Emiten Grup Astra (ARKO) Siap Dorong Transisi Energi dengan Portofolio 304 MW
- Pemerintah menargetkan 60% dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga 2035 akan berasal dari EBT.
Korporasi
JAKARTA – PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), emiten energi baru terbarukan (EBT) Grup Astra, menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam mendukung target ambisius pemerintah di sektor EBT. Dengan portofolio proyek PLTA yang terus berkembang, Arkora berupaya menjadi salah satu penggerak utama transisi energi di Indonesia.
Pemerintah menargetkan 60% dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga 2035 akan berasal dari EBT. Berdasarkan RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030, PLN merencanakan pembangunan pembangkit listrik sebesar 40.575 MW, di mana 20.923 MW (51,6%) direncanakan dari EBT.
Khusus untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), kontribusi yang ditargetkan mencapai 9.272 MW atau 44,3% dari total proyek EBT. Dalam roadmap yang lebih panjang hingga 2040, PLN berencana menambah kapasitas pembangkit listrik hingga 100 GW, dengan 75% berasal dari EBT.
- Tak Terima Dinyatakan Pailit, Ted Sioeng Gugat Mayapada Rp1,25 Triliun
- KPPU Periksa Fraud di Proyek Cisem II, Bahlil : Silakan Buktikan, Jangan Menduga-duga
- Ambrol 130,64 Poin, IHSG Hari Ini 19 Desember 2024 Terpuruk di di 6.977,24
Direktur Utama Arkora Hydro, Aldo Henry Artoko, melihat peluang besar ini sebagai momentum untuk memperkuat kontribusi perusahaan di sektor hydropower. Dengan infrastruktur yang signifikan diperlukan untuk mendukung target tersebut, Arkora berkomitmen memaksimalkan potensi proyek dalam pipeline serta pengoperasian PLTA yang sudah berjalan.
“Sebagai emiten yang fokus pada hydropower, kami akan memaksimalkan seluruh kapasitas yang ada dan memanfaatkan pipeline untuk mendukung target pemerintah secara lebih signifikan,” ungkap Aldo.
Ia bilang Arkora saat ini telah mengoperasikan tiga proyek PLTA, yakni Cikopo II, Tomasa, dan Yaentu. Dua proyek lainnya, Kukusan 2 dan Tomoni, sedang dalam tahap konstruksi dan dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal III-2025 dan 2026.
Aldo juga menyebut bahwa Arkora memiliki kapasitas kontrak sebesar 42,8 MW yang telah berjalan, dengan tambahan 261,2 MW dalam pipeline yang siap digarap. Jika digabungkan, total portofolio Arkora mencapai 304 MW, menjadikan perusahaan sebagai salah satu pemain penting di sektor EBT nasional.
Aldo juga menyoroti pentingnya peran sektor swasta dalam mendukung agenda pemerintah. Menurutnya, target ambisius pemerintah tidak mungkin tercapai tanpa kolaborasi yang erat antara pemerintah dan swasta. “Kami optimistis pemerintah akan semakin mendukung pengembangan EBT, dan Arkora siap mengambil peran yang lebih besar dalam mendukung transisi energi di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Arkora Hydro, Boy Gemino Kalauserang, menjelaskan bahwa pipeline proyek Arkora yang sebesar 261,2 MW tersebar di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Proyek-proyek tersebut direncanakan mulai dieksekusi pada tahun mendatang dan seterusnya.
Selain itu, Arkora juga menargetkan pertumbuhan eksponensial dalam produksi energi terbarukan. “Kami menargetkan mencapai 118,2 gigawatt jam (GWh) pada 2024, yang diharapkan terus tumbuh hingga 257,0 GWh pada 2027,” kata Boy.
Melalui strategi ini, Arkora berupaya memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin di sektor hydropower, sekaligus mendukung pemerintah dalam mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan.