Ekspor Senjata Rusia Merosot, Prancis Merangsek ke Peringkat Kedua
Dunia

Ekspor Senjata Rusia Merosot, Prancis Merangsek ke Peringkat Kedua

  • Sanksi Barat terhadap Kremlin merupakan salah satu alasan utama mengapa beberapa negara tertarik untuk membeli senjata di negara lain
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Ekspor senjata Rusia menurun drastis. Bahkan kini negara tersebut untuk pertama kalinya tidak lagi menjadi pengekspor senjata kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Data terbaru yang dirilis Stockhlolm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan penjualan senjata Rusia turun sebesar 53% antara periode lima tahun 2014-2018 dan 2019-20223.

Meskipun Moskow mengekspor senjata dalam jumlah besar ke 31 negara pada tahun 2019, jumlah ini anjlok menjadi hanya 12 pada tahun lalu. Dan sanksi Barat terhadap Kremlin merupakan salah satu alasan utama mengapa beberapa negara tertarik untuk membeli senjata di negara lain.

Laporan tersebut mencatat tiga penerima terbesar senjata buatan Rusia antara tahun 2019-2023 adalah India, China, dan Mesir. Namun jumlah peralatan yang diperoleh pemerintah mengalami penurunan tajam.

Di antara dua periode tersebut, ekspor senjata Rusia ke India menurun sebesar 34 persen. Sementara ekspor ke China menurun sebesar 39 persen dan ke Mesir sebesar 54 persen. Aljazair dan Vietnam  merupakan negara penerima bantuan terbesar ketiga dan keempat di Rusia pada tahun 2014-2018. Keduanya juga mengalami penurunan sebesar 83 persen  dan 91 persen .

Angka terbaru tersebut, dikombinasikan dengan rendahnya  pengiriman senjata Rusia yang tertunda, menunjukkan  ekspor negara tersebut di sektor pertahanan kemungkinan akan tetap rendah. Ini karena berkurangnya pasokan peralatan militer buatan Rusia.

Salah satu tren berkaitan dengan benua Asia dan Oseania. Wilayah-wilayah tersebut menyumbang 68% dari keseluruhan ekspor senjata Rusia pada tahun 2018-2023. Dan kini mengalami peningkatan  Amerika sebagai pemasok senjata terbesar mereka.

Beberapa negara Asia pada tahun lalu telah mengisyaratkan niat mereka untuk mengurangi ketergantungan senjata mereka pada Rusia. Dan lebih memilih melakukan diversifikasi saluran pemasok atau membangun industri dalam negeri.

Amerika Tetap Mendominasi

Amerika tetap menjadi pengekspor senjata terbesar di dunia.  Ekspor senjata Amerika tumbuh sebesar 17 persen antara tahun 2014–2018 dan 2019–2023. Dan porsinya terhadap total ekspor senjata global meningkat dari 34 persen menjadi 42 persen. 

Amerika mengirimkan senjata dalam jumlah besar ke 107 negara pada tahun 2019-2023. Lebih banyak dibandingkan periode lima tahun sebelumnya. Dan  jauh lebih banyak dibandingkan eksportir senjata lainnya. 

“Amerika telah meningkatkan peran globalnya sebagai pemasok senjata—sebuah aspek penting dalam kebijakan luar negerinya—mengekspor lebih banyak senjata ke lebih banyak negara dibandingkan sebelumnya,” kata Mathew George , Direktur Program Transfer Senjata SIPRI.  “Hal ini terjadi pada saat dominasi ekonomi dan geopolitik AS sedang ditantang oleh negara-negara berkembang.”

Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat bersama-sama menyumbang 72 persen dari seluruh ekspor senjata pada tahun 2019-2023. Naik dibandingkan dengan 62 persen pada tahun 2014-2018.

Negara pengeskpor senjata terbesar/SIPRI

Prancis Urutan Kedua

Ekspor senjata Prancis juga meningkat sebesar 47 persen antara dua periode tersebut. Dan kini untuk pertama kalinya Prancis menjadi eksportir senjata terbesar kedua menggeser Rusia. 

Bagian terbesar ekspor senjata Perancis yakni 42 persen ditujukan ke negara-negara di Asia dan Oseania. Sementara  34 persen lainnya ditujukan ke negara-negara Timur Tengah. Penerima terbesar ekspor senjata Perancis adalah India yang menyumbang hampir 30 persen. Peningkatan ekspor senjata Perancis sebagian besar disebabkan oleh pengiriman pesawat tempur ke India, Qatar dan Mesir. 

“Prancis menggunakan peluang permintaan global yang kuat untuk meningkatkan industri senjatanya melalui ekspor,” kata Katarina Djokic, peneliti di SIPRI. “Prancis sangat sukses dalam menjual pesawat tempurnya di luar Eropa.”

Melihat 10 negara pengekspor senjata teratas lainnya setelah Amerika Serikat, Perancis dan Rusia, terdapat dua negara yang mengalami peningkatan ekspor. Mereka adalah Italia yang meningkat 86 persen dan Korea Selatan yang naik 12 persen. Sementara lima negara mengalami penurunan. Mereka adalah China yang turun 5,3 persen, Jerman turun 14 persen, Inggris turun 14 persen, Spanyol turun 3,3 persen dan Israel turun 25 persen.

Dalam hal impor senjata, negara-negara Eropa meningkat 94 persen pada tahun 2019-2023 dibandingkan pada tahun 2014-2018. Ukraina muncul sebagai importir senjata terbesar di Eropa pada tahun 2019-2023. Dan juga  terbesar keempat di dunia. Ini  setelah setidaknya 30 negara memasok senjata besar sebagai bantuan militer ke negara tersebut mulai Februari 2022 .

“Sekitar 55 persen impor senjata oleh negara-negara Eropa pada tahun 2019-2023 dipasok oleh Amerika Serikat, naik dari 35 persen pada tahun 2014-2018. Lebih dari separuh impor senjata oleh negara-negara Eropa berasal dari Amerika Serikat,’ kata Direktur SIPRI Dan Smith.

Kenaikan dan penurunan ekspor negara-negara besar/SIPRI

Asia Terbesar

Porsi transfer senjata terbesar terjadi di Asia. Dengan India sebagai importir terbesar di dunia. Sekitar 37 persen transfer senjata utama pada tahun 2019-2023 dilakukan ke negara-negara di Asia dan Oseania. Ini  merupakan jumlah terbesar dibandingkan wilayah mana pun. Namun mengalami  penurunan dari 41 persen pada tahun 2014-2018. Meskipun secara keseluruhan impor senjata di kawasan ini mengalami penurunan sebesar 12 persen, impor dari beberapa negara meningkat secara signifikan.

Untuk pertama kalinya dalam 25 tahun, Amerika menjadi pemasok senjata terbesar ke Asia dan Oseania. Amerika menyumbang 34 persen impor senjata oleh negara-negara di kawasan ini. Dibandingkan 19 persen dari Rusia dan 13 persen dari China .

India adalah importir senjata utama dunia. Impor senjatanya meningkat sebesar 4,7 persen antara tahun 2014–2018 dan 2019–2023. Rusia tetap menjadi pemasok senjata utama India dengan menyumbang 36 persen dari impor senjata India. 

Tetapi ini adalah periode lima tahun pertama sejak tahun 1960-1964 ketika pengiriman dari Rusia atau Uni Soviet berjumlah kurang dari setengah dari total impor senjata India.  

Negara pengimpor senjata terbesar/SIPRI

Pakistan juga meningkatkan impor senjatanya secara signifikan yakni 43 persen. Negara ini adalah importir senjata terbesar kelima pada tahun 2019-2023 . Dan China menjadi lebih dominan sebagai pemasok utamanya dengan  menyediakan 82 persen impor senjatanya.

Impor senjata oleh dua negara tetangga China di Asia Timur juga meningkat. Jepang meningkat 155 persen dan Korea Selatan sebesar 6,5 persen. Impor senjata China menyusut sebesar 44 persen, terutama akibat penggantian senjata impor yang sebagian besar berasal dari Rusia dengan sistem yang diproduksi secara lokal.

Menurut SIPRI tingginya tingkat impor senjata yang dilakukan Jepang dan sekutu serta mitra Amerika lainnya di Asia dan Oseania sebagian besar didorong oleh satu faktor utama. Yakni kekhawatiran terhadap ambisi China.

Timur Tengah juga mengimpor senjata dalam jumlah besar terutama dari Amerika  dan Eropa. Sebanyak 30 persen transfer senjata internasional dilakukan ke Timur Tengah pada tahun 2019-2023. Tiga negara Timur Tengah termasuk di antara 10 importir terbesar pada tahun 2019-2023 adalah  Arab Saudi, Qatar, dan Mesir.

Arab Saudi adalah importir senjata terbesar kedua di dunia pada tahun 2019-2023. Negara ini  menerima 8,4 persen impor senjata global pada periode tersebut. Qatar meningkatkan impor senjatanya hampir empat kali lipat  yakni 396 persen antara tahun 2014–2018 dan 2019–2023. Ini menjadikannya importir senjata terbesar ketiga di dunia.

Mayoritas impor senjata oleh negara-negara Timur Tengah dipasok oleh Amerika Serikat yakni 52 persen, diikuti  Perancis 12 persen, Italia 10 persen dan Jerman 7,1 persen.

“Meskipun terjadi penurunan impor senjata ke Timur Tengah , impor senjata ke Timur Tengah tetap tinggi, di beberapa negara bagian, sebagian besar didorong oleh konflik dan ketegangan regional ,” kata Zain Hussain, peneliti di SIPRI. 

“Senjata besar yang diimpor dalam 10 tahun terakhir telah digunakan secara luas dalam konflik di wilayah tersebut , termasuk di Gaza, Lebanon, dan Yaman.”