Elon Musk Singgung Potensi Baterai Listrik di B20, Begini Kinerja Produsen Nikel RI
- CEO Tesla Elon Musk pada pertemuan B20 sempat menyinggung potensi yang cerah bagi Indonesia. Apalagi dalam membangun ekosistem kendaraan listrik
Pasar Modal
JAKARTA - Nikel saat ini menjadi primadona di luar negeri terutama di Indonesia. Pasalnya, hasil tambang ini menjadi bahan baku baterai untuk kendaraan listrik.
Bahkan, CEO Tesla Elon Musk pada pertemuan B20 sempat menyinggung potensi yang cerah bagi Indonesia. Apalagi dalam membangun ekosistem kendaraan listrik, terutama bahan baku baterainya yaitu nikel.
"Menurut saya, Indonesia berkontribusi dengan memproduksi bahan mentah seperti lithium. Dengan adanya konektivitas dan edukasi, Indonesia akan menjadi negara hebat di dunia," ujarnya beberapa waktu lalu.
- Peduli Cianjur, BSI Kirim Tim Penyelamat dan Bantuan Logistik Untuk Masyarakat Terdampak Gempa
- Aksi Caplok Bank Mini Diprediksi Masih Ramai, Siapa Bakal Diborong?
- Di Balik Bangkrutnya FTX, Sam Bankman-Fried Ternyata Punya Saham di Twitter Elon Musk Rp1,5 Triliun
Hal ini membuat pasar baterai kendaraan listrik menjadi rebutan bagi semua perusahaan, terutama nikel. Hal ini terlihat dari beberapa perusahaan di Indonesia yaitu, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) dan PT Timah (Persero) Tbk (TINS).
Volume Produksi Persediaan Nikel dari INCO, ANTM dan TINS
Bila melihat persediaan nikel di ketiga emiten tersebut mengalami kenaikan. Salah satunya di INCO, persediaan nikel berupa barang jadi naik dari US$17,42 juta menjadi US$23 juta. Sedangkan dalam proses mengalami penurunan dari US$57,83 juta menjadi US$45 juta di kuartal III-2022.
Jika melihat volumenya, INCO telah memproduksi 43.907 ton nikel hingga kuartal III-2022. Besaran tersebut turun dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar 48.373 ton nikel dalam matte.
Namun, jika melihat kuartal ke kuartal (q-to-q) produksi nikel dalam matte INCO mengalami kenaikan 39% dari 12.567 metrik ton di kuartal II-2022.
CFO INCO Bernardus Irmanto mengatakan, peningkatan pada kuartal tersebut dikarenakan selesainya pembangunan kembali Tanur 4 pada Juni 2022.
"Kami berhasil meningkatkan kapasitas Tanur 4 pada kuartal III-2022," kutip keterangannya.
Sementara jika melihat sepanjang 2022, turun 9% diakibatkan adanya pelaksanaan proyek pembangunan kembali Tanur 4 pada semester I-2022.
Sedangkan jika melihat Antam, volume produksi feronikel tercatat 18.088 ton nikel dalam feronikel (TNi) hingga kuartal III-2022. Capaian ini baru 95% dari pencapaian kuartal III-2021 yang sebesar 19.096 TNi.
Direktur Operasi dan Produksi ANTM, I Dewa Wirantaya mengatakan, di tengah kondisi volatilitas ekonomi pasar global saat ini dan harga energi yang tinggi, Antam berfokus untuk mengimplementasikan kebijakan strategis dalam pengelolaan biaya yang tepat dan efisien. Serta, berkomitmen tetap menjaga kestabilan tingkat produksi dan upaya perluasan basis pasar penjualan feronikel.
"Perusahaan meyakini performa segmen nikel Antam akan konsisten bertumbuh seiring dengan penguatan kondisi ekonomi global dan outlook positif penyerapan komoditas nikel," ujarnya dalam keterangan.
Sementara itu, PT Timah (Persero) Tbk (TINS) mencatat persediaan nikel mencapai Rp13,27 miliar di kuartal III-2022. Besaran tersebut naik 28,86% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di Rp10,3 miliar.
Kinerja Keuangan INCO, ANTM, dan TINS
Ketiga emiten yang bergerak di bidang pertambangan nikel, mencatat kinerja keuangan yang cukup baik. Terutama pendapatan dari sisi nikel kompak alami kenaikan.
Bila melihat kuartal III-2022 pergerakan harga nikel stabil di kisaran US$21.000-US$24.000 per ton. Meskipun tidak seperti di awal tahun yang sempat di angka US$48.241 per ton, emiten-emiten nikel tetap mencatatkan kenaikan pendapatan berkah dari harga nikel yang tinggi.
Berikut kinerja keuangan ANTM, INCO, dan TINS:
1. PT Antam Tbk (ANTM)
BUMN tambang ini baru melaporkan keuangannya untuk semester I-2022. Di mana, laba bersih naik 31,5% menjadi Rp1,53 triliun pada semester I-2022.
Penjualan Antam mencapai Rp18,77 triliun pada semester I-2022 yang naik 9% dibandingkan semester I-2021 sebesar Rp17,28 triliun.
Sepanjang semester I-2022, kontribusi penjualan produk feronikel mencapai Rp3,12 triliun atau tumbuh 20% dibandingkan semester I-2021 sebesar Rp2,9 triliun. Hal ini seiring kenaikan harga jual nikel.
Sedangkan penjualan bijih nikel mencapai Rp2,33 trilun atau 14% dari total pendapatan di semester I-2022.
2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil mencetak kinerja positif hingga kuartal III-2022. Laba bersih INCO naik 37% menjadi US$168,38 juta dibandingkan kuartal III-2021 yang sebesar US$122,93 juta.
Perseroan mencatatkan produksi 17.513 metrik ton nikel dalam matte dan penjualan sebesar US$309,2 juta pada kuartal III-2022.
Berkah harga nikel yang meningkat hingga 41%, mendorong pendapatan Vale naik 27% pada kuartal III-2022.
3. PT Timah (Persero) Tbk
PT Timah (Persero) Tbk (TINS) membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas Induk sebesar Rp1,15 triliun hingga kuartal III-2022. Capaian tersebut meningkat 87,27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di Rp611,99 miliar.
Adapun laba tersebut dikarenakan pendapatan yang meningkat 5,05% menjadi Rp10,18 triliun di kuatal III-2022. Bila melihat periode yang sama tahun sebelumnya, TINS hanya meraup pendapatan Rp9,69 triliun.
Perusahaan BUMN ini memang terkonsentrasi komoditas timah. Akan Tetapi nikel pun termasuk di antara mineral yang digarapnya.
Adapun pendapatan dari nikel meningkat menjadi Rp139,7 miliar. Capaian tersebut dibandingkan dengan kuartal III-2021 sebesar Rp123,56 miliar.
Tidak seperti nikel, pendapatan dari bisnis inti yaitu logam timah mengalami penurunan 4,15% menjadi Rp7,86 triliun dibandingkan periode sebelumnya di Rp8,2 triliun.