferensi persnya, Senin, 15 Juni 2020.
Penurunan ekspor bulan Mei disebabkan oleh masih lemahnya daya beli masyarakat akibat kondisi krisis ekonomi yang masih buruk. Kemudian, kebijakan pembatasan sosial atau lockdown di sejumlah negara masih terasa dampaknya hingga kini di perdagangan Indonesia.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dalam rinciannya, Suhariyanto menyebut ekspor migas turun 42,74% dan ekspor non migas turun 27,81%. Namun, BPS mencatat ekspor migas mengalami pertumbuhan ekspor secara bulanan sebesar 15,64% atau menjadi US$0,65 miliar.
Meski demikian, pertumbuhan ekspor migas secara bulanan tidak mampu menutupi penurunan nilai ekspor yang terjadi di sektor non migas.
Dari total ekspor Mei 2020, ekspor non migas menyumbang 93,81% dengan rincian di sektor pertanian sebesar US$0,24 miliar atau turun 25,47%, industri pengolahan turun 25,90%, dan pertambangan turun 38,11% menjadi US$1,33 miliar.