Emiten-emiten yang Baru IPO Lebih Cocok Jadi Trading, Kapan Bisa Investasi Jangka Panjangnya?
- Volatilitas yang terjadi pada emiten-emiten yang baru IPO adalah suatu hal yang dinilai Nafan sebagai kewajaran.
Pasar Modal
JAKARTA - Emiten-emiten yang baru saja melaksanakan initial public offering (IPO) cenderung memperlihatkan kinerja saham yang lebih cocok untuk diperjualbelikan (trading) jangka pendek ketimbang untuk investasi jangka panjang.
Kecenderungan tersebut bisa dilihat pada emiten-emiten yang baru saja melaksanakan IPO belakangan ini.
Beberapa emiten yang baru IPO memang menunjukkan kinerja saham yang cenderung sangat positif ketika baru saja melantai bursa dengan pertumbuhan yang bahkan bisa mencapai 30% dalam sehari.
- Awas! Bahaya Suka Menyalahkan Tim
- Mayoritas Pelaku Pasar Meyakini Kenaikan Suku Bunga Fed 50 bps, Nilai Kurs Menyusut hingga 70 Poin
- Gelapkan Dana Rp9 T, Crazy Rich Surabaya Pendiri Auto Trade Gold Diringkus Polres Malang
Sebut saja tiga emiten yang baru IPO kemarin, Rabu, 8 Maret 2023, yaitu PT Saptausaha Gemilangindah Tbk (SAGE), PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Ketiga-tiganya langsung menjadi top gainers jajaran teratas dengan kenaikan sekitar 24-35%, yang mana SAGE tercatat dengan kenaikan hingga 35% atau bertambah 35 poin.
Sementara itu, TRON tercatat sebagai top gainers kedua dengan penguatan 31,11% dan CUAN tercatat di posisi ketiga dengan peningkatan 24,55%.
Pada perdagangan hari ini, Kamis, 9 Maret 2023, ketiganya masih mencatatkan kinerja yang gemilang.
Namun, jika menilik kinerja emiten-emiten yang baru IPO sejauh ini di tahun 2023, setelah harganya terkerek naik pesat pascamelantai perdana di bursa, biasanya akan diikuti oleh penurunan yang cukup dalam.
Salah satu contoh emiten yang mengalami hal tersebut adalah PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) yang sahamnya sempat melonjak hingga 34,26% pada saat baru melantai perdana di bursa hingga menyentuh harga Rp145 perlembar.
Namun demikian, menurut pantauan RTI Business, saham CBRE mengalami penurunan hingga 38,1% dalam sebulan terakhir dan menempati posisi harga Rp52 perlembar.
Kemudian, PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) yang melaksanakan IPO di akhir tahun 2022 pun mencatat penurunan harga saham hingga 28,57% dalam sebulan terakhir.
Senior Investment PT Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, emiten-emiten yang baru IPO memang pada umumnya dimanfaatkan oleh trader untuk mengambil keuntungan jangka pendek.
Ketika emiten baru melantai perdana di bursa, tren terhadap sahamnya pun meningkat sehingga kinerja harganya bisa tumbuh dengan impresif.
Akan tetapi, saat trader sudah mendapatkan keuntungan yang dirasa cukup, mereka pun akan berbondong-bondong meninggalkan saham-saham tersebut.
"Pada dasarnya, trader memang fokus kepada keuntungan jangka pendek. Kalau mereka sudah untung, mereka akan keluar. Emiten-emiten yang baru IPO itu biasanya memang lebih volatile," ujar Nafan kepada wartawan setelah acara Media Day by Mirae Asset, Kamis, 9 Maret 2023.
- 5 Kebiasaan yang Terbukti Menciptakan Kesuksesan dalam Bisnis dan Kehidupan
- Tidak Sampai 10 Menit, Ide Kegiatan Pengembangan Diri yang Bisa Anda Lakukan di Sela-sela Kesibukan
- Siap-siap! Attack on Titan Season 4 Part 3 Segera Tayang, Simak Sinopsis dan Jadwal Tayangnya di Sini
Kapan Emiten IPO Bisa Layak untuk Investasi Jangka Panjang?
Menurut Nafan, fundamental perusahaan saat hendak atau baru saja melaksanakan IPO memang bisa menjadi dasar bagi investor untuk menentukan investasi jangka panjang di emiten yang masih muda usianya di bursa.
Akan tetapi, baik fundamental bisnis maupun strategi yang diumbar-umbar perseroan di aksi IPO belum bisa menjadi variabel yang cukup kuat untuk mendorong kecenderungan investasi untuk jangka panjang.
Investasi jangka panjang biasanya hanya bisa lebih diharapkan datang dari investor institusi, dan bukan perseorangan.
Namun, investor institusi pun tentunya akan lebih selektif dalam berinvestasi ketimbang trader yang mengambil keuntungan jangka pendek.
"Investor baru bisa benar-benar menentukan layak atau tidaknya invetasi jangka panjang di emiten baru ketika emiten tersebut sudah menunjukkan kinerja yang baik dalam kurun waktu tertentu. Bisa sampai satu, dua, atau bahkan lima tahun," kata Nafan.
Dengan kata lain, volatilitas yang terjadi pada emiten-emiten yang baru IPO adalah suatu hal yang dinilai Nafan sebagai kewajaran.
Emiten yang baru IPO membutuhkan waktu dalam kurun tertentu untuk membuktikan bahwa saham mereka cukup layak untuk diinvestasikan dengan tujuan jangka panjang.